OK
Panduan

Panduan Ritual Pindah Rumah Baru di Budaya Sunda untuk Menyambut Kehidupan Baru

01 Maret 2024 · 4 min read Author: Gadis Saktika · Editor: M. Iqbal

syukuran pindah rumah

panduan ritual pindah rumah baru | sumber: shutterstock.com

Dalam kehidupan modern yang terus berubah, menjalankan ritual dan tradisi saat pindah ke rumah baru masih menjadi bagian penting untuk warisan budaya kita. Dari persiapan hingga pelaksanaan, berikut adalah panduan ritual pindah rumah baru yang mudah dipahami untuk merayakan momen-momen istimewa dengan penuh khidmat.

Tak dipungkiri, memasuki rumah baru bukan hanya soal perpindahan fisik, tapi juga menandakan babak baru dalam kehidupan. 

Di balik tembok-tembok kokoh, tersimpan harapan dan doa agar rumah baru menjadi tempat yang membawa keberkahan, kebahagiaan, dan kedamaian. 

Tradisi dan ritual pindah rumah kerap diagendakan sebagai wadah untuk memanjatkan doa dan harapan tersebut, sekaligus melestarikan warisan budaya yang berharga.

Bersama ahli tradisi lisan, Yostiani Noor Asmi Harini lewat program Kata Ahli, Rumah123 berkesempatan mengupas panduan pindah rumah baru yang berlaku di salah satu wilayah suku Sunda, yaitu Cisitu, Dago, Bandung, Jawa Barat.

Sebelumnya, Rumah123 juga telah mengupas makna dan nilai budaya tradisi pindah rumah di Tanah Sunda.

Semoga informasi ini dapat membantu kamu memahami makna di balik tradisi dan ritual pindah rumah serta menjalaninya dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.

Panduan Ritual Pindah Rumah Baru di Sunda

Persiapan Menuju Pindah Rumah yang Berkah

Menurut Yostiani, persiapan sebelum ritual pindah rumah baru adalah kunci utama untuk memastikan segalanya berjalan lancar. 

“Ketika pertama kali disiapkan, pastikan semua yang harus dibawa telah dipersiapkan dengan baik,”  ucap dia kepada Rumah123, Jumat (16/2/2024).

Dari peralatan makan hingga bahan makanan, semuanya harus sudah siap untuk dipindahkan.

“Saya diberi informasi oleh nenek saya yang berumur 83 tahun bahwa di lingkungannya, bila hendak pindah rumah, barang pertama yang harus dipindah itu adalah pabèasan (tempat beras) ke dapur,” kata dia.

Lalu, penting untuk memperhatikan aspek praktis dan logistik dari persiapan ini.

“Kita bisa membawa tempat menyimpan beras, alat makan, dan perlengkapan lainnya dengan sangat sederhana,” tambah Yostiani. 

Hal ini akan memastikan bahwa ketika tiba di rumah, kamu sudah siap untuk memulai kehidupan baru tanpa hambatan.

Pelaksanaan Ritual dan Tradisi

kue basah

sumber: shutterstock.com

Ketika ritual dan tradisi pindah ke rumah baru dilaksanakan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mengundang orang-orang terdekat untuk bergabung.

“Kita bisa mengundang tetangga-tetangga untuk mengaji dan berdoa bersama di rumah baru,” jelas dosen Bahasa dan Sastra Indonesia UPI tersebut.

Selain itu, penting juga untuk menyediakan makanan dan minuman sebagai bagian dari selamatan. 

“Ada berbagai cemilan dan hidangan berat yang bisa disajikan selama pengajian,” lanjutnya. 

Dengan begitu, momen syukuran akan menjadi lebih berkesan dan berarti bagi semua yang hadir.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dan Dihindari

Dalam melaksanakan ritual rumah baru, Yostiani menyarankan untuk memperhatikan larangan-larangan yang berlaku. 

Meskipun banyak hal telah berubah dalam masyarakat modern, kearifan lokal tetap harus dihormati.

“Penting untuk tidak melanggar larangan-larangan yang berhubungan dengan pamali,” tegas lulusan S3 Ilmu Sastra itu. 

Meskipun tidak ada hukuman langsung, melanggar pamali dapat berdampak pada keberuntungan dan kesejahteraan di rumah baru.

Melestarikan Tradisi dalam Era Modern

tradisi syukuran

sumber: shutterstock.com

Menjaga ritual dan tradisi rumah baru tetap relevan dalam era modern merupakan tantangan tersendiri. 

Namun, menurut Yostiani, hal ini masih memungkinkan dengan menjaga keseimbangan antara mempertahankan kearifan lokal dan mengakomodasi perubahan zaman.

“Kita dapat terus melestarikan tradisi dengan melakukan ritual-ritual tersebut secara konsisten, tapi dengan catatan kita harus pahami terlebih dahulu hal-hal baiknya,” jelasnya. 

Menurutnya, meskipun suatu hal memiliki nilai positif, kita tidak boleh terpaku pada pelestariannya tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat. 

Jika upaya pelestarian tersebut justru dianggap merugikan atau tidak membawa manfaat bagi masyarakat, tentu perlu dikaji ulang dan dicari solusi yang lebih seimbang.

Dengan cara ini, warisan budaya akan tetap hidup dan diteruskan kepada generasi selanjutnya.

***

Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kamu, ya.

Cek artikel menarik lainnya hanya di artikel.rumah123.com.

Kalau kamu ingin ngobrolin properti dengan ahlinya, coba deh kunjungi Teras123!

Nantinya, kami akan memberi jawaban yang komprehensif soal pertanyaan yang kamu ajukan, lo.

Tak lupa, kunjungi Rumah123 untuk menemukan hunian impian karena #SemuaAdaDisini.


Tag: , , ,


Gadis Saktika

Content Writer

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.
Selengkapnya

IKLAN

Tutup iklan
×

SCROLL UNTUK TERUS MEMBACA