OK
logo rumah123
logo rumah123
Iklankan Properti

6 Contoh Puisi Cinta Tanah Air yang Menyentuh Hati. Ada Karya Penyair Terkenal!

31 Mei 2023 · 5 min read · by Alya Zulfikar

contoh puisi cinta tanah air

contoh puisi cinta tanah air | shutterstock

Apakah kamu sedang mencari inspirasi untuk menulis puisi tentang rasa nasionalisme dan patriotisme? Simak contoh puisi cinta Tanah Air berikut ini, yuk!

Ada banyak puisi bertema kebangsaan, seperti puisi pahlawan, puisi kemerdekaan, hingga puisi cinta Tanah Air.

Puisi cinta Tanah Air adalah puisi yang mengangkat tema tentang rasa cinta terhadap seluruh bumi Indonesia terdiri dari darat dan lautan.

Rasa cinta terhadap Tanah Air ini mampu meningkatkan semangat nasionalisme dan patriotisme.

Di samping itu, puisi dengan tema demikian juga bisa digunakan untuk menyampaikan keluh kesah terhadap kondisi bangsa.

Berikut ini beberapa contoh cinta puisi Tanah Air yang bisa dijadikan inspirasi!

Contoh Puisi Cinta Tanah Air

1. “Tanah Air Mataku”

puisi tanah air mata karya sutardji calzoum bachri

Puisi “Tanah Air Mata” karya Sutardji Calzoum Bachri

Karya: Sutardji Calzoum Bachri, (Horison, 1998:14)

 

tanah airmata tanah tumpah darahku

mata air airmata kami

airmata tanah air kami

 

di sinilah kami berdiri

menyanyikan airmata kami

 

di balik gembur subur tanahmu

kami simpan perih kami

di balik etalase megah gedung-gedungmu

kami coba sembunyikan derita kami

 

kami coba simpan nestapa

kami coba kuburkan dukalara

tapi perih tak bisa sembunyi

ia merebak kemana-mana

bumi memang tak sebatas pandang

dan udara luas menunggu

namun kalian takkan bisa menyingkir

 

ke mana pun melangkah

kalian pijak airmata kami

ke mana pun terbang

kalian kan hinggap di airmata kami

ke mana pun berlayar

kalian arungi air mata kami

 

kalian sudah terkepung

takkan bisa mengelak

takkan bisa kemana pergi

menyerahlah pada kedalaman air mata kami

2. “Sebuah Jaket Berlumur Darah”

Karya: Taufiq Ismail

 

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah berbagi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun‐tahun

 

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

 

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

 

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan‐bangunan

Menunduk bendera setengah tiang

 

Pesan itu telah sampai kemana‐mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang‐abang beca, kuli‐kuli pelabuhan

teriakan‐teriakan di atas bis kota, pawai‐pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

LANJUTKAN PERJUANGAN!

3. “Anak-Anak Indonesia”

Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

 

Kehilangan ladang di kampung mereka

Anak-anak Indonesia merangkak

di lorong-lorong gelap kota

Berjejal mereka di gerbong-gerbong

 

Kereta api senja

Terimpit dalam gubuk-gubuk

tanpa jendela

Anak-anak Indonesia akan digiring

kemanakah mereka

 

Bagai berjuta bebek mereka bersuara menyanyi

lagu tanpa syair dan nada

Sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia

berderet di tepi jalan raya

menggapai-gapaikan tangan mereka ke gedung-

gedung berkaca yang selalu tertutup pintu-pintunya.

 

Dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja

tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi

Terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan dan lapangan

golf katanya)

 

Anak-anak Indonesia tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-

kaki hotel dan biro-biro ekspor tenaga kerja

Anak-anak Indonesia, akan dibawa kemanakah

Ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa

yang bisa menolong nasib mereka?

4. “Bayi Lahir di Bulan Mei 1998”

contoh puisi cinta tanah air

Contoh puisi cinta Tanah Air

Karya: Taufiq Ismail

 

Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetangga

Suaranya keras, menangis berhiba‐hiba

Begitu lahir ditating tangan bidannya

Belum kering darah dan air ketubannya

Langsung dia memikul hutang di bahunya

Rupiah sepuluh juta.

 

Kalau dia jadi petani di desa

Dia akan mensubsidi harga beras orang kota

Kalau dia jadi orang kota

Dia akan mensubsidi bisnis pengusaha kaya

Kalau dia bayar pajak

Pajak itu mungkin jadi peluru runcing

Ke pangkal aortanya dibidikkan mendesing.

   

Cobalah nasihati bayi ini dengan penataran juga

Mulutmu belum selesai bicara

Kau pasti dikencinginya.

5. “Jayalah Negriku”

Karya: Adi Saputro

 

Walau peluru menembus tulang

Aku terus menerjang dan berjuang

Tanpa ragu,

Aku terus maju dan satu

Meski raga tak lagi mampu,

Dengan tekat aku akan bertumpu

 

Yang kumau

Ku pun tahu

Sungguh,

Hanya demi itu

 

Indonesia masih ada korupsi

Dan diskriminasi dengan Polri dan TNI

Ayo mari lindungi negri

 

Jayalah negriku,

Indonesiaku

6. “Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia”

Karya: W. S. Rendra

 

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja

Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan

Amarah merajalela tanpa alamat

Kelakuan muncul dari sampah kehidupan

Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah

 

O, zaman edan!

O, malam kelam pikiran insan!

Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan

Kitab undang-undang tergeletak di selokan

Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan

 

O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!

O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!

Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa

Allah selalu mengingatkan

bahwa hukum harus lebih tinggi

dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara

 

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!

O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!

Berhentilah mencari Ratu Adil!

Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!

Apa yang harus kita tegakkan bersama

adalah Hukum Adil

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara

 

Bau anyir darah yang kini memenuhi udara

menjadi saksi yang akan berkata:

Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat

apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa

apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan

maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa

lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya

 

Wahai, penguasa dunia yang fana!

Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!

Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?

Apakah masih akan menipu diri sendiri?

Apabila saran akal sehat kamu remehkan

berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap

yang akan muncul dari sudut-sudut gelap

telah kamu bukakan!

 

Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi

Airmata mengalir dari sajakku ini.

***

Itulah beberapa contoh puisi cinta Tanah Air Indonesia yang menyentuh hati.

Baca artikel menarik lainnya hanya di artikel.rumah123.com.

Untuk mendapatkan update terbaru, ikuti Rumah123.com di Google News.

Kalau sedang mencari hunian, dapatkan rekomendasi terbaiknya di Rumah123.com.

Menemukan hunian yang sesuai kriteria kini lebih mudah karena kami #AdaBuatKamu.



Alya Zulfikar
Alya Zulfikar

Berkarier di dunia kepenulisan sejak 2018 sebagai penulis lepas. Kini menjadi penulis di 99 Group dengan fokus seputar gaya hidup, properti, hingga teknologi. Gemar menulis puisi, memanah, dan mendaki gunung.

Selengkapnya