6 Alasan Rumah Tradisional Indonesia Ternyata Tahan Gempa, Kearifan Lokal yang Terlupakan
Siapa menyangka kalau rumah tradisional Indonesia ternyata memang tahan gempa. Kenapa bisa begitu ya? Simak ulasannya berikut ini.
Rumah tradisional nusantara memang beragam. Tapi, salah satu satu ciri yang sama yakni bangunannya mengadaptasi lingkungan geografisnya.
Makanya, kebanyakan desain bangunannya berupa rumah panggung dan material bangunannya pun ringan dan diambil dari alam sekitarnya.
Situs Kompas.com mengutip pernyataan Dosen Teknik Arsitektur Universitas Tadulako, Rifai Mardin beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan bahwa masyarakat jadul berpengetahuan cukup mengenai kondisi wilayah tempat tinggalnya, ini tercermin dalam rancangan bangunannya.
“Local wisdom ini sebenarnya masih terbawa sampai saat ini dengan bentuk bangunan yang relatif siap terhadap gempa,” katanya.
“Intinya semua bangunan tradisional atau bangunan vernakular di zamannya tentu sudah memperhitungkan permasalahan sekitar,” katanya lagi.
Menurutnya, Sulawesi Tengah (yang baru saja dilanda gempa hebat) memiliki beberapa jenis rumah tradisional. “Rata-rata rumah panggung,” kata Rifai.
Rumah Tradisional Indonesia Memiliki Sejumlah Keunggulan
Salah satu bentuk rumah tradisional Indonesia adalah rumah panggung, ada sejumlah keunggulan bentuk rumah tersebut.
1. Mencegah Binatang Buas
Lantaran dahulu masih banyak binatang buas yang berkeliaran, maka bentuk rumah ini cocok untuk mengantisipasinya.
2. Fungsi Bagian Bawah Rumah
Kolong di bawah rumah panggung bisa digunakan sebagai tempat istirahat, kandang binatang, atau keperluan lainnya.
3. Rumah Panggung Anti Banjir dan Tsunami
Rancangan rumah panggung di Palu memiliki kelebihan tahan banjir dan tsunami. Dengan catatan gelombang yang datang tidak setinggi badan bangunan atau di atas dua meter dari lantai dasar rumah.
Rumah panggung juga tahan terhadap bencana tsunami kalau serbuan air tidak membawa bongkahan sampah yang besar.
Hunian baru akan hancur kalau ada puing berukuran besar yang dibawa oleh gelombang menghantam kaki-kaki bangunan.
Keunggulan tersebut terbukti pascabencana di Sulawesi Tengah, di Jalur Trans Sulawesi arah Kecamatan Banawa, seperti sempat diberitakan Kompas.com.
Rumah tradisional Indonesia ini masih tegak berdiri meskipun bangunan-bangunan di kiri-kanannya rusak dan rata dengan tanah.
4. Material dari Bahan Alam
Rumah tradisional yang selamat dari gempa berskala tertentu ini karena material yang digunakan umumnya merupakan bahan-bahan alami.
Penggunaan material memengaruhi kekuatan struktur suatu bangunan terhadap guncangan.
Pada bangunan rumah tradisional Indonesia, umumnya menggunakan kayu yang memiliki daya lentur lebih baik dibandingkan material beton.
Material yang digunakan pun kayu pilihan atau yang kualitasnya terbaik. “Kayu terkenal dengan daya lenturnya, sedangkan beton sangat rigid,” kata Rifai.
5. Cara Mengikat Balok Lebih Fleksibel
Ikatan balok antar-kayu menggunakan pin dan ikatan, sehingga lebih fleksibel ketika dihantam guncangan.
6. Pola Ruang Rumah Tradisional Indonesia
Perbedaan rumah tradisional biasanya terletak pada pola ruang, namun secara struktur adalah sama.
Hampir semua jenis rumah panggung menggunakan batu sebagai struktur penguat fondasi. Batu-batu tersebut berada di titik-titik tertentu.
Model Beragam dari Rumah Panggung di Sulawesi
Menurut Rifai, Sulawesi punya beberapa model rumah panggung. Contohnya di Palu, ada beberapa jenis rumah panggung tradisional, yakni Banua Baso, Banua Oge, dan Souraja.
Ada rumah untuk para petinggi yang disebut Kataba dan rumah untuk masyarakat umum yang disebut Tinja Kanjai.
Ada juga bangunan yang berfungsi sebagai gedung pertemuan yang disebut Baruga. Rumah adat kampung yang disebut Bantaya dan lumbung yang dikenal dengan nama Gampiri.
Dalam satu wilayah administrasi dengan berbagai suku, ciri bangunannya bisa saja berbeda. Hmm, ternyata rumah tradisional Indonesia memang beragam.
“Seperti suku Kaili, di Kabupaten Donggala, Sigi, dan Parigi, mengikuti karakteristik kawasan masing-masing,” kata dia.
Khusus untuk Rumah Lobo, masyarakat menggunakan log kayu dengan ukuran yang besar.
Fondasinya unik, terbuat dari log kayu besar yang disusun. Masing-masing kayu disusun melintang dan menindih satu sama lain. Susunan kayu inilah yang nantinya menjadi fondasi rumah.
Fondasi rumah tersebut dibuat dengan ketinggian sekitar satu meter. Model bangunan ini menunjukkan perbedaan antara bangunan di dataran tinggi dan dataran rendah.
Bangunan di dataran tinggi menggunakan fondasi log kayu, seperti rumah Lobo. Sedangkan rumah-rumah di dataran rendah semisal yang di Palu menggunakan model panggung.
Nah, sekarang paham kan kamu kenapa rumah panggung tahan terhadap gempa atau bencana lainnya.
Untuk meminimalisasi dampak gempa, mungkin memang sebaiknya membangun hunian ala rumah tradisional Indonesia sesuai dengan kondisi wilayah setempat.
Jangan lupa membaca artikel Rumah123.com untuk mendapatkan berita, tips, atau panduan yang menarik mengenai properti, desain, hukum, hingga gaya hidup.
Laman ini juga memudahkan bagi para pencari properti, penjual properti, hingga sekadar mengetahui informasi, karena Rumah123.com memang #AdaBuat Kamu.
Saatnya kamu memilih dan mencari properti terbaik untuk tempat tinggal atau investasi properti seperti Podomoro Park Bandung.