Munculnya Harta Karun RI di Lumpur Lapindo, Bisa Lunasi Utang Negara Rp6.900 Triliun?
Lama tak terdengar, kabar lumpur Lapindo kembali menyita perhatian publik karena kini disebut sebagai ‘harta karun’ RI yang tersembunyi.
Hal ini setelah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan adanya temuan harta karun logam lain yang tertanam di lumpur Lapindo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Selain kandungan logam tanah jarang, ada pula kandungan logam lain yang disebut critical raw material.
Tak hanya bisa digunakan untuk berbagai hal, namun logam tanah jarang ini juga bisa diual dengan harga yang tinggi.
Banyak yang perpendapat bahwa ‘harta karun’ RI itu bisa dijadikan untuk ganti rugi korban lumpur Lapindo beserta infrastruktur yang rusak di kawasan tersebut.
Dampak Tragedi Lumpur Lapindo
Sejak 2006 hingga kini, semburan Lumpur Lapindo telah menggenangi 19 desa di Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Jabon, dan Kecamatan Porong.
Para kawasan tersebut mempunyai luas area terdampak yang diperkirakan mencapai 1.143,3 hektare.
Kejadian tersebut membuat lebih dari 10.426 unit rumah dan 77 rumah ibadah terendam lumpur, serta memaksa puluhan ribu jiwa mengungsi.
Tak hanya itu, dampak lumpur juga diketahui mengganggu operasional Jalan Tol Surabaya-Gempol, serta jalur kereta api Surabaya-Banyuwangi dan Surabaya-Malang.
‘Harta Karun’ Lumpur Lapindo untuk Ganti Rugi
Kandungan logam tanah jarang yang disebut terdapat pada lumpur Lapindo membuatnya disebut sebagai ‘harta karun’ RI.
Logam tanah jarang inilah yang diketahui memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku peralatan teknologi modern.
Mulai dari bahan baku baterai, telepon seluluer, komputer, hingga pembangkit listrik berbasis energi terbarukan (EBT)
Tak heran jika banyak kalangan yang menganggap harta karun lumpur Lapindo adalah sumber kekayaan alam baru bagi Indonesia.
Harga jual logam tanah jarang yang dijual di pasar yaitu neodymium (Nd).
Bila dioptimalkan dengan baik, pemanfaatlan logam pada lumpur Lapindo berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia, termasuk keuangan negara.
Melansir tradingeconomics, harga neodymium pada Agustus 2021 saja tercatat sekitar 770.927 yuan China (CNY) per ton atau setara Rp 1,71 miliar per ton (asumsi Rp 2.221 per CNY).
Harga neodymium ini terlihat meningkat sejak awal 2021 di mana pada awal tahun harga berada di kisaran CNY 620.551 atau sekitar Rp 1,38 miliar per ton.
Bisa Atasi Utang Negara Rp6.900 Triliun?
Kementerian Keuangan mencatat total utang pemerintah hingga Januari 2022 sebesar Rp Rp6.919,15 triliun.
Kementerian Keuangan menyebut rasio utang terhadap PDB turun menjadi 39,36% dibandingkan 41% pada Desember 2021 atau 40,28% pada Januari 2021.
Berdasarkan jenisnya, utang pemerintah masih didominasi oleh instrumen SBN yang mencapai Rp6.081,68 triliun atau 87,9% dari total utang.
Utang dalam bentuk SBN ini terdiri atas SBN domestik sebesar Rp4.818,84 triliun dan SBN valas Rp1.262,84 triliun.
Penambahan utang cukup besar memang sudah terjadi sejak tahun lalu yang dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
Banyaknya ‘harta karun’ RI di dalam lumpur Lapindo ini disebut-sebut bisa bernilai hingga mampu melunasi utang negara tersebut, bagaimana menurutmu?
Jangan lupa kunjungi artikel.rumah123.com untuk dapatkan artikel menarik lainnya seputar properti.
Kamu juga bisa mencari properti yang sesuai kebutuhanmu seperti Srimaya Residence hanya di www.rumah123.com dan 99.co karena kami #AdaBuatKamu!