Seperti Apa sih Rumah di Desa? Ternyata Rumah di Bali, Lombok, atau Jawa Punya Ciri Khas
Kalau kamu tinggal di kota besar seperti Jakarta, mungkin belum mengetahui seperti apa sih rumah di desa? Ada beberapa hal unik yang perlu diketahui.
Rumah di desa tentunya bukan rumah tradisional ya, meskipun di sejumlah daerah masih ada rumah seperti ini.
Tentunya rumah di desa kalau melihat lokasi rumah sudah tentu berbeda dengan rumah yang ada di perkotaan.
Rumah di pedesaan tidak berdempetan seperti rumah di kota, apalagi seperti kawasan padat penduduk di Jakarta.
Rumah di kampung juga tidak memiliki kesamaan dengan tetangganya seperti halnya rumah di klaster perumahan.
Seperti apa sih rumah di desa, yuk kita cari tahu dari penjelasan Rumah123.com. Ada sejumlah hal yang pastinya menarik perhatian.
Beberapa Ciri Khas Rumah di Desa
1. Adanya Berugaq di Rumah yang Ada di Lombok
Siapa yang pernah traveling ke Lombok untuk menikmati keindahan Pantai Senggigi, Gunung Rinjani, atau Gili Trawangan?
Jika kamu pernah blusukan ke pedesaan di Lombok atau rumah-rumah di sekitar Mataram, ibukota Nusa Tenggara Barat.
Kamu akan menemukan gazebo di depan rumah warga. Orang setempat mengenalnya dengan nama berugaq atau berugak.
Awalnya, berugaq biasanya ada di desa untuk tempat berkumpul warga dan menjadi semacam balai pertemuan.
Namun, berugaq berukuran lebih kecil hadir di luar rumah baik di halaman depan atau pun samping.
2. Rumah di Bali Pasti Memiliki Pura Kecil
Nah, pastinya kamu pernah menjejakkan kaki di Bali untuk traveling setidaknya satu kali seumur hidup.
Pulau Dewata memang masih menjadi destinasi utama wisata bagi wisatawan dalam negeri selama ini.
Jika kamu melihat rumah-rumah di desa-desa di Bali, pastinya kamu akan menemukan pura kecil.
Keberadaan pura di rumah ini memang wajib bagi masyarakat Bali yang memegang teguh tradisi agama Hindu.
Orang Bali memberikan penghormatan kepada leluhur dengan memberikan sesaji yang ditaruh di pura.
3. Rumah Beratap Seng di Sumatera Barat
Kalau kamu pernah melakukan perjalanan dinas atau traveling ke Sumatera Barat, kamu akan menemukan hal unik.
Jangan harap kamu bisa melihat rumah beratapkan genteng yang terbuat dari tanah liat, semua rumah menggunakan seng.
Tidak hanya rumah lho, melainkan juga tempat ibadah, kantor, dan juga bangunan lainnya yang menggunakan seng.
Jika ada yang menyerupai genteng maka itu merupakan cetakan bahan dasar seng atau plastik berwarna merah dan lainnya.
Genteng terbuat dari tanah liat. Kalau dijadikan atap, itu sama saja seperti orang yang sudah meninggal, hidup di dalam tanah.
Penggunaan seng sebagai atap rumah juga dilakukan di beberapa daerah lainnya di Indonesia seperti Manado, Sulawesi Utara dan Flores, Nusa Tenggara Timur.
4. Rumah di Desa Biasanya Beratap Limas
Mungkin kamu pernah melakukan perjalanan menggunakan mobil dan melewati pedesaan di Jawa Tengah, Yogyakarta, atau Jawa Timur.
Atau kamu memiliki kakek nenek yang tinggal di kawasan salah satu provinsi di atas, maka kamu akan menemukan sebuah kesamaan rumah di desa.
Rumah di desa yang berada di salah satu provinsi ini banyak menggunakan atap limasan dibandingkan atap pelana.
Atap pelana berbentuk segitiga kalau dilihat dari depan rumah, sementara atap limasan menutupi seluruh atap.
Atap limasan ini berasal dari variasi atap rumah Joglo yang merupakan rumah tradisional khas Jawa.
5. Rumah di Desa dengan Halaman dan Beranda yang Luas
Salah satu ciri khas rumah di desa adalah halaman yang luas, ya maklum saja kalau tanah di desa masih luas.
Jadi hal biasa kalau rumah di desa memiliki halaman yang luas, malah mungkin berisi tanaman obat keluarga.
Begitu juga dengan beranda, biasanya rumah di desa juga mempunyai beranda yang luas dan lapang.
Hal ini bukan hanya lantaran tanah masih lapang, melainkan juga karena sifat komunal masyarakat desa.
Warga desa biasanya mengenal satu sama lain, bahkan yang tinggal cukup berjauhan sekali pun.
Hal ini berbeda dengan masyarakat perkotaan yang mungkin tidak mengenal tetangga sebelah rumah.
6. Rumah di Desa Memiliki Lantai Lebih Tinggi dari Permukaan Tanah
Pernah memerhatikan kalau rumah di desa mempunyai lantai yang lebih tinggi dibandingkan permukaan tanah?
Jangan salah ya, ini bukan rumah panggung melainkan tinggi lantai rumah di desa biasanya lebih tinggi.
Hal ini memang dilakukan untuk menyiasati agar binatang peliharaan seperti ayam atau bebek tidak masuk ke dalam rumah.
Kalau di perkotaan, biasanya jarang rumah memiliki lantai lebih tinggi dibandingkan permukaan tanah.
Kecuali rumah tersebut berada di lokasi rawan banjir sehingga harus menaikkan tinggi lantai dari permukaan tanah.
7. Rumah di Desa Biasanya Horisontal
Lantaran lahan di desa masih luasa, biasanya rumah di desa didesain horisontal alias hanya satu lantai.
Namun, memang ada sejumlah rumah yang sudah dirancang memiliki dua lantai meskipun tidak banyak.
Hal ini berbeda dengan rumah di perkotaan yang memiliki dua lantai atau bahkan tiga lantai untuk menyiasati keterbatasan lahan.
8. Rumah di Desa Jarang Memiliki Pagar yang Tinggi
Coba perhatikan kalau rumah di desa biasanya tidak memiliki pagar masif yang tebal dan juga tinggi.
Mungkin ada beberapa rumah yang memiliki pagar seperti ini, namun biasanya tidak terlalu banyak.
Biasanya rumah di desa memiliki pagar pembatas dengan rumah tetangga berupa tanaman lebat.
Begitu juga pada bagian depan yang berupa tanaman lebat yang menandakan batas rumah dengan jalan.
Jangan lupa membaca artikel Rumah123.com untuk mendapatkan berita, tips, atau panduan yang menarik mengenai properti, desain, hukum, hingga gaya hidup.
Laman ini juga memudahkan bagi para pencari properti, penjual properti, hingga sekadar mengetahui informasi, karena Rumah123.com memang #AdaBuat Kamu.
Saatnya kamu memilih dan mencari properti terbaik untuk tempat tinggal atau investasi properti, hanya di Rumah123.com dan 99.co.