Inilah Hal yang Perlu Diperhatikan ketika Membangun Rumah Tumbuh. Catat Baik-Baik, ya!
Ingin tahu hal apa saja yang perlu dicermati saat membangun rumah tumbuh? Ketahui jawabannya pada artikel berikut ini!
Ketika memutuskan untuk membangun rumah tumbuh, ada beberapa aspek penting yang wajib kamu ketahui.
Ini dilakukan agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Untuk topik tersebut, kami berkesempatan untuk mewawancarai Wildan Nurmanna dan Luna Kanzeila, founder dan co-founder SAB Indonesia, dalam program Kata Ahli.
Simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Hal yang Perlu Diperhatikan ketika Membangun Rumah Tumbuh
1. By Design atau Force by Needs
Hal yang perlu diperhatikan pertama adalah apakah rumah tumbuh yang kamu bangun by design atau force by needs.
Kategori by design adalah hunian yang sudah direncanakan sejak awal akan jadi rumah tumbuh.
Sementara force by needs adalah hunian existing yang di kemudian hari berubah jadi rumah tumbuh karena adanya perubahan kebutuhan.
Meski begitu, Wildan menuturkan bahwa pemilik harus memiliki perencanaan yang matang.
“Kalau rumah tumbuh by design, hal pertama yang harus dilihat adalah kebutuhan saat ini dan di masa depan. Misalkan saja, di awal membangun rumah, belum punya anak atau masih punya satu dan kecil-kecil. Jadi, hanya butuh dua kamar saja. Baru nanti ketika anak sudah cukup besar, tinggal menambahkan ruangan,” ujar Wildan pada tim 99 Group via Google Meet pada Sabtu (29/04/2023).
Terkait aspek kebutuhan, Wildan menyebut bahwa ada kalanya pemilik rumah tumbuh ingin membuat huniannya seperti semula.
Menurutnya, hal ini biasa terjadi karena anak-anak pemilik melanjutkan studi di luar kota atau sudah bekerja dan menikah sehingga rumahnya perlu menjadi kecil lagi.
“Jadi, nanti bisa plannya kalau anak sudah bekerja dan menikah, rumahnya bisa dijadikan tempat kos atau guess house. Hal-hal sepert ini juga yang perlu diperhatikan ketika membangun rumah tumbuh,” tutur Wildan.
2. Manajemen Konstruksi
Hal lain yang perlu diperhatikan ketika membangun rumah tumbuh berikutnya adalah memperhatikan manajemen konstruksi bangunan, khususnya untuk hunian yang akan bertumbuh ke atas.
Luna memberikan contoh soal manajemen konstruksi ini pada rumah tumbuh vertikal.
Pada jenis rumah ini, ia menuturkan ada perbedaan pada formasi dan kolomnya.
Misalkan saja, kolomnya terbuat dari beton, menyatukannya dengan bagian tidak bisa sembarangan.
Hal tersebut karena ada tulangan yang harus terkait dengan baik sehingga kolom 1 dan 2 jadi kesatuan struktur yang saling mengikat.
“Ini tantangan utama ketika membangun rumah tumbuh. Hal ini pula yang membedakan yang by design dan by force,” kata Luna.
Supaya hal yang tidak diinginkan tidak terjadi di masa yang akan datang, Luna mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Misalkan saja, pondasi rumah harus disiapkan untuk fase terakhir pembangunan rumah, apakah itu dua atau tiga lantai.
“Kalau pemilik sudah menyiap (pondasi rumah sesuai kebutuhan), itu akan jauh lebih mudah untuk tahap duanya karena nanti tinggal mengaitkan kolom lantai kedua terhadap kolom lantai pertama,” tambahnya.
Agar efisien, ia menuturkan bahwa nantinya pemilik bisa menggunakan plat lantai dua sebagai atap sementara.
Menurut Luna, rumah yang menggunakan teknik tersebut idealnya tidak akan terlalu lama dari tahap satu ke tahap dua pembangunan.
“Ini karena ketika plat lantai jadi dak beton atau dak atap, itu punya risiko bocor yang lebih besar. Jadi, sebisa mungkin jangan terlalu lama karena takutnya banyak masalahnya apalagi di tropis basah seperti Indonesia yang sering hujan,” ujar Luna.
3. Area Tangga
Jika kamu memiliki hunian existing dan ingin dijadikan rumah tumbuh, jalur vertikal ke area atas adalah aspek yang perlu dicermati.
Pasalnya, akan ada banyak perubahan yang terjadi saat sedang membangun struktur tangga untuk lantai dua rumah tumbuh force by needs.
Luna menerangkan bahwa pemilik cenderung menggunakan tangga dari bekas kamar untuk jalur vertikal hunian existing yang berubah jadi rumah tumbuh.
Sayangnya, karena struktur tangga mengharuskan membobok sejumlah bagian agar terkait ke lantai bawah bangunan.
Kondisi ini yang membuat nantinya bakal terjadi banyak perubahan.
“Kalau misal sudah by design, mungkin itu sudah selesai di tahapan pertama apalagi jika sudah menggunakan tangga beton yang punya kesatuan struktur dengan plat betonnya,” tutur Luna.
4. Utilitas
Aspek berikutnya yang wajib dicermati adalah soal utilitas, seperti pemipaan dan kelistrikan.
Luna menyebutkan bahwa utilitas tersebut sudah harus dipertimbangkan jika memang berencana untuk membangun rumah dua lantai.
“Untuk rumah by design, itu harusnya sudah ada jalur-jalur pipa dari jalur atas ke jalur bawah. Ini juga berlaku untuk kabel dan septic tank. Jadi, sesuatu yang terkoneksi dari atas ke bawah sudah dikoneksikan terlebih dahulu sehingga tidak ada pembongkaran,” kata Luna.
5. Spesifikasi Bangunan Rumah
Terakhir, spesifikasi bangunan rumah perlu diperhatikan dengan cermat oleh pemilik ketika membangun rumah tumbuh dua lantai.
Wildan menjelaskan bahwa spesifikasi yang dimaksud terkait dengan ukuran dimensi struktur, pembesian, dan mutu beton.
Ia menuturkan pemilik juga baiknya mengetahui letak-letak elemen struktur, baik itu pondasi, kolom, dan balok.
“Ketika nanti mau jadi dua atau tiga lantai, itu pertimbangan strukturnya lebih matang, apakah perlu ada penguatan atau ternyata bisa menggunakan struktur existing,” tutur Wildan.
***
Semoga pembahasan tips membangun rumah tumbuh di atas dapat bermanfaat bagi Property People.
Simak terus artikel seputar Kata Ahli hanya di artikel.rumah123.com dan Google News kami.
Kunjungi situs rumah123.com untuk beli rumah incaran karena kami selalu #AdaBuatKamu.