Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan Disertai Rangkaian Acaranya
Makna Hari Raya Galungan adalah kemenangan Dharma alias kebaikan melawan aDharma atau keburukan. Sementara itu, Hari Raya Kuningan memiliki arti memohon keselamatan, perlindungan, dan tuntunan lahir-batin kepada para Dewa, Bhatara, dan Pitara.
Di sisi lain, apabila mengutip buku Hari Raya Galungan yang ditulis oleh Ni Made Sri Arwati, Hari Raya Galungan adalah hari raya keagamaan yang berdasarkan pada wuku, datangnya setiap 210 hari per enam bulan sekali dan jatuh pada hari Rebo/Buda Keliwon Dungulan.
Pada tahun ini, Hari Raya Galungan diperingati pada Rabu, 28 Februari 2024 dan Rabu, 25 September 2024.
Makna Hari Raya Galungan
Menukil laman resmi Kabupaten Buleleng, makna Hari Raya Galungan dalam lontar Sunarigama dibeberkan sebagai berikut:
Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning ide.
Arti dari kalimat tersebut adalah:
Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.
Maka, inti atau makna Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar pikiran dan pendirian menjadi terang benderang.
Adapun bersatunya rohani dan pikiran ini adalah wujud dari Dharma dalam diri, sedangkan kekacauan pikiran (byaparaning idep) adalah wujud aDharma.
Dari konsepsi lontar Sunarigama diperoleh kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan menangnya Dharma melawan aDharma.
Makna Hari Raya Kuningan
Hari Raya Kuningan dikenal pula dengan Tumpek Kuningan, jatuh pada hari Sabtu, Kliwon, wuku Kuningan.
Pada momen tersebut, orang yang memperingati Hari Raya Kuningan melakukan pemujaan kepada para Dewa, Pitara, memohon keselamatan, perlindungan dan tuntunan lahir batin.
Menurut situs bulelengkab.go.id, pada Hari Raya Kuningan para Dewa dan Bhatara diiringi Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari.
Hal inilah yang kemudian membuat pelaksanaan upacara dan persembahyangan Hari Kuningan hanya sampai tengah hari.
Beberapa perlengkapan Hari Kuningan antara lain Endongan, Tamyang, hingga Kolem.
Endongan adalah simbol persembahan kepada Hyang Widhi, Tamyang simbol penolakan bahaya, dan Kolem simbol tempat peristirahatan Hyang Widhi.
Maka, inti atau makna Hari Raya Kuningan sebagaimana telah disinggung adalah memohon keselamatan, kedirgayusan, dan perlindungan.
Rangkaian Hari Raya Galungan Kuningan
Berikut ini adalah rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan yang dirangkum dari buku Widya Dharma Agama Hindu.
1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga adalah upacara selamatan kepada Sang Hyang Sangkara selaku dewa penguasa tumbuhan.
Dalam pelaksanaannya, Tumpek Wariga dilakukan setiap Saniscara Kliwon Wariga.
Pada hari tersebut umat Hindu bakal menghaturkan aneka persembahan atau sesajen dengan upakara berupa bubur sumsum sebagai simbol kesuburan.
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa adalah hari pembersihan Bhuana Agung atau hal-hal yang berada di luar diri.
Pada hari Sugihan Jawa, umat Hindu melakukan upacara Mererebu untuk menetralisir segala hal negatif di luar diri manusia.
Adapun Sugihan Jawa dilakukan pada hari Kamis Wage wuku Sungsang.
3. Sugihan Bali
Sugihan Bali adalah penyucian di dalam diri sendiri atau Bhuana Alit yang jatuh pada Jumat Kliwon wuku Sungsang.
Pada hari tersebut, umat Hindu melakukan pembersihan secara fisik dengan cara mandi.
4. Hari Penyekeban
Tujuan dari Hari Penyekeban adalah untuk “nyekeb indriya”, artinya mengekang diri supaya tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan agama.
Hari Penyekeban jatuh pada Minggu Pahing wuku Dungulan.
5. Hari Penyajan
Menurut kepercayaan, pada Hari Penyajan umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan sebagai bentuk ujian sejauh mana tingkat pengendalian diri.
Rangkaian hari Raya Galungan ini dilakukan pada Senin Pon wuku Dungulan.
6. Hari Penampahan
Jatuh pada Selasa Wage wuku Dungulan, tepat sehari sebelum Galungan, Hari Penampahan dipercaya adanya para leluhur akan mendatangi sanak keturunannya dan mengganggu ketenteraman umat di dunia.
Untuk menangkis gangguan tersebut, umat Hindu akan membuat jaja uli, begina, dan lainnya.
7. Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan dirayakan pada Budha Kliwon wuku Dungulan yang menjadi hari besar karena umat Hindu dinilai berhasil mengalahkan para Bhuta pada Hari Penampahan.
Secara umum, perayaan ini dilakukan dengan pesta yang meriah dengan persembahan-persembahan.
Hal ini sejalan dengan makna Hari Raya Galungan, yakni kemenangan Dharma alias kebaikan melawan aDharma atau keburukan.
8. Hari Umanis Galungan
Umanis Galungan dilaksanakan pada Kamis Umanis wuku Dungulan.
Salah satu rangkaian Hari Raya Galungan ini adalah adanya persembahyangan yang diteruskan dengan Dharma Santi lantas saling mengunjungi saudara.
Selanjutnya, masyarakat sang empunya rumah akan keluar sambil membawa canang dan sesari (uang).
9. Hari Pemaridan Guru
Jatuh pada Sabtu Pon wuku Galungan, Hari Pemaridan Guru adalah momen umat Hindu untuk bersembahyang di hadapan para dewa.
10. Ulihan
Ulihan memiliki arti pulang atau kembali, maknanya adalah hari kembalinya para dewa dan leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugerah.
11. Hari Pemacekan Agung
Hari Pemacekan Agung mempunyai simbol keteguhan iman umat manusia atas segala godaan selama perayaan Hari Galungan.
12. Hari Kuningan
Hari Raya Kuningan identik dengan pemakaian warna kuning dalam persembahyangan yang mesti selesai sebelum pukul 12 siang.
13. Hari Pegat Wakan
Pegat Wakan jatuh pada Rabu Kliwon wuku Pahang alias sebulan usai Galungan.
Hari ini merupakan rangkaian dari perayaan Galungan Kuningan terakhir.
Masyarakat melakukan persembahyangan dan mencabut penjor yang akan dibakar dan abunya ditanam di pekarangan rumah.
***
Itulah penjelasan mengenai makna Hari Raya Galungan dan Kuningan yang perlu diketahui.
Dapatkan informasi beragam topik hanya di artikel.rumah123.com.
Punya pertanyaan seputar rumah? Yuk, ngobrolin properti lewat laman Teras123.
Dapatkan informasi seputar harga hunian, rekomendasi rumah terbaik, hingga seluk beluk KPR hanya di Rumah123 karena #SemuaAdaDisini