OK
Panduan

Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal yang Mengharukan

03 Nopember 2024 · 7 min read Author: Rulfhi Alimudin Pratama S

khutbah jumat bulan syawal

shutterstock.com

Teks khutbah Jumat bulan Syawal yang mengharukan ini bisa khatib jadikan sebagai referensi materi untuk disampaikan kepada jamaah shalat Jumat. Berikut sejumlah contohnya!

Property People, setelah bulan Ramadhan, umat muslim akan menyongsong bulan Syawal dalam kalender hijriyah.

Pada bulan Syawal ada beberapa amalan yang bisa kamu lakukan, antara lain puasa syawal selama enam hari.

Selain puasa, umat muslim yang berjenis kelamin laki-laki akan melaksanakan sholat Jumat di awal bulan Syawal.

Dalam shalat Jumat, khatib akan menyampaikan ajakan dan nasehat yang berkaitan dengan bulan Syawal.

Jika sebelumnya menyajikan teks khutbah Idul Fitri yang membuat jamaah menangis, kali ini Rumah123.com telah menghimpun kumpulan materi khutbah Jumat bulan Syawal yang menyentuh hati dan mengharukan.

Berikut isi narasi khutbah Jumat bulan Syawal!

Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal yang Mengharukan

khutbah jumat bulan syawal yang mengharukan

Sumber: Shutterstock.com

1. Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal NU Online

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Ramadhan telah lewat dan kita memasuki bulan Syawal lalu bulan-bulan berikutnya yang mungkin bagi kebanyakan orang “kurang istimewa”.

Bulan Ramadhan yang istimewa hadir dengan janji pelipatgandaan pahala, menekankan pengekangan hawa nafsu, dan momen menumpuk amal saleh sebanyak-banyaknya.

Ramadhan dengan demikian menjadi saat-saat penggemblengan hamba menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah atau dalam bahasa Al-Qur’an mencetak insan yang bertakwa (la‘allakum tattaqûn).

Di dalam Ramadhan umat Islam dianugerahi sebuah malam spesial bernama Lailatul Qadar yang setara dengan seribu bulan. Artinya melakukan satu amal kebaikan pada malam itu setara dengan seribu amal kebaikan pada malam-malam di luarnya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Tidurnya orang berpuasa bernilai ibadah, diamnya orang yang berpuasa bernilai tasbih, doanya dikabulkan, dan balasan atas perbuatan baiknya dilipatgandakan.

   كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.

Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Allah memberikan anugerah yang luar biasa semacam itu? Hal ini bisa dipahami setidaknya dalam dua sudut pandang.

Pertama, ini merupakan kemurahan dari Allah untuk hamba-Nya. Sebagaimana Allah mengistimewakan hari Jumat di tengah hari-hari lain dalam satu minggu, Allah pun mengistimewakan Ramadhan di tengah bulan-bulan lain dalam satu tahun.

Momen tersebut menjadi kesempatan terbaik bagi setiap hamba meningkatkan Kedua, Ramadhan juga bisa dibaca sebagai sindiran kepada mereka yang umumnya terlalu tenggelam dengan kesibukan duniawi.

Jam-jamnya, hari-harinya, dan bulan-bulannya, dipenuhi dengan aktivitas untuk kepentingan dirinya sendiri—atau paling jauh untuk keluarga sendiri. Sementara kegiatan yang benar-benar diniatkan untuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah nyaris terlupakan.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Kita sering mendengar seorang ibu yang merayu anaknya dengan iming-iming hadiah untuk mencegahnya dari tindakan-tindakan bandel tertentu.

Jangan-jangan Ramadhan adalah hadiah karena Allah tahu kita terlalu “bandel”, tak cukup waktu untuk bermesraan dengan-Nya, tak banyak waktu untuk mengingat-Nya.

Itulah mengapa pada malam Lailatul Qadar kita justru dianjurkan banyak meminta ampun dengan membaca: 

 اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah Engkaulah maha pengampun, senang kepada ampunan, maka ampunilah aku.”

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Anjuran memohon ampunan adalah sinyal bahwa umat manusia memiliki kecenderungan berbuat lalai dan dosa. Ini adalah pesan tentang pentingnya muhasabah atau introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita selama ini.

Sudahkah seluruh harta yang kita makan didapatkan dengan cara yang halal? Sudahkah kita bebas dari tindakan menyakiti orang lain? Seberapa ikhlas kita menginfakkan sebagian kekayaan kita untuk di luar kepentingan kita?

Seberapa semangat kita beribadah dibanding semangat kita melakukan aktivitas dunia? Dan seterusnya dan sebagainya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Pembicaraan ampunan juga muncul dalam janji dalam sebuah hadits bahwa siapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan mendapat ampunan atas dosa-dosanya yang telah lewat (man shâma ramadhâna îmânan wa-htisâbah ghufira lahu mâ taqaddama min dzanbihi).

Ini juga menyiratkan pesan tentang betapa manusia telah melewati hari-hari mereka dengan penuh kedurhakaan. Melalui Ramadhan dan Lailatul Qadar, dosa-dosa yang pernah kita lakukan diharapkan terhapuskan.

Memahami Ramadhan sebagai momen koreksi diri merupakan hal yang penting agar kita menghargai waktu dengan cara mengisinya secara positif dan memiliki kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah subhânahu wata‘âlâ.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Tidak meremehkan bulan-bulan di luar Ramadhan. Imam Al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya di dunia, maka sesungguhnya ia sedang menghampiri suatu kerugian yang besar.

Sebagaimana yang ia nyatakan—dengan mengutip hadits—dalam kitab Ayyuhal Walad:

عَلاَمَةُ اِعْرَاضِ اللهِ تَعَالَى عَنِ الْعَبْدِ، اشْتِغَالُهُ بِمَا لاَ يَعْنِيهِ، وَ اَنﱠ امْرَأً ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مَنْ عُمُرِهِ، في غَيرِ مَا خُلِقَ لَهُ مِنَ الْعِبَادَةِ، لَجَدِيرٌ اَنْ تَطُولَ عَلَيْهِ حَسْرَتُهُ

Artinya: “Pertanda bahwa Allah ta’ala sedang berpaling dari hamba adalah disibukkannya hamba tersebut dengan hal-hal yang tak berfaedah. Dan satu saat saja yang seseorang menghabiskannya tanpa ibadah, maka sudah pantas ia menerima kerugian berkepanjangan.”

Semoga Ramadhan yang telah kita lewati membawa manfaat bagi perbaikan diri kita sehingga melewati hari-hari dan bulan-bulan setelahnya dengan lebih baik sampai kita dipertemukan dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya. Wallahu a’lam bish-shawâb. 

 بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

**Sumber: nu.or.id

2. Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Menyentuh Hati

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, atas rahmat Allah dan karunia-Nya semata, kita semua bisa hadir di masjid ini untuk menjalankan salah satu syiar Islam yang agung dalam Islam, yaitu shalat Jumat.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat Islam yang mengikuti sunnah beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhasan dan kesabaran hingga akhir zaman.

Kami wasiatkan kepada diri kami sendiri dan kepada jamaah shalat Jumat semuanya, agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Kita laksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala semaksimal kemampuan yang kita miliki dan kita jauhi larangan-larangan Allah Ta’ala sejauh-jauhnya, di mana pun kita berada.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Hanya dengan cara seperti itulah kita bisa mempertahankan iman dan menguatkan ketakwaan di hati kita. Bila terus menerus demikian, suatu saat iman dan takwa akan menjadi sesuatu yang paling indah di dalam hati kita.

Dan tidak ada yang lebih kita benci melebih kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala juga membenci hal – hal tersebut.

Hari ini kita hidup di zaman yang penuh dengan fitnah syubhat, yaitu tersebar luasnya berbagai macam paham yang menyimpang dari Islam dan bahkan sangat bertentangan dengan Islam namun nampak sebagai bagian dari ajaran Islam atau bahkan dituntunkan oleh Islam.

Selain fitnah syubhat, ada yang lainnya saat ini yang tak kalah bahayanya bagi kaum Muslimin, yaitu fitnah syahwat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Fitnah syahwat di sini bukan hanya terkait masalah hubungan bebas antara pria dan wanita, namun sudah mencakup gaya hidup yang sangat jauh dari tuntunan Islam. Ia menjadi trend atau kecenderungan masyarakat secara umum, yaitu gaya hidup bermewah-mewah, serba glamour.

Bahkan sebagian kalangan memamerkan kemewahan diri dan keluarganya kepada masyarakat melalui media sosial. Yang sangat disayangkan, sebagian pelakunya adalah umat Islam.

Padahal Islam sama sekali tidak mengajarkan hal tersebut. Bahkan memperingatkan kaum Muslimin dari gaya hidup hedonisme semacam itu karena orang yang hidup bermewah-mewah itu akan cenderung menentang kebenaran atau menyimpang dari kebenaran.

Oleh karenanya, Islam menuntunkan kebalikannya, yaitu gaya hidup sederhana dan zuhud terhadap dunia serta lebih mengutamakan akhirat daripada dunia.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Al-Quran tidak pernah memuji hidup mewah. Yang ada dalam al-Quran justru hanya kecaman kepada orang-orang yang suka hidup bermewah-mewah.

Di dalam Al-Quran ada 8 tempat yang memperingatkan dan mengecam gaya hidup bermewah- mewah karena kemewahan dan mendustakan ayat-ayat Allah itu sering kali beriringan. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَكَذٰلِكَ مَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍۙ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا عَلٰٓى اُمَّةٍ وَّاِنَّا عَلٰٓى اٰثٰرِهِمْ مُّقْتَدُوْنَ – ٢٣

Artinya: Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata,

“Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka.” [Az-Zukhruf: 23].

**Sumber: Pabrikjammasjid.com

***

Selain materi khutbah Jumat, cari tahu juga perbedaan khutbah, tabligh, dan dakwah

Semoga bermanfaat, Property People.

Temukan informasi menarik seputar agama Islam lainnya hanya di artikel.rumah123.com.

Jangan lupa untuk mengikuti Google News Rumah123.com sekarang juga!

Sementara jika kamu sedang mencari rumah nyaman dan aman bisa kunjungi www.rumah123.com.

Ada hunian berkualitas dan terjangkau, yakni Harvest City di Bogor yang pastinya #AdaBuatKamu.


Tag: ,


Rulfhi Alimudin Pratama S

Content Writer

Mengawali karier kepenulisan sebagai penulis lepas di beberapa media daring sejak 2016. Kini mencurahkan pikiran untuk menulis properti, gaya hidup, marketing, hingga teknologi di Berita 99 dan Rumah123.
Selengkapnya

IKLAN

Tutup iklan
×

SCROLL UNTUK TERUS MEMBACA