13 Puisi tentang Kemerdekaan Indonesia Penuh Makna, Sangat Menyentuh Hati!
Meriahkan 17 Agustus dengan membacakan puisi tentang kemerdekaan yang membakar semangat. Simak contoh puisinya dalam artikel ini, yuk!
Tanggal 17 Agustus diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia karena merupakan hari bersejarah yang menandakan berakhirnya penjajahan di Indonesia.
Dalam rangka memperingati hari tersebut, setiap tahunnya diselenggarakan acara peringatan yang meriah, mulai dari upacara hingga lomba.
Nah, di antara acara-acara tersebut, ada momen membacakan puisi tentang kemerdekaan.
Puisi tentang kemerdekaan berisi ungkapan mengenai makna perjuangan para pahlawan bangsa dan semangat nasionalisme.
Berikut ini contoh puisi kemerdekaan yang bisa kamu bacakan!
Puisi tentang Kemerdekaan Indonesia
1. “Kita Adalah Pemilih Sah Negeri Ini”
Karya: Taufik Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya, inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus
2. “Jakarta 17 Agustus Dinihari”
Karya: Sitor Situmorang
Sederhana dan murni
Impian remaja
Hikmah kehidupan
berNusa
berBangsa
berBahasa
Kewajaran napas
Dan degub jantung
Keserasian beralam
Dan bertujuan
Lama didambakan
Menjadi kenyataan
Wajar, bebas
Seperti embun
Seperti sinar matahari
Menerangi bumi
Di hari pagi
Kemanusiaan
Indonesia Merdeka
17 Agustus 1945
3. “Menatap Merah Putih”
Karya: Sapardi Djoko Damono
Menatap merah putih
Melambai dan menari-nari di angkasa
Kibarannya telah banyak menelan korban
nyawa dan harta benda
Berkibarnya merah putih
Yang menjulang tinggi di angkasa
Selalu teriring senandung lagu Indonesia Raya
Dan tetesan air mata
Dulu, ketika masa perjuangan pergerakan kemerdekaan
Untuk mengibarkan merah putih harus diawali dengan pertumpahan darah
Pejuang yang tak pernah merasa lelah
untuk berteriak: Merdeka!
Menatap merah putih
Adalah perlawanan melawan angkara murka
Membinasakan penindas dari negeri tercinta Indonesia
Menatap merah putih
Adalah bergolaknya darah demi membela kebenaran dan azasi manusia
Menumpas segala penjajahan di atas bumi pertiwi
Menatap merah putih
Adalah kebebasan yang musti dijaga dan dibela
Kibarannya di angkasa raya
Berkibarlah terus merah putihku dalam kemenangan dan kedamaian
4. “Karawang Bekasi”
Karya: Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekas
5. “Sukmaku Merdeka”
Karya: Wiji Thukul
Tidak tergantung kepada Departemen Tenaga Kerja
Semakin hari semakin nyata nasib di tanganku
Tidak diubah oleh siapapun
Tidak juga akan diubah oleh Tuhan Pemilik Surga
Apakah ini menyakitkan? Entahlah!
Aku tak menyumpahi rahim ibuku lagi
Sebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagi
Hanya dengan memaki-maki
Waktu yang diisi keluh akan berisi keluh
Waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan
Serdadu-serdadu kebijaksanaan
Biar perang meletus kapan saja
Itu bukan apa-apa
Masalah nomer satu adalah hari ini
Jangan mati sebelum dimampus takdir
Sebelum malam mengucap selamat malam
Sebelum kubur mengucapkan selamat datang
Aku mengucap kepada hidup yang jelata
Merdeka!!
6. “Di Bawah Kibaran Merah Putih Aku Tersimpuh”
Karya: M. Taufiq
Di bawah kibaran merah putih
Bayangnya berdansa dengan pasir yang kupijak
Menekuk, meliuk, menggelora
Aku tersimpuh
Di bawah naungan merah putih
Yang enggan turun, enggan layu
Setelah lama badai menghujamnya
Mencari pijakan, aku harus bangkit
Menepis debu yang menggelayutiku
Menebalkan lagi tapak kakiku
Ini waktuku berdiri!
Tak lagi aku lengah, takkan
Ini tanah bukan tanah tanpa darah
Ia terhampar bukan tanpa tangis
Terserak cecer tiap partikel mesiu di sana
Jika pada patahan waktu yang lalu
Aku bersembunyi, berkarung
Pada lipatan detik ini, aku bukanlah kemarin
Aku adalah detik ini, aku akan menjadi esok
Aku terhuyung
Memegang erat tiang merah putih
Aku memanjat asa, memupuk tekad
Indonesia, pegang genggam beraniku!
7. “Hari Itu, Bangsaku Bahagia”
Karya: Asty Kusumadewi
Indonesia adalah negara kaya
Negara penuh budaya
Negara yang selalu jaya
Di setiap generasinya
Namun, ada kisah nyata dibalik itu semua
Penjajahan dimana-mana
Perjuangan melawan penjajah durjana
Dengan semangat juang 45
Pertumpahan darah di tanah air
Saksi bisu perjuangan bangsa
Dengan satu keinginannya
Tekad kuat untuk Merdeka!
Merdeka, Merdeka, Merdeka!
Hari Itu Bangsaku Bahagia
17 Agustus 1945
Indonesia merdeka dari segala sengsara dan lara
8. “Tanyaku Sederhana”
Karya: Muhammad Sifak Almurtadho
Aku adalah seribu tahun lalu
Mencoba melawan semua kalah dan luka untuk kubawa pergi
Merenggut semua kalimat asa untuk merdeka
Angkasa surya menopang semua deru ombak derita
Ringkus habis semuanya!
Tanpa ada orang yang tersisa
Semua tulisan-tulisan dari penyair terkenal ini
Adalah bukti nyata
Kalau dulu negara ini menelan jutaan jiwa
Sampai merdeka!
Saat ini, negara ini dijajah mati oleh pribumi sendiri
Bukannya benar pertanyaanku?
Sudahi semua pertikaian ini, atau merdeka dua kali?
Ringkus peristiwa!
Kita merdeka karena kita berbeda!
9. “Apa Kata Bung Hatta”
Karya: Hati Nurahayu
Banyak kata untuk negeri
Terjujur dari jiwa yang murni
Indonesia ada selalu di hati
Terucap pesan yang terpatri
Persatuan satu harus miliki
Jangan pudar karena dari para pembenci
Memecah belah negeri
Karena ingin kita dikuliti
Jatuh bangunnya negeri
Ingatlah selalu tertanam di diri
Bersatu padu selalu ada di jiwa kami
Penjajah pemecah belah takut kekuatan ini
10. “Terbanglah Indonesia”
Karya: Rayhandi
Terbanglah Indonesia
Terbang ke langit bebas
Gapai bintang hingga jauh melambung
Tunjukkan pada dunia merah putihmu
Terbanglah Indonesia
Takkan ada yang bisa mengikatmu
Juga mengurungmu
Kita bukan jangkrik di dalam kotak
Kita bebas merdeka
Terbanglah indonesia
Terbanglah kemana kau ingin terbang
Lihatlah kemana kau ingin lihat
Cintailah apa yang kau ingini
Kebebasan bersandar di raga kita
Karena kita merdeka
Terbanglah Indonesia
Dunia harus tahu Indonesia bangsa yang hebat
Bangsa yang menghargai perdamaian
Tapi bukan berarti bisa diam jika kebebasan kita di renggut
Takkan kita biarkan hak kita di injak-injak
Puisi Kemerdekaan Indonesia
1. “Indonesia Telah Merdeka”
Karya: Hernawati
Indonesia telah merdeka
Sudah lama Indonesia merdeka
Merdeka dari penjajahan bangsa Eropa dan Asia
Merdeka dari penjajahan Portugis, Spanyol, Inggris,
Belanda dan Nippon Pemimpin Asia
Ya, saat ini Indonesia telah merdeka
Merdeka dari belenggu penjajahan Kolonial yang begitu lama
Merdeka dari belenggu kependudukan militer Jepang hingga muncul romusha
Indonesia saat ini telah merdeka, merdeka dari belenggu yang menyiksa
Wahai Indonesiaku tercinta
Belenggu penjajah sudah begitu lama sirna
Biarkan kisah lampau menjadi sejarah bangsa
Kini dirimu telah merdeka
Wahai Indonesiaku tercinta
Jangan sia-siakan kemerdekaan yang telah ada
Kemerdekaan yang kau dapat dengan tumpah darah dan tetasan air mata
Kemerdekaan yang kau dapat dari perjuangan dan pengorbanan pahlawan yang telah tiada
Wahai Indonesiaku tercinta
Tanah airku yang selalu ku puja
Kini engkau telah merdeka
Saat ini Indonesia telah merdeka
2. Suara Diplomator Negri
Kemerdekaan adalah perjalanan
bukan tujuan akhir…
Perdamaian itu fana
Kapanpun bisa berakhir…
Konfrontasi antar negara akan terjadi
Dengan gerilya sebagai jalan terakhir
Batu dan kayu menjadi senjata terakhir
Serta penderitaan tiada akhir
Diplomat muda pahlawan terdepan
Menyuarakan perdamaian
Diplomat muda selalu disiapkan
Menjaga kedaulatan dan persahabatan
Diplomat muda Katakanlah
Bahwa Negri ini jatuh cinta dengan perdamaian
Diplomat muda kataknlah
Menjaga perdamaian adalah amanah proklamasi kemerdekaan
3. Merdeka atau Mati
Karya: Yamin
Darah menggenang di tanah tak bertuan
Ratusan nyawa melayang
Bergelimpangan di medan perang
Mengangkat panji kemenangan
Seorang pejuang berteriak lantang
Gagah berani memegang senjata lawan penjajah
Dua kata menjadi pilihan
Merdeka atau mati
Tubuh kekar dihujani peluru
Penuh lubang di sekujur tubuh
Darah bercucuran mereka tetap tegak berdiri
Sekali lagi lantangkan merdeka atau mati
***
Itulah beberapa contoh puisi tentang kemerdekaan.
Simak artikel menarik lainnya hanya di artikel.rumah123.com.
Ikuti juga Google News Rumah123 agar tidak ketinggalan informasi terbaru.
Kalau sedang mencari rumah, dapatkan rekomendasi terbaiknya di Rumah123.
Menemukan rumah impian kini lebih muda karena kami #AdaBuatKamu.
Kunjungi Teras123 untuk ngobrolin properti!
**Referensi:
- Komunitas Muda Bersejarah. (2021). Antologi Puisi Kemerdekaan – Indonesia Maju. Guepedia
- Yamin, dkk. (2019). Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi. Kabupaten Bandung: Tata Akbar