Mengenal Sosok Maya Wallace, Wanita Pembenci Islam yang Mualaf karena Sekotak Lumpia
Kisah WNA (Warga Negara Asing) ini bisa menjadi pembelajaran yang baik untuk kita semua agar lebih menghargai perbedaan dan keharmonisan antar umat beragama.
Sebagai manusia yang memiliki agama serta kepercayaan, kita tentunya diajarkan untuk saling mengasihi antar umat manusia.
Bukan hanya mengasihi, kita juga diajarkan untuk membantu sesama apabila mendapatkan rezeki.
Kita juga diajarkan untuk tidak saling membenci, apalagi menjelekan agama lain.
Namun apa jadinya kalau seorang membenci agama tertentu dan justru ia mendapatkan hidayah sehingga mengikuti ajaran tersebut?
Seperti yang dialami oleh kisah WNA asal Skotlandia bernama Maya Wallace.
Bahkan uniknya, ia memutuskan untuk pindah karena sebuah makanan lumpia.
Penasaran seperti apa ceritanya?
Yuk, langsung saja kita simak kisah WNA Maya Wallace berikut ini yang memutuskan menjadi mualaf karena sebuah lumpia.
Maya Wallace Sebelumnya Tidak Memiliki Kepercayaan
Maya adalah seseorang yang tidak memiliki agama.
Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak menganut agama apapun sehingga tidak ada kitab suci di rumahnya.
Ketika duduk di bangku SMA, Maya ingin lebih mengenal agama.
“Saat itu aku memiliki hasrat untuk mendapatkan beberapa jawaban. Bukan karena ingin memeluk sebuah agama, bukan karena ingin menjadi pemeluk Kristen, Sikh, atau Katolik,” terang Maya dikutip dari kanal YouTube Ape Astronaut, Senin (1/11/2021).
Saat itu, Maya belum mengenal Islam karena di sekolahnya tidak ada pengajar yang memiliki pengetahuan tentang Islam.
Hal ini tidak masalah bagi Maya, karena menurutnya Islam bukan ajaran yang benar.
Maya bahkan menganggap Islam sebagai agama biadab dan para penganutnya dianggap gila.
Dalam pikiran Maya kala itu, penganut islam gemar meneror orang tak berdosa dan suka meledakan bangunan alias teroris.
Kebencian Kisah WNA Terhadap Agama Islam
Kisah WNA yang membenci Islam, tentunya tidak pernah sedikitpun membuat Maya berpikir untuk memeluk agama tersebut.
Perjalanannya menuju islam dimulai pada 2005.
Maya yang bekerja di sebuah call center dipertemukan dengan pegawai mayoritas orang Pakistan beragama Muslim.
Persahabatan Maya dan teman-teman Muslimnya mulai terjalin.
Maya melihat mereka tidak seperti apa yang ia bayangkan sebelumnya mengenai Islam.
Apabila dulu ia memandang islam sebagai agama yang biadab dan penganutnya dianggap teroris, kini tidak melihat hal tersebut pada diri teman-temannya.
Mereka bergaul layaknya persahabatan pada umumnya, seperti ke bioskop dan lain-lain. Seiring berjalannya waktu, Maya mulai memperhatikan sikap teman-temannya.
“Namun satu hal yang menonjol bagiku adalah bahwa mereka melakukan apapun dengan cara yang sangat terhormat. Mereka sangat menjaga kehormatan diri mereka sendiri. Pelan-pelan aku memperhatikan tingkah laku dan sikap mereka, itu yang mengenalkanku pada islam,” jelas Maya.
Memutuskan untuk Memeluk Agama Muslim
Saat Ramadhan, teman Maya pun berpuasa.
Kala itu mereka buka puasa bersama dan ada hal yang membuat Maya penasaran dengan Islam.
Maya terkesan ketika temannya menawarkan lumpia kepada dirinya yang tidak berpuasa.
“Salah satu sahabatku, Sam Shayma, menyodorkan sekotak lumpia dan menawarkannya padaku. Itu merupakan momen yang berkesan bagiku,” ungkapnya.
“Aku yang makan sepanjang hari, bahkan mungkin tak sadar telah minum air atau yang lainnya di hadapan mereka, malah ditawari makanan dan diajak berbuka berbuka puasa bersama mereka,” tambahnya.
Maya semakin penasaran karena kebaikan temannya.
Kisah WNA yang memutuskan mualaf ini terus berlanjut, saat ia bertanya tentang Islam dan mengapa teman-temannya begitu baik padanya.
“Apakah kebaikan ini hanya ada pada para sahabatku? apakah ini merupakan bagian dari ajaran islam?” tanya Maya.
Sahabat Maya kemudian menjawab pertanyaan tersebut bukan berdasarkan opini mereka melainkan merujuk pada Al-Quran, hadis, sunnah Nabi, dan dalil.
Jika mereka tidak tahu jawabannya, mereka akan jujur kepada Maya dan berusaha mencari tahu.
Selama Maya mempelajari Islam, ia tersadar bahwa mempercayai saja tidak cukup.
Bagi Maya islam merupakan jalan hidup.
“Islam punya aturan tersendiri dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan hukum. Jika aku berniat untuk menjadi seorang muslimah, berniat menjadikan islam sebagai jati diriku, segalanya yang kutahui selama ini harus berubah,” tegas Maya.
Maya secara perlahan mulai menjauhi makanan dan minuman haram seperti alkohol.
Selain itu Maya juga menghentikan kebiasaan pergi ke club malam.
Pakaian yang Maya kenakan juga mulai sopan.
Namun Maya masih bimbang karena masuk Islam adalah komitmen seumur hidup.
Salah satu ketakutan Maya ketika hendak masuk islam adalah respon keluarganya yang tidak mengenal agama.
Akhir Kisah WNA Mualaf yang Berakhir Bahagia
Butuh waktu lama untuk Maya bisa menyampaikan niat masuk islam kepada keluarga, terutama sang ibu.
Berkali-kali Maya mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu sang ibu, tapi ia selalu gagal karena ketakutannya.
“Aku berkeinginan untuk masuk islam pada bulan Ramadhan, aku ingin berpuasa selama bulan tersebut, serta aku ingin merasakan nuansa Ramadhan,” terangnya.
Akhirnya beberapa pekan sebelum Ramadhan, Maya menuntaskan niatnya untuk memberi tahu sang ibu perihal keinginan masuk Islam.
Ternyata sang ibu menerima dan hanya memberikan pertanyaan mengapa ia ingin masuk islam.
Untungnya tidak terjadi perdebatan panjang karena menurut Maya, keluarganya tidak suka mendiskusikan sesuatu secara mendalam.
Maya pun pergi ke Masjid Glasgow Pusat.
Di masjid tersebut, Maya mengucapkan dua kalimat syahadat dengan suasana penuh haru.
Pada awal ia memeluk Islam, Maya belum mengenakan hijab karena tidak ingin kehilangan rambut indahnya.
Hingga teman Maya memberikan analogi sebuah permen.
Ia memberikan pertanyaan jika ada dua permen terjatuh, satu permen masih dibungkus dan satu lainnya terbuka, mana yang akan Maya ambil.
Dengan yakin Maya menjawab permen yang masih terbungkus.
Dari sanalah Maya sadar bahwa Allah memberikan aturan mengenakan hijab adalah untuk melindungi perempuan.
Nah, itulah sedikit kisah WNA Maya Wallace yang memutuskan menjadi mualaf karena sebuah lumpia.
Semoga cerita di atas bisa bermanfaat dan membuat kamu menjadi lebih toleransi antar sesama, ya!
Jika kamu sedang mencari rumah, apartemen, tanah atau yang lainnya di marketplace properti tepercaya dan aman, bisa mengunjungi laman Rumah123.com untuk mendapatkan penawaran terbaik seperti di Citaville Bogor.
Dan jangan sampai ketinggalan untuk mendapatkan berita dan tips terbaru mengenai dunia properti dalam negeri serta mancanegara di artikel Rumah123.com.