OK
Dijual
Disewa
Properti Baru
Panduan

‘Killing Field’ Tempat Bekas Genosida oleh Rezim Komunis Tahun 1975-1979, Membunuh 20.000 Jiwa!

19 Juli 2022 · 3 min read Author: Christantio Utama

killing tree kamboja

Reddit.com

Mungkin sebagian dari kita sering mendengar mengenai cerita kekuasaan pemerintahan diktator yang mengerikan.

Tidak segan-segan, pemimpin pemerintah bahkan rela mengeksekusi ribuan hingga puluhan ribu jiwa yang tidak sependapat dengan pandangannya.

Bahkan orang pemerintahan pun tidak luput dari ancaman tersebut.

Mungkin sebagian dari kamu masih belum familiar dengan lokasi bernama Killing Field yang berada di Kamboja.

Lokasi ini diketahui menjadi tempat kekejaman pemerintahan di negara tersebut.

Penasaran seperti apa kisahnya?

Yuk, langsung saja kita simak kisah pemerintahan diktator di Killing Field berikut ini, melansir Liputan6.

Kisah Mengenai Killing Field di Kamboja

Killing field

Sumber: Liputan6

Ketika masuk ke area Killing Field di Desa Cheong Ek sekitar 15 kilometer dari Phnom Penh,

Kamu tidak akan bisa membayangkan bahwa tempat tersebut adalah bekas ladang pembantaian ribuan rakyat Kamboja saat era rezim Khamr Merah berkuasa. 

Dilihat sekilas lokasi tersebut hanya seperti taman biasa yang ditumbuhi banyak pepohonan juga dipenuhi ilalang, dengan sebuah monumen indah dilihat dari kejauhan. 

khmer-rouge

International Business Times UK

Mendekat masuk ke dalam area Killing Field, kita akan menjumpai sebuah monumen yang menyimpan ribuan tulang korban pembantaian. Kebanyakan mereka adalah dokter, guru, pengacara, dan golongan terdidik lainnya. 

pol pot

Liputan6.com

Rezim Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot saat itu memaksakan ideologi komunis dan ingin membentuk negara agraris-sentris.

Para kaum terpelajar dianggap mengancam kekuasaannya sehingga harus dihabisi termasuk keluarga mereka. 

Siapapun yang dicurigai berseberangan dengannya akan langsung diciduk dan digelandang ke ladang pembantaian untuk disiksa dan dibunuh secara kejam. 

Selama kekuasaan Pol Pot, ribuan rakyat Kamboja dibunuh dan dieksekusi dengan cara keji.

Semua pengunjung di tempat tersebut terlihat memiliki ekspresi yang sama yakni murung, sedih, dan muram. 

Pengunjung berdiri atau duduk sambil mendengarkan audio yang menjelaskan informasi tentang berbagai hal di lokasi tersebut tersebut, mulai dari alat penyiksa, bekas galian makam, tumpukan baju para korban, bahkan pohon di mana bayi-bayi dibunuh dengan cara dihantamkan ke batangnya.

Sungguh  peristiwa yang tidak bisa dinalar dengan akal dan mampu membuat bulu kuduk merinding. 

Sangat aneh rasanya berjalan di sekitar lokasi tersebut, membayangkan bahwa tanah yang sedang kita pijak, dulunya pernah berlumuran darah para korban. 

Serta tanah bekas puluhan ribu orang meninggal dan dimakamkan secara massal.

Setelah rezim Khmer Merah berakhir, dilakukan penggalian di tempat itu dan telah ditemukan sekitar 20.000 jenazah pria, wanita, juga anak-anak dan bayi korban kekejaman tentara Khmer Merah. 

Killing field di kamboja

Sumber: Liputan6

Di salah satu bagian Killing Field terdapat bekas galian tempat para korban dimakamkan secara massal. 

Tempat tersebut kini dibangun sebuah bangunan sederhana beratapkan rumbia dan dikelilingi dengan pagar bambu. 

Uniknya di antara pagar bambu tersebut tergantung ribuan mungkin sampai ratusan gelang berbagai macam warna, model dan bentuk.

Nah, itulah cerita seingkat mengenai Killing Field di Kamboja yang jadi buksi kekejaman pemerintahan diktator.

Semoga artikel di atas bermanfaat, ya!

Jika kamu sedang mencari rumah, apartemen, tanah atau yang lainnya di marketplace properti tepercaya dan aman, bisa mengunjungi laman Rumah123.com dan 99.co untuk mendapatkan penawaran terbaik seperti di Bintaro Icon Tangerang Selatan.

Buka lembaran baru dan wujudkan impianmu, kami selalu #AdaBuatKamu.

Jangan sampai ketinggalan untuk mendapatkan berita dan tips terbaru mengenai dunia properti dalam negeri serta mancanegara di artikel Rumah123.com.


Tag: , ,


Christantio Utama
Lulusan Binus jurusan Hubungan Internasional. Mengawali karier sebagai jurnalis di Detikcom pada 2018 dan sekarang bekerja di 99 Group sebagai penulis artikel. Tio rutin menulis tentang properti, gaya hidup, dan teknologi.
Selengkapnya