Mengenal Unggah Ungguh Basa Jawa dan Penerapannya dalam Keseharian. Jangan sampai Salah!
Merujuk pada etika dalam berkomunikasi, ini dia penjelasan lengkap mengenai unggah ungguh basa Jawa yang dapat kamu pelajari!
Ketika bercakap-cakap dalam bahasa Jawa, ada sejumlah aturan yang perlu kamu ingat.
Aturan ini merupakan tata krama berkomunikasi yang dipegang teguh oleh mayoritas masyarakat Jawa.
Adanya tata krama ini bertujuan untuk menjaga sopan santun dalam komunikasi sehari-hari.
Dikenal dengan sebutan unggah ungguh basa Jawa, berikut penjelasan selengkapnya untukmu!
Apa Itu Unggah Ungguh Basa Jawa?
Istilah unggah ungguh secara harfiah merujuk pada tutur bahasa.
Karena itu unggah ungguh basa Jawa dapat diartikan sebagai tutur bahasa Jawa.
Ini merujuk pada sikap sopan santun, tata susila, tata krama, dan etika dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.
Fungsi utamanya adalah untuk menjaga perilaku setiap orang yang terlibat dalam suatu interaksi.
Dengan begitu, lawan bicara akan merasa dihormati dan komunikasi kalian terhindar dari kesalahpahaman.
Lebih lanjut, menurut penjelasan Rian Damariswara dalam buku Belajar Bahasa Daerah (Jawa), ada banyak hal yang mengikat aturan berbahasa ini.
Hal-hal tersebut meliputi tingkatan usia, hubungan kekerabatan, status pangkat, status kekayaan, status keturunan, status kepandaian, dan keakraban.
Nah, berdasarkan tata kramanya, bahasa Jawa terbagi menjadi bahasa Jawa netral, ngoko, dan krama.
3 Jenis Unggah Ungguh Basa Jawa
1. Bahasa Jawa Netral
Pertama, ada bahasa Jawa netral yang kosakatanya cocok kamu gunakan untuk semua kalangan.
Ini karena makna setiap katanya netral, tidak terkesan kasar maupun halus.
Selain itu, tata bahasanya mengikuti standar umum sehingga dapat dipahami oleh mayoritas penutur bahasa Jawa.
Penggunaannya pun lebih umum sehingga kamu bisa menggunakannya untuk diri sendiri.
Contoh kosakata bahasa Jawa netral adalah ayu, bagus, sapu, dan lainnya.
Sementara contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:
- Aku arep mangan nang warung iki. Mergane sampun enak banget. (Saya ingin makan di warung ini. Masakannya memang sangat enak.)
- Sawise mangan, aku arep nonton film ing bioskop. (Setelah makan, saya ingin menonton film di bioskop.)
2. Bahasa Jawa Ngoko
Jenis unggah ungguh basa berikutnya adalah Jawa ngoko, yang terbagi menjadi ngoko alus dan ngoko lugu.
Tata bahasa ini dapat kamu gunakan untuk berbicara dengan seseorang yang sudah akrab, orang yang lebih muda, atau orang dengan derajat yang lebih rendah.
Sebagai catatan, jika sedang berbincang dengan teman seumuran yang cenderung kamu hormati, maka gunakanlah ngoko alus.
Adapun contoh kalimat ngoko alus adalah sebagai berikut:
- Sampeyan kok saged nggoleki tamanipun sawise siyang kersa nindakake pekerjaan? (Anda seolah-olah mencari alasan setelah sebelumnya ingin melakukan pekerjaan itu?)
- Bambang apa wis kondur? (Apa kabar, Bambang?)
Lalu, jika ingin berbincang dengan sahabat serta orang yang lebih muda, pakailah ngoko lugu yang merupakan campuran dari Jawa netral dan ngoko.
Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
- Aku ra mudeng, nggih. Aku ora kepengin ngomong opo-opo. (Saya tidak mengerti, ya. Saya tidak ingin bicara apa-apa.)
- Aku arep nangis, kok kelingan mergane. (Saya ingin menangis, karena mengingat dia.)
3. Bahasa Jawa Krama
Terakhir, ada bahasa Jawa krama yang juga terbagi menjadi krama lugu dan alus.
Kamu bisa menggunakannya untuk berbicara dengan seseorang yang lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi.
Penggunaan tata bahasa ini akan menimbulkan rasa sungkan di salam hati.
Adapun bahasa krama lugu merupakan campuran dari kosakata netral dan krama madya.
Bahasanya paling sopan, tetapi secara struktur paling rendah.
Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:
- Kulo sampun apuruh, Sampeyan tansah mangan sampun? (Saya sudah makan, apakah Anda sudah makan?)
- Dhalemipun sangkep amarga Sampeyan mboten bisa dateng. (Beliau merasa sedih karena Anda tidak bisa datang.)
Sementara tata bahasa krama alus memadukan kosakata netral dan krama inggil.
Berikut contoh penggunaan ungguh ungguh basa Jawa ini:
- Kersaning sampeyan sampun ana ing panggenanipun umat. (Kehadiran Anda telah lama dinantikan oleh umat.)
- Sampeyan satriya purusa kang adiluhung lan pangeling pandhita. (Anda adalah seorang ksatria yang mulia dan pelindung para pendeta.)
***
Semoga penjelasan mengenai ungguh ungguh basa Jawa di atas bermanfaat untukmu, ya.
Temukan beragam informasi menarik lainnya dengan mengikuti Rumah123 di Google News, ya.
Kunjungi juga artikel.rumah123.com untuk menemukan berita ter-update seputar properti.
Pastikan juga membuka laman Rumah123.com untuk menemukan hunian impian.
Tenang saja, kami selalu #AdaBuatKamu dengan berbagai penawaran properti yang menarik!