Tradisi Pindah Rumah di Tanah Sunda, Melangkah Menuju Kehidupan Baru dengan Makna dan Nilai Budaya
Rumah bukan hanya sekadar tempat tinggal, tapi juga bisa menjadi simbol kehidupan baru. Bagi masyarakat Indonesia, pindah ke hunian anyar merupakan momen spesial yang kerap diiringi dengan berbagai ritual tradisi setempat. Tradisi pindah rumah ini tak hanya sarat akan makna simbolis dan filosofis, tapi juga menjadi cerminan nilai-nilai budaya yang diwariskan turun-temurun.
Namun jika membahas lebih spesifik, sebenarnya tiap daerah di Tanah Air punya caranya masing-masing untuk merefleksikan budaya yang dimaksud.
Di Tanah Sunda misalnya, selama ini terdapat ritual tersendiri untuk berpindah ke rumah baru, meskipun sudah terasimilasi dengan islamisasi dan modernisasi.
Menurut ahli tradisi lisan, Yostiani Noor Asmi Harini, tradisi pindah rumah baru di Sunda sarat dengan ritual yang mengalami evolusi seiring waktu.
Meski masih dilestarikan di beberapa daerah, terutama kampung adat, Yostiani mengamati bahwa masyarakat, khususnya di perkotaan, mulai meninggalkan ritual yang bersifat tradisional itu.
“Jadi kondisinya, saat ini memang masyarakat tidak terlalu lekat lagi dengan ritual-ritual pindah rumah, apalagi yang tinggalnya di perkotaan,” ucap Yostiani saat diwawancara Rumah123 pada program Kata Ahli, Jumat (16/2/2024).
Tradisi Pindah Rumah Itu Masih Ada
Hanya saja, tambahnya, di beberapa daerah, seperti Cisitu, Dago, Bandung, cara pindah rumah yang bersifat tradisional masih tetap dilaksanakan.
“Misalnya, saya diberi informasi oleh nenek saya yang berumur 83 tahun bahwa di lingkungannya, bila hendak pindah rumah, barang pertama yang harus dipindah itu adalah pabèasan,” kata dia.
Yostiani menjelaskan bahwa pabèasan atau tempat beras itu harus ditempatkan di dapur.
Adapun tata cara tersebut menurut dosen bahasa dan sastra Indonesia UPI itu melambangkan kesuburan dan harapan akan kehidupan yang lebih baik di rumah baru.
Ritual ini juga mencerminkan nilai kemandirian, di mana pemilik rumah diharapkan mampu mengelola kehidupannya sendiri dengan baik.
“Karena ketika pindah rumah, harapannya sudah bisa sendiri lepas dari orang tuanya,” tuturnya.
Lalu, simbol kesuburan dan kehidupan juga bisa dihadirkan saat pindah ke rumah baru dengan membawa ayam dan kendi air.
“Jadi memang ayam-ayam ‘kan dimaksudkan sebagai bahan makanan juga, ya. Lalu, bawa kendi-kendi itu untuk menyimpan air,” kata wanita yang akrab disapa Yosti tersebut.
Bisa Menolak Bala hingga Menghalau Racun
Di antara berbagai ritual dan tradisi pindah rumah di atas, adanya tradisi menempatkan bawang dan cabai yang ditusuk (tumbak sewu) di depan pintu rumah juga bisa menjadi perhatian.
Hal itu pun sejalan dengan penelitian Tumbak Sewu dan Beberapa Adat Sunda yang Hampir Punah yang ditulis Billyardi Ramdhan.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa satai berisi bawang merah dan cabai bisa menangkal makhluk halus, gangguan, dan malapetaka.
Dalam budaya Sunda, kegiatan yang disebut tolak bala itu diharapkan bisa mengunci malapetaka di depan pintu sehingga tak akan masuk mengganggu penghuni rumah.
“Selain itu, bawang juga ‘kan menyerap racun, ya, sehingga bisa membersihkan udara di rumah,” tambah alumni Ilmu Sastra S3 UNPAD tersebut.
Adanya Perubahan yang Dipengaruhi Modernisasi dan Islamisasi
Namun, seiring modernisasi dan pengaruh Islamisasi, beberapa aspek ritual pindah rumah turut mengalami perubahan.
Simbol-simbol supranatural seperti mantra dan benda magis semakin jarang ditemui dan kini digantikan oleh praktik-praktik keagamaan seperti syukuran.
Menurut Yostiani, tradisi syukuran menjadi lebih umum dilakukan sebagai bentuk integrasi sosial dan membangun hubungan baik dengan tetangga baru.
“Itu ‘kan sebagai jembatan bagi kita orang baru untuk bisa diterima oleh tetangga. Dari sana, kita harus membangun relasi yang baik supaya kalau ada apa-apa, mereka bisa menolong kita.”
Ya, di era modern seperti saat ini, ritual dan tradisi rumah baru mungkin tidak lagi dilakukan secara rigid.
Meski demikian, esensi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti kesuburan, kemandirian, integrasi sosial, dan gotong royong, tetaplah relevan dan patut dilestarikan.
Pentingnya Memahami Makna di Balik Setiap Ritual
Terkait ritual yang berlaku itu, dosen yang sudah mengenyam 10 tahun mengajar di UPI tersebut menegaskan pentingnya memahami makna dan tujuan di balik setiap ritual.
Sering kali, miskomunikasi terjadi karena masyarakat hanya memahami struktur ritual secara fisik tanpa menyelami makna yang terkandung di dalamnya.
Padahal menurutnya, ritual pindah rumah bukan hanya sekadar kepindahan fisik, tapi juga tentang transisi menuju babak baru dalam kehidupan.
Nilai-nilai religius, sosial, dan budaya tertanam dalam setiap ritual itu tentu bisa mengingatkan kita tentang pentingnya rasa syukur, hubungan antarmanusia, dan pelestarian budaya leluhur.
***
Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kamu, ya.
Cek artikel menarik lainnya hanya di artikel.rumah123.com.
Kalau kamu ingin ngobrolin properti dengan ahlinya, coba deh kunjungi ke Teras123!
Nantinya, kami akan memberi jawaban yang komprehensif soal pertanyaan yang kamu ajukan, lo.
Tak lupa, kunjungi Rumah123 untuk menemukan hunian impian karena #SemuaAdaDisini.