KPR
Panduan
Insider Logo

7 Contoh Cerpen Bullying Singkat di Sekolah untuk Pembelajaran

Contoh Cerpen Bullying di Lingkungan Sekolah
Sumber: Rumah123.com

Cerpen bullying bisa dijadikan sebagai media edukasi kepada pelajar supaya menghindari perilaku ini.

Bullying adalah perilaku tidak terpuji yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap individu lain.

Perundungan ini sangat rentan terjadi di lingkungan sekolah dan dapat menimbulkan dampak serius bagi korbannya.

Tindakan bullying tentu tidak pantas dilakukan karena dapat merusak kesehatan mental, kepercayaan diri, bahkan masa depan seseorang.

Oleh karena itu, bullying harus dicegah dan dihentikan sedini mungkin.

Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya bullying adalah melalui karya sastra, seperti cerpen.

Cerita pendek tentang bullying dapat menjadi media refleksi sekaligus pengingat akan dampak buruk perundungan.

Berikut ini beberapa contoh cerpen tentang bullying yang dapat memberikan pelajaran berharga bagi pembaca!

Kumpulan Cerpen Bullying yang Menarik

1. Cerpen Bullying Singkat Penuh Pesan Moral

Arina berjalan dengan langkah gontai di koridor sekolah. Dia menundukkan kepala, menghindari tatapan orang-orang di sekitarnya. Wajahnya pucat dan matanya sembab.

Arina adalah seorang anak perempuan yang pendiam dan pemalu. Dia sering menjadi bahan ejekan teman-temannya karena memiliki kulit berwarna hitam

Arina sudah lama menjadi korban bullying. Tetapi, dia tidak berani melawan teman-temannya. Dia hanya bisa diam dan menangis.

Hal ini membuat Arina menjadi semakin murung dan menarik diri dari lingkungannya.

Suatu hari, Arina bertemu dengan seorang anak laki-laki bernama Bintang.

Bintang adalah anak yang baik dan ramah. Dia tidak pernah membully Arina. Bintang justru menjadi teman yang baik bagi Arina.

Bintang selalu membela Arina ketika teman-temannya mengejeknya. Bintang juga selalu menghibur Arina ketika dia merasa sedih. 

Suatu hari, Arina dan Bintang sedang berjalan di koridor, mereka melihat teman-teman Arina yang sedang merundung seorang anak perempuan.

Arina tidak tinggal diam. Dia menghampiri teman-temannya dan membela anak perempuan itu.

Teman-teman Arina terkejut dengan keberanian Arina. Mereka tidak menyangka bahwa Arina akan berani melawan mereka.

Akhirnya, teman-teman Arina pun berhenti membully anak perempuan itu sekaligus berhenti mengejek Arina.

2. Contoh Cerpen Bullying di Sekolah

Adila seringkali mendengar sindiran pedas terkait gaya hidupnya yang terkesan “sok alim.”

Julukan ini bukanlah sekadar ejekan, melainkan suatu realitas pahit yang mencerminkan budaya julid yang semakin merajalela.

Meskipun sang Ibu selalu menasihatinya untuk tak terlalu memedulikan komentar negatif, Adila merasa bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki kualitas diri.

Adila tumbuh di keluarga sederhana, di mana nilai-nilai kebaikan selalu ditanamkan oleh Ibunya, seorang penjual mi ayam yang murah senyum.

Ibu mengajarkan pentingnya berbuat baik kepada sesama, memberi kepada yang membutuhkan, dan membentuk karakter generasi muda yang bermoral.

Di sekolah, Adila sering dianggap kurang bersosialisasi karena pilihannya untuk berhijab, membuatnya enggan bersaing dengan komentar pedas teman-temannya.

Meskipun demikian, Adila tetap berpegang pada prinsip dan nilai-nilai yang diajarkan oleh sang Ibu.

Meski merasa tidak percaya diri, dia berusaha untuk tetap setia pada hijabnya.

Seiring waktu, Adila bahkan mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam lomba fashion show di sekolahnya.

Namun, dukungan dari sahabatnya, Afrin, memberikan Adila kekuatan dan keyakinan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Meski awalnya ragu, Adila berhasil menciptakan sebuah busana muslimah yang memukau dan berhasil memenangkan lomba fashion show.

Keberhasilannya ini menjadi bukti bahwa berhijab bukanlah hambatan untuk meraih prestasi, dan moralitas serta nilai diri harus dijunjung tinggi.

3. Contoh Cerita Pendek Bullying tentang Perlawanan

Di Sekolah Menengah Atas (SMA) itu, seorang siswi bernama Rani selalu menjadi target empuk bagi sekelompok anak yang suka melakukan bullying.

Mereka mengejeknya setiap hari, merendahkan penampilannya, dan membuatnya merasa seperti seorang yang tidak berarti.

Rani mencoba bertahan dan berpura-pura tak perduli, tapi luka-luka itu semakin terasa dalam. Sampai suatu hari, seorang siswi baru bernama Nita muncul.

Nita melihat kejadian itu dan merasa tidak tega melihat Rani disiksa begitu saja.

Tanpa ragu, Nita mendekati Rani dan menawarkan bantuan. Mereka mulai menghabiskan waktu bersama, dan Nita bahkan berani berbicara di depan anak-anak yang suka melakukan perundungan.

Dia menyampaikan bahwa kejahatan seperti itu tidak akan dibiarkan terus berlangsung.

Ketegasan Nita membuat para pelaku bullying terkejut. Beberapa guru pun ikut campur tangan setelah melihat perubahan ini.

Pelaku bullying dihukum sesuai peraturan sekolah dan diperingatkan untuk menghormati perbedaan.

Rani tidak hanya mendapatkan perlindungan, tapi juga sebuah persahabatan yang mengubah hidupnya.

Nita membuktikan bahwa satu tindakan kecil pun dapat merubah dinamika sekolah, membuatnya menjadi tempat yang lebih aman dan mendukung bagi semua siswa.

4. Naskah Cerpen Bullying 500 Kata

Pagi itu, mentari bersinar cerah.

Namun, bagi Andra, cahaya itu tak mampu menembus awan kelabu yang selalu menyelimuti hatinya setiap kali ia melangkah menuju gerbang SMP Harapan Bangsa.

Andra adalah anak laki-laki pendiam dengan kacamata tebal dan tubuh yang sedikit kurus. Ia seringkali menjadi sasaran empuk bagi kelompok Bimo, sang penguasa tidak resmi di sekolah itu.

Belum sampai di kelas, Andra sudah merasakan firasat buruk.

Di lorong dekat toilet, Bimo dan dua temannya, Rio dan Wisnu, sudah menunggunya.

Senyum sinis terukir di wajah Bimo, sebuah pertanda yang sangat dikenal Andra.

“Wah, wah, Tuan Kacamata sudah datang!” seru Bimo sambil mendorong bahu Andra hingga kacamatanya sedikit melorot. “Cepat, mana PR matematikamu? Aku dengar kau yang paling pintar di kelas.”

Andra gemetar. Ia tahu maksud Bimo. Ini bukan pertama kalinya PR-nya diambil paksa, disalin, lalu dikembalikan dengan coretan atau bahkan robekan.

“T-tapi… aku sudah mengerjakannya semalam,” jawab Andra pelan, mencoba mempertahankan buku PR-nya.

Rio menyambar tas Andra. “Jangan banyak bicara! Cepat berikan!” Ia menarik buku itu dengan kasar, membuat beberapa halaman terlipat. Wisnu tertawa melihat Andra yang tak berdaya.

Sejak saat itu, setiap hari adalah perjuangan. PR-nya dijiplak, uang jajannya seringkali “dipinjam” tanpa pernah kembali, dan ejekan tak pernah berhenti.

“Si cupu,” “si kutu buku,” “si mata empat,” adalah panggilan akrab yang selalu dilontarkan Bimo dan teman-temannya.

Andra mencoba mengabaikan, mencoba bersembunyi, bahkan pernah pura-pura sakit agar tidak masuk sekolah.

Namun, bayangan Bimo selalu mengikutinya, bahkan dalam tidurnya.

Ia merasa sendirian. Orang tuanya sibuk bekerja dan Andra tidak ingin membebani mereka dengan masalahnya.

Ia takut, takut jika mengadu, Bimo akan semakin membalasnya dengan cara yang lebih buruk.

Suatu hari, saat jam istirahat, Andra duduk sendiri di bangku taman sekolah, mencoba membaca buku.

Tiba-tiba, sebuah bola plastik mendarat tepat di kepalanya. Bimo dan teman-temannya berdiri di dekatnya, tertawa terbahak-bahak.

“Maaf, tidak sengaja!” kata Bimo pura-pura. “Tapi, sepertinya kepalamu terlalu besar untuk jadi sasaran.”

Andra menunduk, matanya berkaca-kaca. Ia sudah tidak tahan. Pada saat itu, ia melihat Pak Budi, guru olahraga yang terkenal ramah namun tegas, sedang berjalan tak jauh dari mereka.

Sebuah ide muncul di benak Andra. Ini mungkin satu-satunya kesempatannya.

Dengan keberanian yang entah datang dari mana, Andra mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arah Bimo, meski suaranya masih bergetar. “Cukup, Bimo! Aku lelah! Ini sudah keterlaluan!”

Bimo terkejut dengan reaksi Andra. Ia tidak menyangka Andra akan berani melawan. Namun, sebelum Bimo sempat membalas, Pak Budi sudah mendekat.

“Ada apa ini, Bimo?” tanya Pak Budi dengan nada datar namun penuh wibawa. “Kenapa kalian mengerumuni Andra dan menertawakannya?”

Bimo dan teman-temannya langsung pucat. Mereka mencoba mencari alasan, tetapi Pak Budi sudah melihat raut ketakutan di wajah Andra.

“Andra, apakah ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Pak Budi lembut.

Andra menarik napas dalam-dalam. “Mereka… mereka sering mengganggu saya, Pak. Ambil PR saya, mengejek saya…” Suaranya pecah di akhir kalimat.

Pak Budi mendengarkan dengan seksama. Setelah itu, ia menatap Bimo dan teman-temannya dengan tatapan kecewa. “Kalian tahu aturan sekolah tentang bullying? Ini tidak bisa dibiarkan.”

Hari itu, Bimo, Rio, dan Wisnu dibawa ke ruang bimbingan konseling. Orang tua mereka dipanggil.

Sejak kejadian itu, intimidasi terhadap Andra perlahan menghilang. Tidak lagi ada ejekan, tidak lagi ada pengambilan paksa. Lorong sekolah tidak lagi terasa seperti labirin yang menakutkan.

Andra memang masih pendiam, tapi ia belajar satu hal penting: diam tak selalu emas.

Terkadang, satu-satunya cara untuk menghentikan bayangan adalah dengan berani menyalakan cahaya.

Baca juga: 12 Contoh Cerpen Pendidikan yang Menginspirasi dan Penuh Nilai, Sangat Memotivasi!

5. Inspirasi Cerpen tentang Bullying dan Maknanya

contoh cerpen bullying singkat

6. Cerita Pendek Bullying di Lingkungan Sekolah

contoh cerita bullying singkat di lingkungan sekolah

7. Teks Cerpen tentang Bullying Pendek

cerpen bullying pendek

***

Itulah contoh cerpen bullying singkat di sekolah penuh pesan moral.

Baca juga ulasan lain mengenai contoh cerita pendek lainnya hanya di artikel.rumah123.com.

Yuk, segera wujudkan keinginan untuk memiliki rumah impian bersama Rumah123 karena berbagai pilihan #RumahUntukSemua ada di sini!

Nik Nik Fadlah

Nik Nik Fadlah

Content Writer

Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan yang kini menjadi penulis di Rumah123 dan Berita 99. Memiliki pengalaman menulis di bidang kesehatan, gaya hidup, fashion, teknologi, pendidikan, hingga properti. Hobi membuat digital collage art.