Waspada, Nunggak Paylater Bikin Anak Muda Susah Ajukan KPR!
Menggunakan pembayaran dengan metode paylater rupanya memiliki dampak negatif. Sebab, nunggak paylater bisa bikin susah ajukan KPR. Simak ulasan selengkapnya.
Generasi muda saat ini menghadapi risiko terjebak utang paylater, yang dipicu oleh rendahnya literasi keuangan digital di kalangan mereka.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi menyoroti kurangnya kebijaksanaan generasi muda dalam mengakses produk keuangan sebagai pemicu utama masalah ini.
“Kalau yang berbahaya itu anak-anak muda itu mereka mengakses produk keuangan yang ilegal, yang itu sangat mudah ditemui secara online. Kalaupun mereka mengakses yang legal, itu kadang-kadang mereka belum bijaksana dalam penggunaannya,” kata Friderica Widyasari Dewi.
Dewi menyampaikan kekhawatirannya terkait risiko anak muda yang cenderung mengakses produk keuangan ilegal secara online atau tidak bijaksana dalam menggunakan produk yang legal.
Dampak dari penggunaan paylater bisa sangat berbahaya, terutama jika pembayaran utang tidak dilakukan tepat waktu.
Dampak Paylater untuk Anak Muda
Anak muda yang kurang bijaksana cenderung menggunakan paylater untuk keperluan konsumtif, seperti makan di luar atau berbelanja pakaian.
Dewi mencatat bahwa banyak dari mereka tidak menyadari bahwa penggunaan ini dapat mengakibatkan tumpukan utang yang harus mereka bayar.
Tumpukan utang akibat paylater juga dapat berdampak pada Skor Layanan Informasi Keuangan (SLIK) setiap debitur.
Skor buruk di SLIK dapat menghambat kehidupan anak muda, mulai dari kesulitan mencari pekerjaan hingga mengajukan KPR.
Beberapa generasi muda bahkan kesulitan mendapatkan layanan KPR karena utang paylater yang sebenarnya hanya berkisar Rp300.000-Rp500.000.
Selain itu, beberapa konsumen paylater memiliki cicilan bulanan yang mencapai 95 persen dari penghasilan bulanan mereka.
Misalnya, jika seseorang memiliki penghasilan Rp10 juta, sebagian besar, yaitu Rp9,5 juta, digunakan untuk membayar utang.
Dewi mengamati bahwa meskipun anak muda sudah mahir berselancar di dunia digital, mereka masih minim pemahaman tentang literasi keuangan digital, terutama terkait pengaksesan produk keuangan.
Oleh karena itu, berdasarkan fakter tersebut, OJK aktif mendorong literasi keuangan bagi anak-anak muda.
OJK juga menekankan pentingnya penyelenggara keuangan untuk fokus pada kesejahteraan konsumen, bukan hanya peningkatan penjualan produk keuangan semata.
“Jangan sampai produk didorong kepada konsumen tanpa mempertimbangkan kesejahteraan mereka. Anak muda perlu diajarkan tidak hanya cara menggunakan produk, tetapi juga kebijaksanaan dalam penggunaannya,” kata Dewi.
***
Itulah ulasan seputar dampak anak muda yang nunggak paylater dan bisa bikin susah ajukan KPR.
Baca berbagai berita seputar properti dan gaya hidup hanya di artikel.rumah123.com.
Cek juga Google News kami agar tidak ketinggalan informasi paling up to date.
Sedang mencari hunian impian? Kunjungi Rumah123 karena #SemuaADAdisini.
Mau ngobrolin properti lebih dalam? Tanya langsung di Teras123!