OK
Panduan

15 Contoh Cerpen Singkat tentang Sekolah yang Penuh Pesan Moral

03 Nopember 2024 · 22 min read Author: Gadis Saktika · Editor: M. Iqbal

cerpen singkat tentang sekolah

cerpen singkat tentang sekolah | sumber: shutterstock.com

Sedang mencari referensi cerpen singkat tentang sekolah yang menarik dan bermakna? Yuk, lihat inspirasinya pada artikel ini!

Apa Itu Cerpen?

Mengutip dari buku CARA MUDAH MENULIS CERPEN: Bahan Ajar untuk Tingkat SMA Pelajaran Bahasa Indonesia yang ditulis Indah Rimawan, dkk, cerpen atau cerita pendek merupakan bentuk prosa yang bersifat naratif fiktif dan terdiri atas 250 sampai 750 kata.

Karakteristik cerita ini lebih cenderung isinya sangat padat dan langsung pada tujuannya (hasil akhir cerita) dibandingkan dengan karya fiksi-fiksi yang lebih panjang seperti novel.

Karena sangat singkat, cerita-cerita pendek yang sukses akan mengandalkan teknik-teknik sastra seperti misalnya tokoh, plot, tema, bahasa serta insight secara lebih luas dibandingkan dengan cerita fiksi-fiksi panjang.

Kemudian, teks cerpen berisi tentang prosa naratif fiktif yang menguraikan atau mendeskripsikan suatu objek maupun tokoh, sekaligus konflik dan penyelesaiannya, dalam gaya bahasa santai, singkat, dan padat.

Tema cerpen pun sangat bervariasi. Adapun salah satu tema cerpen yang kerap digunakan adalah tentang sekolah.

Nah, kali ini Rumah123.com telah menghimpun inspirasi contoh cerpen singkat tentang sekolah yang bisa kamu lihat pada uraian di bawah ini.

15 Contoh Cerpen Singkat tentang Sekolah

1. Cerpen Singkat tentang Sekolah

Cerpen Singkat tentang Sekolah: Semangat Belajar di Sekolah

Tak seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini hujan turun cukup deras. Padahal sudah waktunya untuk berangkat ke sekolah.

Dengan cuaca hujan yang dingin, tentu bukan kondisi yang ideal untuk pergi sekolah.

Apalagi aku harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke sekolah.

Ibu menawarkan aku libur karena khawatir aku kehujanan dan jatuh sakit.

“Tidak apa-apa, libur dulu, izin tidak masuk sekolah. Kalau kamu tak sekolah guru pasti memaklumi,” tawar Ibu.

Aku tentu sangat tergoda dengan tawaran ibu, mengingat hujan di luar yang deras.

Selain itu, aku bisa santai-santai di kamar sambil tidur.

“Tapi, bu…” jawabku.

“Kalau aku tidak sekolah, aku tidak bisa belajar, dong,” jawabku.

“Belajar di rumah saja,” jawab ibu singkat.

“Di sekolah lebih seru, terus ada guru yang membimbing.”

“Aku ingat kata ayah, kalau mau meraih cita-cita kita harus lawan rintangan yang ada di depan. Apalagi ini cuma hujan,” jelasku.

Ibu tersenyum tampak bangga.

“Baiklah kalau begitu, ibu antar kamu ke sekolah, ya. Kita pakai payung supaya kamu tidak basah kuyup,” ujar Ibu.

Aku dan ibu pun pergi ke sekolah untuk belajar.

Meski hujan dan banyak rintangan, tapi demi belajar dan cita-cita, harus aku lawan.

2. Cerpen tentang Sekolah

cerpen singkat tentang sekolah

sumber: shutterstock.com

Cerpen tentang Sekolah: Mencontek

Waktu itu, saat aku masih duduk di bangku SMP, aku mengerti tentang apa itu kejujuran. Pilihan untuk berbohong dan jujur, hal itu yang aku hadapi saat aku menghadapi ujian sekolah. Saat ujian, teman sekelasku banyak yang mencontek dengan berbagai cara. Ada yang membawa catatan kecil hingga menyembunyikan buku di bawah meja.

“Zi, lo mau nyontek ga? Gue bawa contekan nih” bisik Fadlan di sebelahku saat ujian berlangsung. “Wih! Boleh juga” ucapku dengan mengambil kertas kecil darinya. Pada saat itu, aku masih belum percaya buah dari sebuah kejujuran. Aku akan mencontek jika menghadapi ujian matematika, fisika hingga kimia, karena aku kurang begitu suka dengan angka. Hingga akhirnya pengumuman kenaikan kelas pun tiba, aku dan teman-temanku begitu tegang saat menunggu nilai rapot yang akan diberikan.

Setelah ku terima raport dari wali kelas, lalu wali kelasku mengatakan bahwa aku naik kelas. Namun, saat aku membuka rapor itu aku melihat nilai pelajaran matematika, fisika serta kimia mendapat nilai yang kurang memuaskan bahkan kurang dari rata-rata. Saat itu ku merenung, bernostalgia di saat aku ujian dan mencontek di salah satu mata pelajaran tersebut, kemudian hasilnya mendapat nilai buruk.

Sementara mata pelajaran yang lain yang aku kerjakan dengan kemampuanku meraih hasil yang baik. Lalu hal tersebut aku terapkan untuk menghadapi ujian di kelas berikutnya. Ketika ujian nanti, diriku niatkan untuk berusaha jujur dalam mengerjakan soal yang diberikan, sesulit apapun. Kali ini materi yang telah aku pelajari dan yang diajarkan guruku di kelas semuanya keluar. Tanganku menuliskan jawaban di LJK dengan tenang tanpa suatu keraguan.

Hingga akhirnya pelaksanaan ujian pun selesai, kini hanya tinggal menunggu hasilnya. Hari pembagian rapot pun tiba. Aku kembali tegang dengan hasil yang akan aku dapat nanti. Kemudian ibu wali kelas membacakan satu per satu para siswa yang meraih peringkat lima besar paralel hingga tepat pembacaan siswa yang meraih peringkat pertama “Siswa yang meraih peringkat pertama adalah…” ucap ibu wali kelas, Semua siswa begitu tegang menunggu kelanjutan ucapan dari ibu wali kelas tersebut.

“Gozi Faziano” ucapnya sambil mengarahkan matanya padaku. Diiringi bahagia dan harus atas kerja kerasku belajar selama ini tidak sia-sia. Kemudian semua teman memberi selamat padaku, lalu ibu wali kelas mengatakan padaku bahwa peraih peringkat pertama akan mendapat beasiswa sekolah di SMA. Diriku begitu senang mendengarnya. Anggapanku tentang kejujuran itu memang benar “kalau jujur itu membawa bahagia walau awalnya itu sulit”.

3. Contoh Cerpen Sekolah

Contoh Cerpen Sekolah: Belajar dari yang Tak Pernah Diajar

Pagi itu aku sedang sarapan dengan sangat tenang, tiba-tiba tersendak karena aku melihat jam sekarang pukul 7. Aku menggowes sepedaku. Sialnya gerbang sekolahku sudah ditutup, dan dengan wajah kesal pak satpam berkata kepadaku di balik pintu gerbang.

Lalu dibukakannya pintu gerbang ini, tapi aku bersama murid lain dihukum berdiri di lapangan basket hingga jam pertama selesai. Aku melirik pos satpam, tempat di mana laki-laki itu setiap pagi datang dan juga bekerja sampai suatu sore hari tiba.

Namanya Pak Asep, tapi anak-anak sering memanggilnya dengan “Mang Oray”, aku tak tahu dari siapa orang pertama pencetus panggilan tersebut pada Pak Asep. Dia memang sangat popular di SMA Negeri 1 karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya kepada murid laki-laki.

Lama setelah itu, aku makin akrab dengan satpam yang tersebut, kawan-kawanku selalu memanggilnya Mang Oray. Pernah suatu saat dia bercerita kepadaku dan juga kawan-kawanku tentang dia sewaktu seusia kami.

“Dulu, Mamang juga pernah sekolah seperti kalian. Tapi, mamang tidak dapat melanjutkannya hingga selesai, karena orang tua mamang yang tidak bisa membiayainya,” imbuh dia dengan senyum untuk menutupi.

“Kalian harus bisa memanfaatkan kesempatan mengais ilmu di sini, makanya mamang suka sangat marah pada kalian yang suka terlambat masuk,” sambungnya.

Dia kemudian masih melanjutkan ceritanya. Ternyata di dalam rumahnya dia menyediakan perpustakaan mini untuk para tetangganya yang ingin sekolah, tapi terkendala ekonomi keluarga. Aku pun menjadi sangat kagum dengan berbagai perjuangan Pak Asep. Di tengah biaya hidup yang kini makin susah, kulit kian menjadi keriput serta rambut kian memutih, dia masih bisa selalu membantu orang-orang di sekitarnya. Terima kasih, Pak.

4. Cerita Pendek tentang Sekolah

Cerita Pendek tentang Sekolah: Meminta Lebih Baik dari Mencuri

Hari ini, aku pulang kuliah lebih cepat dari biasanya, dikarenakan dosen mata kuliah di jam terakhir berhalangan masuk. Aku pun bergegas pulang, sekitar pukul 15.00 aku tiba di rumah. Namun, aku melihat ibu seperti orang kebingungan yang sedang mencari sesuatu. Ternyata ibu kehilangan uang kembalian belanjaannya.

Aku pun membantunya, tapi hasilnya pun nihil. Ibu pun pasrah dan aku keluar rumah karena lupa ada yang harus dibeli. Di jalan dekat warnet, aku bertemu dengan adikku.

“De, kamu main di sini emang ibu kasih uang ke kamu? Kan kamu lagi dihukum ga dikasih uang jajan hari ini?” tanyaku dengan muka yakin kalo dia pasti mengambil uang ibu. “Oh, kaka tau kamu ambil uang ibu yang di atas meja, ya!?” sambungku.

“I..ii..iya kak, aku ambil uang ibu, tapi cuma aku pakai 5 ribu doang kok, kak,” Jawab dia dengan ketakutan.

“Ayo naik ke atas motor, nanti jelasin sama ibu,” ucapku sembari membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, dia langsung jujur dan menceritakan semuanya kepada ibu. Aku dan ibu langsung menasihatinya sebaik mungkin.

“De, ibu lebih menghargai kamu meminta ke ibu, sekalipun kamu sedang dihukum. Dari pada mencuri seperti ini kan tidak baik,” kata ibu sambil mengelus rambut adikku.

Dia hanya tertunduk malu dengan rasa bersalahnya yang terpampang jelas dari wajahnya. Setalah dinasihati, adikku mengakui kesalahannya, meminta maaf kepada ibu dan aku, serta benar-benar berjanji untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.

5. Cerpen Anak Sekolah

Cerpen Singkat tentang Sekolah: Pentingnya Menjaga Kebersihan

Lumrahnya Hari Jumat, banyak siswa yang mulai agak malas dalam belajar.

Selain karena menjelang akhir pekan, biasanya mata pelajaran di Hari Jumat tak banyak dan ringan.

Namun, ada yang berbeda di Jumat sore kali ini.

Sekolah secara tiba-tiba mengumumkan, kalau semua murid wajib membersihkan kelas dan lingkungan kelasnya.

Semula siswa yang bersantai menunggu jam pulang, mendadak kompak riuh tampak kesal.

“Aduh malas banget harus beres-beres kelas pas mau pulang,” ungkap Deni si ketua kelas.

Namun lantaran ia adalah ketua kelas, terpaksalah Deni meminta teman-temannya bersih-bersih sesuai arahan sekolah.

Semua siswa di kelas 9 B pun akhirnya bersih-bersih walau dengan menggerutu.

Di antara semua siswa, ada satu siswa yang duduk-duduk santai tak mau membersihkan kelas.

Ia adalah Yanto.

“To, kenapa kamu malah diam tidak membantu teman-temanmu?” ujar Deni.

“Malas, kita kan sudah belajar, sudah mau jam pulang juga, kenapa harus repot-repot membersihkan kelas?” jawab Yanto.

Deni yang mendengar jawaban Yanto dibuat bingung, sebab ia pada dasarnya tak bisa memaksa Yanto untuk membersihkan kelas.

“Ya setidaknya kamu membuang sampah di dekatmu saja, nanti teman yang lain juga malas beres-beres.”

“Makin banyak yang nggak mau beres-beres, makin lama kita pulang,” jawab Deni.

Nggak mau, urusan beres-beres kan ada penjaga sekolah,” Yanto tak bergeming.

Untung, siswa yang lain tetap membersihkan kelas walau seperti terpaksa.

Guru-guru pun menyisir satu per satu kelas yang sedang kerja bakti.

Pak Bahtiar yang kebagian mengecek kelas 9 B cukup senang karena semua siswa kompak membersihkan kelas.

Namun perhatian Pak Bahtiar tertuju pada Yanto yang santai-santai di dalam kelas.

“Yanto, kenapa tidak mau membersihkan kelas seperti teman-temanmu?” tanya pak Bahtiar.

Yanto bingung, dia menjawab dengan pelan, “Emang tugas bersih-bersih jadi tugas siswa juga, pak? kan ada penjaga sekolah.”

Pak Bahtiar lalu tersenyum dan menghampiri Yanto.

“Ya, memang tugas bersih-bersih adalah tugas penjaga sekolah,” jawab sang guru.

“Tapi kegiatan bersih-bersih juga jadi salah satu tugas siswa yang tak kalah penting dari matematika,” jelas Pak Bahtiar.

“Kenapa, pak?” Yanto penasaran.

“Dengan bersih-bersih, kita akan belajar mencintai lingkungan sekitar, disiplin, kita pun akan merasa nyaman saat belajar.”

“Paling penting untuk saat ini, kelas yang bersih akan menjauhkan kita dari banyak penyakit,” terang Pak Bahtiar.

“Tapi kenapa pas kita mau pulang, pak?” desak Yanto.

“Justru ini adalah waktu yang tepat, kalau kita bersih-bersih mendekati jam pulang, kamu akan mendapat perasaan bahagia dan lega,” jawab Pak Bahtiar.

Yanto diam dan seperti mengiyakan perkataan Pak Bahtiar.

“Okelah, aku beres-beres,” jawab Yanto.

Yanto pun akhirnya membantu teman-temannya yang sedang membersihkan kelas.

6. Cerpen Singkat tentang Sekolah

Cerpen Singkat tentang Sekolah: Bersih-Bersih Sekolah

Setiap hari Jumat, SMA Tunas Rimba selalu mengadakan bersih-bersih sekolah. Rendy merupakan ketua kelas 12 IPS 3 mulai mengajak teman sekelasnya untuk bersih-bersih.

Rendy adalah anak laki-laki tampan dan rajin. Dalam akademik dia cukup pintar, namun dia sangat jago dalam hal olahraga. Dia hobi bermain sepak bola. Tidak hanya itu, di kelas Rendy terkenal sosok yang suka bersih-bersih.

Hari Jumat menjadi rutinitas wajib Rendy untuk mengajak temannya untuk bersih-bersih. Namun Jumat kali ini Rendy terlihat sedikit agak berbeda, dia sedikit tegas kepada teman-temannya yang tidak ingin ikut bersih-bersih.

“Hari ini guru akan masuk ke ruang kelas. Jika guru melihat ada ruang kelas yang tidak bersih, maka jam pulang akan ditunda. Kalau kalian ingin cepat pulang, ikut bantu bersih-bersih jangan ada yang hanya duduk saja” Ucap Rendy.

Semua temannya mengikuti apa kata Rendy karena ingin cepat pulang. Setelah selesai bersih-bersih tiba saatnya guru datang untuk melihat masing-masing kelas. Saat tidak di ruang kelas 12 IPS 3, guru cukup takjub karena ruang kelasnya sangat bersih.

Sebagai apresiasi karena telah membuat ruang kelas menjadi bersih, Ibu guru mengizinkan anak 12 IPS 3 pulang. Semua anak-anak berteriak senang, dan mereka bergegas pulang.

7. Cerpen tentang Sekolah

cerpen singkat tentang sekolah

sumber: shutterstock.com

Cerpen tentang Sekolah: Ujian Akhir Semester

Hari ini adalah hari anak-anak sekolah mengikuti ujian akhir semester. Anak-anak yang sudah belajar terlihat tenang menunggu jam masuk ruangan. Namun berbeda dengan anak-anak yang tidak belajar, mereka sibuk membuat contekan untuk ujian.

“Kringg” bel sekolah sudah berbunyi artinya siswa masuk ke ruangan dan mulai mengerjakan ujian. Budi salah satu siswa yang malas, masuk ke ruangan dengan santai dan yakin. Guru yang melihat tingkahnya menjadi sangat curiga.

“Budi kamu sudah belajar?” Tanya salah satu guru. Dengan tegas Budi menjawab “sudah dong bu”. Budi terlihat sangat yakin jika dirinya bisa mengerjakan soal ujian dengan benar.

Saat menit-menit awal, tidak ada gerak gerik mencurigakan dari Budi. Pengawas yang melihat Budi, mencoba yakin jika Budi memang sudah belajar. Namun pada menit pertengahan, Budi mulai mencoba mengeluarkan contekan yang sudah disimpan. Ia mencoba mengeluarkan dengan hati-hati supaya tidak ketahuan oleh guru.

Namun sayangnya, usaha Budi untuk mencontek gagal. Guru yang sedang berjalan mengawasi siswa lainnya, melihat Budi mengeluarkan contekan. Setelah ketahuan, Guru tersebut merebut contekan dan membuangnya.

Budi yang awalnya terlihat santai, kini panik dan bingung. Ia tidak belajar sehingga tidak bisa mengerjakan ujiannya dengan baik. Saat pembagian nilai, dia mendapat nilai yang sangat rendah. Dia sangat menyesal karena tidak belajar dan dia berjanji kepada dirinya sendiri supaya lebih giat belajar agar mendapat nilai yang memuaskan.

8. Cerpen Singkat tentang Sekolah

Cerpen tentang Sekolah: Pergi ke Perpustakaan

Hari itu, Sara, seorang siswi kelas enam, sedang bosan di sekolah. Pelajaran telah selesai, dan teman-temannya bermain di halaman sekolah. Namun, Sara lebih suka membaca buku. Dia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah.

Ketika Sara masuk ke perpustakaan, dia merasa seolah-olah memasuki dunia yang baru. Di sana, dia dikelilingi oleh buku-buku yang menarik. Dia mengambil satu buku yang judulnya “Petualangan di Dunia Ajaib” dan mulai membacanya.

Seiring berjalannya waktu, Sara terpesona oleh cerita dalam buku itu. Dia merasa seperti dia sendiri sedang berpetualang di dunia ajaib yang dijelaskan dalam buku tersebut. Waktu terasa cepat berlalu.

Saat bel tanda pulang berbunyi, Sara sangat terkejut. Dia menyadari bahwa dia sudah lupa waktu dan akan terlambat pulang. Dengan hati yang berdebar, dia segera mengembalikan buku tersebut dan berlari menuju pintu keluar.

Saat Sara keluar dari perpustakaan, dia merasa senang. Meskipun dia terlambat pulang, dia merasa bahwa petualangan yang dia alami di dunia buku tadi membuatnya benar-benar bahagia.

9. Contoh Cerpen Sekolah

Cerpen Singkat tentang Sekolah: Lomba Lomba Sekolah

Di sekolah Dasar Melati, setiap tahun diadakan lomba antar kelas untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional. Setiap kelas diharapkan untuk menampilkan sebuah pertunjukan atau permainan kreatif.

Tahun ini, kelas 4B memutuskan untuk membuat drama musikal yang mengisahkan tentang sejarah Indonesia. Mereka berlatih setiap hari setelah pelajaran, memilih peran, dan menyusun skenario. Mereka juga membuat kostum dan menghias panggung.

Hari perlombaan tiba, dan semua orang sangat antusias. Kelas 4B tampil dengan penuh semangat, menyanyikan lagu-lagu nasional dan menampilkan adegan-adegan bersejarah. Mereka berperan sebagai pahlawan nasional dan memainkan dialog dengan penuh semangat.

Ketika pertunjukan selesai, penonton memberikan tepuk tangan meriah. Kelas 4B merasa bangga dengan penampilan mereka. Meskipun mereka tidak memenangkan lomba, mereka belajar banyak tentang sejarah dan belajar bekerja sama sebagai tim.

10. Cerita tentang Sekolah

Contoh Cerpen Sekolah: Persahabatan Baru

Di hari pertama sekolah baru, Lisa merasa canggung dan sedikit takut. Dia pindah ke kota ini dan tidak mengenal siapa pun di sekolah barunya. Dia duduk sendirian di ruang kelas, berharap bisa berteman dengan seseorang.

Ketika istirahat, Lisa duduk di bangku taman sekolah, sedih melihat teman-teman sekelas bermain bersama. Tiba-tiba, seorang anak perempuan berambut pirang mendekatinya dengan senyum ramah. Nama anak perempuan itu adalah Mia.

Mia memperkenalkan dirinya dan mengajak Lisa bergabung dengan kelompok teman-temannya. Lisa merasa lega dan senang. Mia dan teman-temannya sangat ramah dan mengajak Lisa bermain bersama.

Sejak saat itu, Lisa dan Mia menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Mereka berbagi banyak cerita, tertawa bersama, dan membantu satu sama lain di sekolah. Lisa tidak lagi merasa kesepian karena dia memiliki persahabatan baru yang indah.

11. Cerpen tentang Sekolah

Cerpen Anak Sekolah: Hari Pertama di Sekolah Baru

Pagi itu, anak laki-laki berusia enam tahun yang bernama Aji begitu semangat. Hari ini adalah hari pertama dia masuk sekolah. Ia bangun lebih awal dari biasanya, mengenakan seragam barunya yang rapi, dan bersiap-siap makan sarapan bersama ibunya.

Ketika tiba di depan gerbang sekolah, Aji melihat anak-anak lain yang juga memasuki gerbang dengan beragam ekspresi di wajah mereka. Beberapa anak tertawa riang, sementara yang lain terlihat cemas. Aji, bagaimanapun, tetap bersemangat. Ia ingin segera bertemu dengan teman-teman barunya.

Di dalam kelas, Aji duduk di bangku baris depan. Ia sangat antusias untuk belajar. Guru kelasnya, Bu Ika, menyambut mereka dengan senyuman hangat. Dia memperkenalkan Aji kepada teman-teman sekelasnya. Aji bertemu dengan Budi, Tasya, dan Rina, serta teman-teman lainnya yang ramah.

Selama jam pelajaran, Aji sangat fokus dan antusias. Ia menulis angka dan huruf dengan tekun. Ia juga berusaha menjawab pertanyaan guru dengan semangat. Ketika istirahat, Aji bermain dengan teman-teman barunya. Mereka bermain bola dan bercerita tentang hal-hal yang mereka sukai.

Saat bel pulang berbunyi, Aji merasa sedih karena hari pertama di sekolah telah berakhir. Namun, ia juga sangat senang karena telah menghabiskan hari yang menyenangkan bersama teman-teman barunya. Ia tahu bahwa sekolah akan menjadi tempat yang menarik untuk belajar dan bersosialisasi.

Pulang ke rumah, Aji menceritakan pengalaman hari pertamanya kepada ibunya dengan penuh semangat. Ia merasa lebih percaya diri dan siap untuk menghadapi hari-hari di sekolah baru. Hari pertama di sekolah telah menjadi awal dari petualangan pendidikan yang menarik bagi Aji, yang penuh harapan dan semangat untuk masa depannya.

12. Cerpen Singkat tentang Sekolah

Cerita Pendek tentang Sekolah: Cinta di Taman Sekolah

Kisah ini berawal di sebuah sekolah menengah yang tenang dan indah, di mana dua remaja, Mia dan Rizki, menjadi bagian dari cerita cinta yang tak terlupakan.

Mia adalah seorang gadis yang ceria dan selalu tersenyum. Ia dikenal oleh teman-temannya sebagai siswi yang cerdas dan berbakat. Di sisi lain, Rizki adalah seorang pemuda yang pendiam dan penuh perhatian. Ia adalah salah satu siswa yang paling populer di sekolah, baik dalam akademik maupun olahraga.

Mia dan Rizki pertama kali bertemu di taman sekolah, di bawah rindangnya pohon oak. Mereka berdua sedang duduk di bangku taman yang sama sambil membaca buku-buku favorit mereka. Setiap hari, mereka bertukar pandangan dan senyuman. Lama-kelamaan, senyuman itu berubah menjadi percakapan ringan.

Mia mulai mengajak Rizki berbicara tentang buku-buku yang mereka baca dan berbagi pendapat mereka tentang cerita-cerita tersebut. Mereka menyadari bahwa mereka memiliki banyak kesamaan dalam minat dan pandangan tentang dunia. Ini membuat hubungan mereka semakin dekat.

Saat sebuah proyek sekolah mengharuskan pasangan untuk bekerja bersama, Mia dan Rizki menjadi tim yang tak terpisahkan. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama untuk menyelesaikan tugas mereka. Sementara bekerja, mereka tidak hanya berkembang menjadi pasangan yang efisien dalam proyek, tetapi juga merasakan kedekatan yang lebih dalam.

Pada suatu hari, di bawah matahari terbenam yang indah, Rizki mengakui perasaannya kepada Mia. Ia dengan ragu berkata, “Mia, selama beberapa bulan terakhir, aku merasa sangat beruntung bisa mengenalmu. Aku ingin tahu, apakah kamu mau menjadi pacarku?”

Mia tersenyum dan menjawab dengan lembut, “Tentu, Rizki, aku juga merasa begitu. Aku mau.”

Dengan begitu, hubungan mereka berkembang menjadi cinta yang indah dan mendalam. Mereka menjalani hari-hari sekolah mereka dengan bahagia, menjaga satu sama lain, dan terus tumbuh bersama. Cinta mereka seperti bunga yang mekar di taman sekolah, mempercantik setiap sudut hati mereka.

Kisah cinta Mia dan Rizki di sekolah mengingatkan kita bahwa cinta bisa tumbuh di tempat-tempat yang paling tak terduga. Kadang-kadang, cukup dengan berbagi minat dan pengalaman bersama, kita bisa menemukan seseorang yang membuat kita merasa istimewa. Dan di bawah rindangnya pohon oak di taman sekolah, cinta mereka bersemi dan berkembang menjadi kisah cinta yang indah.

13. Contoh Cerpen Sekolah

Cerpen tentang Sekolah: Guru yang Membentuk Hati

Di sebuah sekolah kecil di desa yang terpencil, terdapat seorang guru yang begitu istimewa, Nyonya Sarah. Beliau adalah sosok yang memiliki kebaikan hati yang tak terbatas, dan pengabdian tanpa pamrih kepada para siswanya.

Nyonya Sarah mengajar di sekolah itu selama lebih dari dua puluh tahun. Beliau dikenal karena kesabarannya dan kemampuannya untuk membuat pelajaran menjadi menyenangkan. Para siswa selalu menantikan pelajaran dengan beliau, bahkan yang awalnya tidak begitu antusias untuk belajar.

Salah satu siswa yang paling terkesan dengan Nyonya Sarah adalah seorang anak laki-laki bernama Arief. Arief adalah anak yang memiliki masalah belajar dan sering merasa minder. Nyonya Sarah tidak pernah meninggalkannya begitu saja. Beliau memberikan tambahan waktu dan perhatian ekstra kepada Arief, membantu beliau memahami pelajaran dan membangun rasa percaya diri.

Suatu hari, Arief mendapat nilai A dalam ujian matematika, dan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itu adalah hasil dari kerja kerasnya, didorong oleh dukungan dan bimbingan Nyonya Sarah.

Selain sebagai guru yang luar biasa, Nyonya Sarah juga aktif dalam kegiatan sosial. Ia sering mengorganisir program amal di sekolah, seperti mengumpulkan dana untuk anak-anak miskin atau membantu komunitas setempat. Ia selalu mengajak para siswa untuk turut berpartisipasi, sehingga mereka dapat belajar tentang pentingnya kebaikan dan empati.

Suatu hari, ketika sekolah mengalami bencana alam, Nyonya Sarah dan para siswa bekerja sama untuk membantu para korban. Mereka mengumpulkan bantuan, makanan, dan pakaian untuk mereka yang terkena dampak. Ini adalah pelajaran nyata tentang kebaikan hati dan berbagi yang tidak akan pernah terlupakan oleh para siswa.

Nyonya Sarah bukan hanya seorang guru, tetapi juga seorang pahlawan bagi banyak siswa di sekolah itu. Beliau telah membentuk hati mereka dengan kebaikan, empati, dan semangat untuk selalu membantu sesama. Di bawah bimbingannya, para siswa belajar lebih dari sekadar pelajaran di buku teks; mereka belajar tentang nilai-nilai yang akan membentuk karakter mereka sepanjang hidup.

Guru seperti Nyonya Sarah mengingatkan kita bahwa kebaikan hati adalah salah satu hal yang paling berharga di dunia ini. Mereka adalah pahlawan tanpa jubah yang membentuk masa depan dengan cinta dan pengabdian mereka.

14. Cerpen tentang Sekolah

menulis

sumber: istockphoto.com

Cerpen Singkat tentang Sekolah: Sahabat Sejati

Di sebuah sekolah dasar, ada dua orang sahabat bernama Ali dan Budi. Mereka bersahabat sejak kelas satu dan selalu bersama-sama, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Ali adalah anak yang pintar dan periang. Dia selalu mendapat peringkat teratas di kelasnya. Budi adalah anak yang baik dan rajin. Dia selalu membantu temannya yang kesusahan.

Meskipun berbeda sifat, Ali dan Budi sangat cocok menjadi sahabat. Mereka saling melengkapi dan mendukung satu sama lain.

Suatu hari, Ali dan Budi mengikuti lomba matematika antar sekolah. Mereka belajar bersama-sama dengan tekun. Pada hari lomba, mereka berdua merasa gugup, tetapi mereka saling menyemangati.

Hasil lomba diumumkan beberapa hari kemudian. Ali dan Budi berhasil meraih juara satu dan dua. Mereka sangat senang dan bangga.

Selain di bidang akademik, Ali dan Budi juga saling mendukung dalam hal non-akademik. Misalnya, ketika Ali mengikuti lomba pidato, Budi selalu membantunya berlatih. Ketika Budi mengikuti lomba olahraga, Ali selalu menyemangatinya dari pinggir lapangan.

Persahabatan Ali dan Budi semakin erat seiring berjalannya waktu. Mereka selalu ada untuk satu sama lain, baik dalam suka maupun duka.

Suatu ketika, Ali jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Budi menjenguk Ali setiap hari dan membawakannya buku-buku pelajaran agar Ali tidak ketinggalan materi.

Ali sangat terharu atas perhatian Budi. Dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Budi.

Setelah sembuh dari sakit, Ali dan Budi kembali bersekolah bersama-sama. Mereka terus belajar dan berjuang bersama-sama untuk meraih cita-cita mereka.

Persahabatan Ali dan Budi mengajarkan kita bahwa persahabatan sejati adalah persahabatan yang dibangun atas dasar saling menyayangi, saling mendukung, dan saling menghargai.

15. Cerpen Singkat tentang Sekolah

Cerpen tentang Sekolah: Perpisahan yang Tak Terlupakan

Matahari senja mengintip di balik gedung sekolah, memancarkan jingga keemasan ke lapangan basket yang mulai sepi. Hanya tinggal Rara dan Bola, dua sahabat karib, yang masih bertarung sengit dalam pertandingan final liga basket antarkelas mereka.

Bola, kapten tim kelas 6B, dikenal sebagai pencetak skor ulung. Gerakannya lincah bagai elang, selalu berhasil menusuk barisan pertahanan Rara dan kawan-kawan. Tapi Rara, meskipun hanya wakil kelas 5A, pantang menyerah. Dibawanya bola dengan cekatan, mengitari lawan, lalu melompat, melempar bola ke ring basket dengan lengkung sempurna. Skor imbang!

Bunyi bel tanda berakhirnya pertandingan bergema. Para penonton bersorak-sorai, napas mereka masih tersengal-sengal usai mengikuti ketegangan selama 40 menit. Di lapangan, Rara dan Bola saling berpelukan, keringat bercampur dengan senyum kegembiraan.

“Wah, Rara, tembakan terakhirmu tadi keren banget!” seru Bola, tepukan tangannya mendarat di bahu Rara.

Rara tersipu, “Ehm, kamu juga Bola. Selalu saja jadi tantangan yang berat.”

Mereka duduk di pinggir lapangan, saling cerita tentang strategi masing-masing. Rara kagum pada kepiawaian Bola mengalihkan perhatian, sementara Bola takjub pada kegigihan Rara yang tak kenal lelah mengejar ketertinggalan.

Di tengah obrolan, Rara terdiam. Wajahnya mendadak tampak tegang. “Bola, tahun depan aku nggak bisa ikut lagi, deh,” ujarnya lirih.

Bola mengerutkan kening. “Kok gitu? Kenapa?”

Rara menunduk, “Ayah dipindah tugas. Keluarga kita harus pindah kota.”

Bola terdiam. Kegundahan Rara terasa menusuk hatinya. Ia tak bisa membayangkan harus bertanding tanpa sahabat karibnya. Senyap menyelimuti lapangan, hanya terdengar hembusan angin membelai dedaunan pohon beringin.

Tiba-tiba, Bola melompat berdiri. “Kita bikin kenangan terakhir yang nggak bakal terlupakan, yuk!” serunya, matanya berbinar.

Rara mendongak, bingung.

Bola tersenyum lebar. “Kita kumpulin seluruh tim, kita buat pesta perpisahan! Masak nggak ada perayaan buat sang pencuri skor ulung yang kalah dari anak kelas 5?”

Rara tertawa, hatinya hangat. Ide Bola selalu saja ceria. Mereka pun sibuk menghubungi teman-teman, merencanakan kejutan di ruang gym sekolah.

Malam itu, ruang gym dipenuhi dengan tawa dan kebersamaan. Ada pizza, balon, dan musik yang berdentam kencang. Rara dan Bola bernyanyi bersama teman-teman, bercanda ria melupakan kesedihan perpisahan.

Saat api lilin di kue ulang tahun padam, Rara memejamkan mata, menyimpan dalam benaknya memori indah malam itu. Ikatan persahabatan mereka takkan digerus jarak, dan semangat bertanding akan selalu menyala dalam dirinya.

Keesokan harinya, Rara berdiri di gerbang sekolah untuk terakhir kalinya. Bola berlari menghampiri, membawa sebuah bola basket. “Ini buat kamu,” serunya, “jangan lupa latihan, ya! Nanti kalau pulang, kita tanding lagi!”

Rara memeluk Bola erat. “Pasti! Kita akan bertanding sampai tua nanti,” janjinya.

Dengan lambaian tangan dan hati yang penuh kenangan, Rara meninggalkan sekolah yang telah menjadi rumahnya selama lima tahun. Tapi persahabatan yang terjalin, semangat sportivitas, dan kenangan manis tentang final basket yang menegangkan, akan selalu menemaninya di manapun ia berada.

***

Nah, itulah contoh cerpen singkat tentang sekolah yang bisa kamu ketahui.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kamu, ya.

Pantau terus artikel yang tak kalah menarik lainnya, seperti cerpen pendidikan lewat artikel.rumah123.com.

Kalau kamu ingin ngobrolin properti dengan ahlinya, coba deh kunjungi ke Teras123!

Nantinya, kami akan memberi jawaban yang komprehensif soal pertanyaan yang kamu ajukan, lo.

Tak lupa, kunjungi Rumah123 untuk menemukan hunian impian karena #SemuaADAdiSini.


Tag: , ,


Gadis Saktika

Content Writer

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.
Selengkapnya

IKLAN

Tutup iklan
×

SCROLL UNTUK TERUS MEMBACA