KPR
Panduan
Insider Logo

5 Contoh Khotbah Kaum Ibu tentang Kasih yang Menyentuh

khotbah kaum ibu tentang kasih
Ilustrasi khotbah kaum ibu tentang kasih: Pavel Danilyuk via Pexels

Artikel Rumah123 menyajikan 5 contoh khotbah kaum ibu tentang kasih lengkap, siap digunakan dalam ibadah persekutuan, pelayanan wanita, atau sebagai renungan pribadi.

***

Kasih adalah fondasi utama dalam kehidupan orang percaya dan kaum ibu memiliki peran istimewa dalam mewujudkan kasih itu di tengah keluarga dan komunitas. 

Dalam setiap pelukan, doa, bahkan dalam tangis yang tak terdengar, kasih seorang ibu mencerminkan kasih Allah yang nyata. 

Untuk itu, tema khotbah kaum ibu tentang kasih menjadi sangat relevan, menyentuh, dan memperkuat iman. 

Contoh Khotbah Kaum Ibu tentang Kasih

Khotbah 1: “Kasih yang Mengampuni”

Kolose 3:13–14

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain… Di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”

Saudari-saudari yang dikasihi Tuhan,

Dalam kehidupan rumah tangga, tidak selalu semuanya berjalan sesuai harapan. Ada masa-masa di mana kita merasa disalahpahami oleh pasangan. Ada hari-hari di mana anak-anak membuat kita kelelahan, bahkan frustrasi. Ada juga momen-momen kecil yang diam-diam membuat luka di hati kita; kata-kata yang tajam, sikap yang cuek, atau pengabaian yang menyakitkan.

Namun firman Tuhan hari ini berkata, “ampunilah seorang akan yang lain.” Dan tidak hanya itu, “kenakanlah kasih.”

Apa maksudnya mengenakan kasih? Sama seperti kita memilih pakaian setiap hari, kasih juga adalah pilihan. Bukan sekadar perasaan yang datang dan pergi. Kita bisa memilih untuk mengasihi, bahkan ketika kita sedang tidak dihargai.

Mengapa? Karena itulah yang Tuhan lakukan kepada kita. Kita diselamatkan bukan karena kita layak, tetapi karena kasih yang mengampuni dari salib Kristus.

Ibu-ibu sekalian,

Mungkin hari ini kita merasa lelah. Mungkin kita menyimpan amarah terhadap seseorang; suami, mertua, bahkan anak sendiri. Tapi firman Tuhan mengajak kita melepas semua beban itu dengan kasih.

Kasih tidak berarti membenarkan kesalahan. Tapi kasih berarti kita melepaskan hak untuk membalas. Kita memilih mengampuni, karena kita sendiri telah diampuni.

Mari kita belajar:

  • Mengampuni lebih cepat dari sebelumnya
  • Tidak menyimpan dendam diam-diam
  • Berdoa bagi orang yang menyakiti kita

Sebab kasih itu menyembuhkan. Tidak hanya orang lain, tapi juga hati kita sendiri.

Biarlah rumah kita menjadi tempat kasih yang nyata, bukan karena semua sempurna, tapi karena ada pengampunan yang terus-menerus.

Amin.

Khotbah 2: “Kasih yang Mewariskan Iman”

2 Timotius 1:5

“Aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike, dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”

Salam damai sejahtera untuk ibu-ibu yang dikasihi Tuhan,

Hari ini kita merenungkan tentang warisan. Banyak orang tua sibuk mempersiapkan warisan materi untuk anak-anak: rumah, tabungan, perhiasan. Tapi ada warisan yang jauh lebih bernilai, yang tak akan habis dimakan waktu: iman yang hidup, dan kasih yang nyata.

Rasul Paulus mengingatkan Timotius bahwa iman yang ada padanya tidak tumbuh sendiri. Iman itu diajarkan, ditanamkan, diwariskan—oleh dua perempuan: neneknya Lois dan ibunya Eunike. Dua generasi perempuan yang tidak sekadar percaya kepada Tuhan, tetapi menghidupi imannya dengan kasih.

Ibu-ibu sekalian,

Hari ini Tuhan bertanya kepada kita:

“Apa yang sedang kita wariskan kepada anak-anak kita?”

Apakah mereka melihat kita sebagai pribadi yang rajin ke gereja, tetapi cepat marah di rumah?
Atau sebagai pribadi yang sabar, penuh kasih, yang doanya menguatkan seluruh keluarga?

Iman bukan hanya kata-kata. Anak-anak belajar lebih banyak dari kasih yang kita hidupi, daripada khotbah yang kita sampaikan.

Warisan kasih itu terlihat dalam:

  • Doa kita setiap malam sebelum tidur
  • Pelukan saat anak gagal
  • Kesabaran saat mereka menjengkelkan
  • Keteladanan dalam berbicara, bekerja, dan melayani

Ibu yang penuh kasih adalah ibu yang menciptakan ruang aman bagi iman anak-anak tumbuh.

Jangan takut jika kita merasa belum sempurna. Tuhan tidak mencari ibu yang ideal—Tuhan memakai ibu yang berserah.

Mari kita terus menanam kasih.

Karena kasih yang tulus akan berakar menjadi iman yang kuat di generasi berikutnya.

Tuhan memberkati. Amin.

khotbah kaum ibu tentang kasih
Ilustrasi khotbah kaum ibu tentang kasih: Pavel Danilyuk via Pexels

Khotbah 3: “Kasih yang Bertahan dalam Penderitaan”

Roma 5:3–5 

“Karena kita tahu, bahwa kesengsaraan menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus.”

Ibu-ibu yang terkasih,

Tidak ada seorang pun yang ingin mengalami penderitaan. Namun kita tahu, dalam perjalanan hidup, penderitaan itu tak bisa dihindari. Entah itu sakit penyakit, masalah ekonomi, konflik rumah tangga, atau kesepian yang tak terlihat.

Paulus tidak menulis kata-kata ini dari tempat nyaman. Ia menulisnya dari dalam penderitaan. Namun ia bisa berkata: “Pengharapan tidak mengecewakan.” Mengapa? Karena kasih Allah tetap dicurahkan bahkan di tengah kesengsaraan.

Kasih Allah bukan hanya hadir saat kita senang, sehat, dan stabil. Kasih itu justru terbukti paling nyata saat kita hancur, lemah, dan tak punya daya.

Ibu-ibu,

Mungkin hari ini ada di antara kita yang sedang berjuang dalam sunyi. Kita kuat di depan anak-anak, tersenyum di gereja, tapi menangis dalam doa pribadi. Kita bertanya, “Tuhan, sampai kapan?”

Tapi hari ini Tuhan menjawab: “Kasih-Ku tetap bekerja.”

Tidak semua penderitaan bisa dijelaskan. Tapi satu hal pasti: Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia memakai setiap air mata kita untuk menumbuhkan ketekunan, iman, dan pengharapan yang tahan uji.

Apa yang bisa kita lakukan?

  • Pegang firman, bukan perasaan
  • Berserah, bukan menyerah
  • Percaya bahwa kasih Tuhan lebih besar dari apa pun

Dan saat kasih itu bekerja, kita bukan hanya bertahan—kita akan menjadi penguat bagi orang lain. Dari luka kita, Tuhan bisa mengalirkan penghiburan bagi sesama.

Amin.

Khotbah 4: “Kasih yang Menjadi Teladan”

1 Yohanes 4:11–12

“Jikalau Allah demikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.”

Saudari sekalian,

Kita hidup di dunia yang penuh tuntutan. Banyak yang menilai kita dari penampilan, hasil kerja, atau cara bicara. Tapi firman Tuhan mengajarkan satu hal penting: orang bisa melihat kasih Allah lewat kita.

Kita mungkin tidak berkhotbah di mimbar. Tapi kehidupan kita sehari-hari adalah khotbah yang terus dibaca oleh suami, anak, tetangga, dan dunia.

Yohanes menulis, “Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita.” Artinya, kasih itu bukan sekadar bukti iman, tapi juga tempat tinggal Allah. Tuhan hadir dalam tindakan kasih kecil yang kita lakukan, senyum, pelukan, kata penguatan, bahkan dalam diam yang sabar.

Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan,

Kita bisa jadi teladan kasih—bukan karena sempurna, tapi karena kita terus berusaha memantulkan kasih Allah yang lebih dulu mengasihi kita.

Contoh kasih yang jadi teladan:

  • Memberi waktu untuk mendengarkan, bukan sekadar menasihati
  • Menyapa dengan hangat mereka yang merasa tak dianggap
  • Meminta maaf lebih dulu, meskipun kita yang benar

Kasih seperti itu menular. Anak-anak akan meniru. Suami akan tersentuh. Lingkungan akan berubah. Bukan karena kita hebat, tapi karena kasih Kristus hidup melalui kita.

Biarlah hidup kita menjadi cermin kasih Allah yang nyata.

Amin.

Khotbah 5: “Kasih yang Menghidupkan Keluarga”

1 Korintus 13:4–7

“Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, tidak cemburu. Kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong… kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”

Ibu-ibu yang diberkati Tuhan,

Apa yang membuat sebuah rumah disebut “rumah tangga Kristen”? Apakah karena ada salib di dinding? Atau karena kita pergi ke gereja tiap Minggu?

Alkitab mengajarkan bahwa rumah yang diberkati adalah rumah yang dihidupi dengan kasih.

Bukan kasih yang basa-basi, bukan kasih yang penuh tuntutan. Tapi kasih yang sabar, murah hati, tidak cepat marah, tidak menyimpan kesalahan. Itulah kasih yang menghidupkan keluarga.

Sayangnya, kadang justru di rumah, kita paling mudah kehilangan kasih. Kita marah tanpa alasan. Kita bicara lebih tajam daripada yang perlu. Kita menuntut anak-anak lebih dari yang mereka mampu.

Namun hari ini, Tuhan mengajak kita untuk membangun ulang rumah kita dengan kasih.

Tiga langkah sederhana:

  1. Ucapkan kasih dengan kata: Jangan menunggu momen khusus untuk mengatakan “aku sayang kamu” kepada suami dan anak-anak.
  2. Tunjukkan kasih dengan perbuatan: Hadir secara penuh saat bersama keluarga. Letakkan ponsel, tatap mata, dengarkan hati mereka.
  3. Tumbuhkan kasih dengan doa: Doakan setiap anggota keluarga, bukan hanya saat ada masalah, tapi setiap hari.

Ingatlah, kasih tidak otomatis tumbuh. Ia harus disiram, dijaga, dan dilatih setiap hari. Tapi ketika kasih bertumbuh, keluarga akan menjadi tempat yang hidup; penuh damai, sukacita, dan pengharapan.

Rumah yang sederhana, jika penuh kasih, akan terasa seperti surga kecil.

Amin.

***

Lima khotbah di atas bukan sekadar materi, tetapi undangan untuk merenung dan bertumbuh dalam kasih yang nyata. 

Semoga setiap kata yang dibagikan bisa menjadi berkat dan membawa perubahan, dimulai dari rumah kita sendiri. 

***

Semoga informasinya bermanfaat.

Simak konten lainnya seputar gaya hidup hanya di artikel.rumah123.com.

Tak lupa, kunjungi Rumah123 untuk mendapatkan properti terbaik.

Yuk, wujudkan hunian impian sekarang juga karena ada #RumahUntukSemua

Imam

Imam

Menulis artikel informatif tentang properti dan menulis copy untuk produk real estat. Menyukai cerita dalam beragam rupa dan mempelajari cara ia bekerja.