OK
Panduan

23 Puisi tentang Pahlawan Penuh Makna dan Menyentuh Hati

03 Nopember 2024 · 14 min read Author: Alya Zulfikar · Editor: Bobby Agung Prasetyo

puisi tentang pahlawan

puisi tentang pahlawan | sumber: shutterstock.com

Ada banyak cara menghargai dan mengenang jasa para pahlawan nasional Indonesia, salah satunya dengan membacakan puisi tentang pahlawan berikut ini!

Puisi tentang pahlawan adalah puisi yang berisi ungkapan semangat yang membara tentang heroisme atau kepahlawanan.

Sebagaimana kita ketahui, kemerdekaan Indonesia ini tidak diraih secara cuma-cuma, tetapi penuh perjuangan dan tumpah darah.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menghargai jasa mereka yang telah menghadiahkan kemerdekaan kepada penerus bangsa.

Salah satu bentuk apresiasi kepada para pahlawan nasional bisa dengan membacakan puisi pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia serta Hari Pahlawan.

Melansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa contoh puisi tentang pahlawan karya penyair terkenal!

Puisi Pahlawan Singkat

1. Puisi Pahlawan Tak Dikenal

“Puisi Pahlawan Tak Dikenal”

puisi pahlawan tak dikenal

puisi pahlawan tak dikenal

Karya: Toto Sudarto Bachtiar

 

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring

Tetapi bukan tidur, sayang

Sebuah lubang peluru bundar di dadanya

Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

 

Dia tidak ingat bilamana dia datang

Kedua lengannya memeluk senapan

Dia tidak tahu untuk siapa dia datang

Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

 

Wajah sunyi setengah tengadah

Menangkap sepi padang senja

Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu

Dia masih sangat muda

 

Hari itu 10 November, hujanpun mulai turun

Orang-orang ingin kembali memandangnya

Sambil merangkai karangan bunga

Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

 

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring

Tetapi bukan tidur, sayang

Sebuah peluru bundar di dadanya

Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda.

2. Puisi Pahlawan Singkat

“Pahlawanku”

Karya: Fitriya Elisa

 

Demi negerimu kau korbankan waktumu

Demi bangsamu kau pertaruhkan nyawamu

Tanpamu negeri ini tiada makmur

Tanpamu negeri ini akan hancur

3. Contoh Puisi Pahlawan

 

“Wahai Pahlawan Sejati”

Andai kau mengerti bangsa ini sekarang

Mungkin senyummu akan menjadi tangismu

Mungkin tawamu akan menjadi sedihmu

Wahai pahlawanku

Maafkan kami yang tak bisa memperbaiki

Negara yang merana ini

Tapi kami akan berjanji padamu

Merebut kembali kemerdekaan yang hakiki itu

Perjuangan dulu menjadi bangsa yang bermartabat

Yang sejahtera abadi selamanya

Di saat ini hingga nanti

4. Puisi Pahlawan Pendek

“Pengorbanan”

Mengucur deras keringat

Membasahi tubuh yang terikat

Membawa angan jauh entah kemana

Bagaikan pungguk merindukan bulan

Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan

 

Pagi yang menjadi malam

Bulan yang menjadi tahun

Sekian lama telah menanti

Dirinya tak jua lepas

 

Andai aku sang Ksatria

Aku pasti menyelamatkanya

Namun, semua hanya mimpi

Dirinyalah yang harus berusaha

Untuk membawa pergi dari kegelapan abadi

5. Puisi Pahlawan Menyentuh Hati

“Pahlawan yang Hilang”

puisi pahlawan singkat

puisi pahlawan singkat

Di mana lagi kan kutemukan keberanianmu

Di mana lagi kan kutemukan pekik teriak semangatmu

Di mana lagi ku temukan sosok sepertimu

Wahai pahlawan

 

Beribu hari telah kulalui

Jutaan hari telah kuhitung dengan jemari

Namun, tak mampu jua kutemukan

Sosok pahlawan sejati

 

Kumeniti jalanan penuh onak dan duri

Menyusuri gurun pasir yang kering kerontang

Dimanakah kan kutemui lagi

Sosok sepertimu wahai pahlawanku

6. Puisi Pahlawan Kemerdekaan

“Jejak-Jejak Pejuang”

Jejak-jejak para pahlawan bangsa

Semerbak harum dalam deretan syair pujangga

Bercerita indah akan kisah perjuangan

Sang pahlawan dalam membela bangsa

 

Meregang nyawa di medan peperangan

Raga berlubang tertembus peluru tajam

Meski tersungkur tergeletak di tanah

Kau tetap hidup dalam sanubari anak bangsa

 

Jejak-jejak para pahlawan bangsa

Menapak jelas menembus zaman

Kini kau pun mampu menyaksikan dari surga

Bangsamu bersatu padu dalam semangat membela

7. Puisi Pahlawan Anak SD

“Pengorbanan Seorang Pahlawan”

Wahai pahlawanku

Kan ku kenang selalu jasamu

Seluruh maka terbuka akan perjuanganmu

Kau bela kemerdekaan

 

Kau rela korbankan jiwa raga

Demi nusa dan bangsa

Jasamu kan abadi

Bersemayam di hati penerusmu

Berkat pengorbananmu

 

Rakyat dan bangsa kini semakin maju

Kokoh kuat bersatu

Melanjutkan cita-cita sucimu

Terima kasih pahlawan

 

Kau telah berkorban untuk Negaraku

Terima kasih pahlawan

8. “Serdadu Tak Dikenal”

Kau ambil seragam lusuh di bilik kamarmu

Kau kenakan dengan sangat rapi

Meski dirimu kini tak dikenal

Namun, semangat juangmu terasa hingga menembus batas zaman

 

Kau siapkan senapan dengan peluru tajam

Dengan gagah kau maju di barisan depan

Menjadi biduk dalam strategi perang

Tak jarang dirimu menjadi umpan kemenangan

 

Dengan gagah berani kau merangsek maju ke barisan depan

Hingga tak kau sadari sebuah peluru tajam menerjang

Meski kau tak dikenal

Perjuanganmu takkan kami lupakan

9. “Karenamu Pahlawanku”

Karya: Rayhandi

 

Karenamu pahlawanku

Sekarang aku bisa hidup tenang

Tanpa kerja rodi romusa

Tanpa jerit takut rakyat tertembak.

Karenamu pahlawanku

Sekarang bumi kami damai

Air dan tanah menjadi kekayaan pertiwi

Bukan eropa bukan juga belanda.

Karenamu pahlawanku

Aku hidup di jaman merdeka

Setiap badan memiliki hak sama.

 

Karenamu pahlawanku

Hingga hari ini aku bisa menulis puisi dan sepucuk doa

Doa untuk roh roh suci kalian

Yang berjuang atas darah dan tulang.

10. Puisi tentang Pahlawan Singkat

 

“Terima Kasih Pahlawan”

Karya: Rayhandi

 

Kuucapkan terima kasih untuk kalian yang disana

Yang mati karena berani

Yang mati karena yakin

Yang mati karena benar.

 

Kuucapkan terima kasih

Untuk jasad yang sekarang menjadi abu

Karena kalian kami merdeka

Karena kalian merah putih tegak di pucuk langit garuda

Menjulang menjadi bukti darah dan nyawa telah tertaruh.

 

Kuucapkan terima kasih

Untuk keberanian kalian

Keberanian yang tumbuh di dasar hati

Menjalar merenggut darah

Tiada takut kalian berperang

Bahkan matipun mau dikau.

 

Kuucapkan terima kasih

Untuk setiap doa

Doa yang setiap hitam terbang ke langit

Doa yang tiada henti hentinya kalian tasbih

Untuk kami, indonesia mendatang.

 

Kuucapkan terima kasih

Tanah yang kami injak

Air yang kami minum

Adalah darah dan nyawa

Yang dulu melayang.

 

Kuucapkan terima kasih

Sekali lagi, kuucapkan terima kasih

Untuk kalian yang sekarang sudah di surga

Tersenyum melihat garuda terbang tinggi.

Puisi tentang Pahlawan Karya Penyair Terkenal

1. Puisi Pahlawan Karya Chairil Anwar

“Diponegoro”

puisi tentang pahlawan diponegoro

puisi tentang pahlawan. “Diponegoro” – Chairil Anwar

Karya: Chairil Anwar

 

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati

Maju

 

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati

Maju

 

Bagimu negeri

Menyediakan api

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang.

2. “Karawang Bekasi”

Karya: Chairil Anwar

 

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

 

Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami

Terbayang kami maju dan mendegap hati?

 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu

Kenang, kenanglah kami

 

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

 

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,

Atau tidak untuk apa-apa

 

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

 

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

Menjaga Bung Hatta

Menjaga Bung Syahrir

 

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

3. “Doa Seorang Serdadu sebelum Perang”

Karya: W. S. Rendra

 

Tuhanku,

Wajah-Mu membayang di kota terbakar

dan firman-Mu terguris di atas ribuan

kuburan yang dangkal

 

Anak menangis kehilangan bapa

Tanah sepi kehilangan lelakinya

Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini

tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

 

Apabila malam turun nanti

sempurnalah sudah warna dosa

dan mesiu kembali lagi bicara

Waktu itu, Tuhanku,

perkenankan aku membunuh

perkenankan aku menusukkan sangkurku

 

Malam dan wajahku

adalah satu warna

Dosa dan nafasku

adalah satu udara.

Tak ada lagi pilihan

kecuali menyadari

-biarpun bersama penyesalan-

 

Apa yang bisa diucapkan

oleh bibirku yang terjajah?

Sementara kulihat kedua lengan-Mu yang capai

mendekap bumi yang mengkhianatiMu

 

Tuhanku

Erat-erat kugenggam senapanku

Perkenankan aku membunuh

Perkenankan aku menusukkan sangkurku

4. “Maju Tak Gentar”

Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

 

Maju tak gentar

Membela yang mungkar.

Maju tak gentar

Hak orang diserang.

 

Maju tak gentar

Pasti kita menang!

5. “Lagu dari Pasukan Terakhir”

Karya: Asrul Asni

 

Pada tapal terakhir sampai ke Jogja

bimbang telah datang pada nyala

langit telah tergantung suram

kata-kata berantukan pada arti sendiri

 

Bimbang telah datang pada nyala

dan cinta tanah air akan berupa

peluru dalam darah

serta nilai yang bertebaran sepanjang masa

bertanya akan kesudahan ujian

mati atau tiada mati-matinya

 

O Jenderal, bapa, bapa,

tiadakan engkau hendak berkata untuk kesekian kali

ataukah suatu kehilangan keyakinan

hanya kanan tetap tinggal pada tidak-sempurna

dan nanti tulisan yang telah diperbuat sementara

akan hilang ditiup angin, karena

ia berdiam di pasir kering

 

O Jenderal, kami yang kini akan mati

tiada lagi dapat melihat kelabu

laut renangan Indonesia.

 

O Jenderal, kami yang kini akan jadi

tanah, pasir, batu dan air

kami cinta kepada bumi ini

 

Ah, mengapa pada hari-hari sekarang, matahari

sangsi akan rupanya, dan tiada pasti pada cahaya

yang akan dikirim ke bumi

 

Jenderal, mari Jenderal

mari jalan di muka

mari kita hilangkan sengketa ucapan

dan dendam kehendak pada cacat-keyakinan

engkau bersama kami, engkau bersama kami

 

Mari kita tinggalkan ibu kita

mari kita biarkan istri dan kekasih mendoa

mari Jenderal mari

sekali ini derajat orang pencari dalam bahaya

mari Jenderal mari Jenderal mari, mari…

6. “Gugur”

Karya: W. S. Rendra

 

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Tiada kuasa lagi menegak

Telah ia lepaskan dengan gemilang

pelor terakhir dari bedilnya

 

Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua

luka-luka di badannya

 

Bagai harimau tua

susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga

menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu

lima pemuda mengangkatnya

di antaranya anaknya

 

Ia menolak

dan tetap merangkak

menuju kota kesayangannya

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

 

Belum lagi selusin tindak

maut pun menghadangnya

Ketika anaknya memegang tangannya,

 

ia berkata:

”Yang berasal dari tanah

kembali rebah pada tanah.

Dan aku pun berasal dari tanah

tanah Ambarawa yang kucinta

Kita bukanlah anak jadah

Kerna kita punya bumi kecintaan.

 

Bumi yang menyusui kita

dengan mata airnya.

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.

Bumi kita adalah kehormatan.

 

Bumi kita adalah juwa dari jiwa.

Ia adalah bumi nenek moyang.

Ia adalah bumi waris yang sekarang.

Ia adalah bumi waris yang akan datang.”

 

Hari pun berangkat malam

Bumi berpeluh dan terbakar

Kerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata:

 

“Lihatlah, hari telah fajar!

Wahai bumi yang indah,

kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu

seorang cucuku

akan menancapkan bajak

di bumi tempatku berkubur

 

kemudian akan ditanamnya benih

dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun berkata:

“Alangkah gemburnya tanah di sini!”

 

Hari pun lengkap malam

ketika menutup matanya

7. “Sebelum Jaket Berlumur Darah”

Karya: Taufiq Ismail

 

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah pergi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun.

 

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

 

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

 

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan-bangunan

Menunduk bendera setengah tiang.

 

Pesan itu telah sampai kemana-mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan

Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

 

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

Lanjutkan Perjuangan!

8. “Putra-Putra Ibu Pertiwi”

Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

 

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja

Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya

Pahlawan-pahlawan bangsa

Dan patriot-patriot negara

(Bunga-bunga kalian mengenalnya

Atau hanya mencium semerbaknya)

 

Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan

Merebut dan mempertahankan kemerdekaan

(Beberapa kuntum dipetik bidadari sambil senyum

Membawanya ke sorga tinggalkan harum)

 

Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan

Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan

(Beberapa kelopak bunga di tenung angin kala

Berubah jadi duri-duri mala)

 

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja

Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya

Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa

(di Tamansari bunga-bunga dan duri-duri

Sama-sama diasuh mentari)

 

Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi

Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa

(mentari tertawa sedih memandang pedih

Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih)

9. “Atas Kemerdekaan”

puisi tentang pahlawan singkat

puisi tentang pahlawan singkat. “Atas Kemederkaan” – Sapardi Djoko Damono

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

kita berkata : jadilah

dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut

di atasnya : langit dan badai tak henti-henti

di tepinya cakrawala

 

terjerat juga akhirnya

kita, kemudian adalah sibuk

mengusut rahasia angka-angka

sebelum Hari yang ketujuh tiba

 

sebelum kita ciptakan pula Firdaus

dari segenap mimpi kita

sementara seekor ular melilit pohon itu :

inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah

10. “Dongeng Pahlawan”

puisi tentang pahlawan indonesia

puisi tentang pahlawan singkat. “Dongeng Pahlawan” – W. S. Rendra

Karya: W. S. Rendra

 

Pahlawan telah berperang dengan panji-panji

berkuda terbang dan menangkan putri.

Pahlawan kita adalah lembu jantan

melindungi padang dan kaum perempuan.

 

Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra.

Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula.

Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi

karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati.

Puisi tentang Pahlawan Kemerdekaan

1. Puisi tentang R.A. Kartini

puisi tentang pahlawan kemerdekaan

“R.A. Kartini”

 

Raden Ajeng Kartini

Kau seorang putri sejati

Gigih berani mempertaruhkan diri

Demi memperjuangkan emansipasi

 

Cita-citamu sungguh mulia

Tak gentar tuk memerdekakan wanita

Tak takut meski dihadang senjata

Demi kebahagiaan para kaumnya

Agar haknya sejajar kaum pria

 

Karenamu kaum hawa lebih bermakna

Dunia lebih ceria dalam genggamannya

Negeri ini pun kan bisa berjaya

Kau perenang dalam gelap gulita

Habis gelap terbitlah terang

Terbukti nyata dalam karyanya

2. Puisi tentang Dewi Sartika

“Dewi Sartika”

 

Perintis pendidikan bagi kaum wanita

Kota Kembang Bandung itu kelahirannya

Empat Desember delapan belas delapan empat

Putri Raden Ayu Permas dan Raden Somanegara

 

Sejak remaja kau berjuang untuk kaummu

Kau ajarkan baca, tulis, masak dan jahit baju

Kau dirikan Sekola Istri awal mulamu

Kau ganti namanya menjadi Sekola Kautamaan Istri

Berganti lagi menjadi Sekola Raden Dewi

 

Dari bumi Pasundan menyebar ke luar Jawa

Cita citamu sungguh mulia

Kau kerja keras mendidik anak-anak wanita

Agar menjadi orang yang berguna

Cerdas terampil ulet mandiri berwibawa

 

Dewi Sartika

Kau dapatkan bintang jasa

Dari pemerintah Hindia Belanda

Berkat perjuanganmu pendidik para wanita

Suami tercinta pendukung sepenuhnya

Raden Kanduruan Agah Suriawinata namanya

 

Dewi Sartika

Kau hembuskan nafar terakhirmu di Tasikmalaya

Sebelas September dua tahun Indonesia merdeka

Jasa-jasamu kan dikenang sepanjang masa

3. Puisi tentang Cut Nyak Dhien

“Cut Nyak Dhien”

 

Cut Nyak Dhien
Seorang wanita keturunan raja

Lampadang Aceh itu asalnya

Teuku Cek Ibrahim nama suaminya

Gugur bertempur di medan laga

Kau bersumpah tuk lanjutkan perjuangannya

 

Gagah berani melawan Belanda

Karena Masjid Raya Baiturrahman dikuasainya

Mempertaruhkan seluruh jiwa raga

Cut Nyak Dhien-lah pemimpinnya

 

Teuku Umar telah meminangnya

Mempunyai putra Cut Gambang namanya

Belanda berhasil mengasingkannya

Daerah Sumedang itu tempatnya

 

Cut Nyak Dhien

Kau dijuluki “Ibu Perbu”

Keahlianmu dalam ilmu agama Islam

Kau pengaruhi teman di pengasingan

Mereka temukan makna kehidupan

Sampai akhirnya Kau tutup usia’Enam November seribu sembilan ratus delapan

FAQ Puisi tentang Pahlawan

Apa tema dari puisi pahlawan?

Tema puisi “Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto Sudarto Bachtiar adalah heroisme.

Amanat apa yang ingin disampaikan lewat puisi pahlawan tak dikenal?

Amanat yang terkandung dalam puisi “Pahlawan Tak Dikenal” adalah kita sebagai generasi muda atau penerus bangsa harus menghargai jasa para pahlawan.

***

Itulah beberapa contoh puisi tentang pahlawan karya penyair terkenal.

Baca artikel menarik lainnya hanya di artikel.rumah123.com.

Ikuti Google News Rumah123 agar tidak ketinggalan informasi terbaru.

Apabila sedang mencari hunian, cek rekomendasi terbaiknya di www.rumah123.com.

Menemukan hunian impian kini lebih mudah karena kami #AdaBuatKamu.

Referensi

  • Widayati, Sri. (2022). Kumpulan Puisi tentang Pahlawan. Bantul: Ananta Vidya

Tag:


alya

Content Writer

Berkarier di dunia kepenulisan sejak 2018 sebagai penulis lepas. Kini menjadi penulis di 99 Group dengan fokus seputar gaya hidup, properti, hingga teknologi. Gemar menulis puisi, memanah, dan mendaki gunung.
Selengkapnya

IKLAN

Tutup iklan
×

SCROLL UNTUK TERUS MEMBACA