OK
Panduan

5 Khotbah Kaum Ibu tentang Pengharapan untuk Melampaui Segala Kesulitan

13 Nopember 2024 · 11 min read Author: Gadis Saktika · Editor: M. Iqbal

khotbah kaum ibu tentang pengharapan

Ilustrasi khotbah kaum ibu tentang pengharapan | Shutterstock

Menyampaikan khotbah kaum ibu tentang pengharapan bisa membuat umat Kristen menjadi lebih mawas diri. Nah, kali ini Rumah123.com telah menghimpun beragam teks khotbah kaum ibu tentang pengharapan pada artikel ini!

Meskipun telah menjadi seorang ibu, umat Kristen tetaplah menjadi anak-anak Allah yang ingin menjadi perempuan yang penuh pengharapan.

Dengan begitu, khotbah kaum ibu tentang pengharapan haruslah sering disimak agar hati bisa dipenuhi dengan kebajikan.

Khotbah kaum ibu tentang pengharapan tentu luas sekali bahasannya.

Tentu saja perlu sesuai makna yang ada pada kitab suci umat Kristen, Alkitab.

Adapun contoh teks khotbah kaum ibu tentang pengharapan bisa kamu lihat pada uraian di bawah ini.

aset bank rumah123

Khotbah Kaum Ibu tentang Pengharapan

1. Khotbah Kaum Ibu

Siapa yang Terbesar?

(Luk 9:46-48)

Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, orang yang pantas mendapat label atau predikat “terbesar” menurut ukuran dunia, adalah mereka yang punya kedudukan, punya banyak uang, punya kekuasaan yang besar, atau yang punya banyak anak buah atau pengawal. Tidak jarang kita lihat atau mungkin alami, seseorang dipuja dan dituruti segala kemauannya karena posisinya yang tinggi dalam perusahaan, masyarakat, atau bahkan gereja. Atau orang yang menuntut untuk dihormati, dituruti segala perintahnya, ditanya pendapatnya karena posisinya. Tapi hari ini, firman Tuhan menunjukkan bahwa orang yang “terbesar” menurut Allah tidaklah sama dengan criteria dunia. Orang yang terbesar dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang rela menjadi yang terkecil diantara sesama (ay. 48). Bagaimana ciri orang yang rela menjadi yang terkecil itu? Lukas mencoba menerangkan lewat 3 peristiwa di 3 perikop selanjutnya.

Pertama, mereka adalah orang yang tidak melawan Allah (ay. 50). Saat itu murid-murid Yesus sedang sibuk meributkan siapa yang terbesar di antara mereka yang layak memangku sebuah jabatan penting saat Yesus memerintah sebagai Mesias. Karena mereka berpikir, kalau Yesus adalah Mesias, maka Yesus akan mengusir penjajah romawi dari Israel, dan membangun kerajaan baru. Dan kalau Yesus jadi raja, pastilah akan ada yang jadi perdana menteri, dan orang ini tidak mungkin dari luar kelompok murid. Pasti dari antara mereka.

Karena itu, murid-murid Yesus merasa superior, lain dari yang lain, paling benar, dan istimewa. Karena superioritas itu, murid2 Yesus merasa perlu untuk mencegah orang lain melayani pengusiran setan sekalipun dengan nama Yesus. Mungkin sewaktu mereka lapor sama Yesus kalau mereka mencegah orang lain di luar murid2 untuk mengusir setan, mereka mengharapkan pujian dari Yesus. tapi ternyata jangankan dipuji, mereka justru ditegur oleh Yesus. “Barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu”. Seringkali kita seperti murid-murid.

Karena kita aktif dalam pelayanan, atau kita punya talenta, atau kita punya kedudukan dalam masyarakat atau bahkan gereja. Kita mulai melarang orang lain untuk melayani Tuhan. Kita mulai menghakimi gereja A sesat, persekutuan B sesat, dan lain-lain. Waktu kita lakukan itu mungkin kita merasa kita benar, tapi lihatlah murid-murid Yesus, bukan pujian yang mereka dapat, melainkan teguran. Kalau kita mau jadi yang terbesar dalam kerajaan Allah, jangan lawan orang yang melayani demi nama Tuhan Yesus, karena bisa jadi kita melawan Tuhan sendiri, tetapi bekerjasamalah membangun kerajaan Allah.

Kedua, orang yang terbesar dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (ay. 54-55). Dalam perjalanan ke Yerusalem untuk disalib, Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya harus melewati daerah Samaria. Orang Samaria dan orang Israel bermusuhan karena orang Samaria kawin campur dan menyembah allah lain. Sebelum Tuhan Yesus sampai di desa Samaria, utusan-utusan yang dikirim oleh Yesus, kembali dan memberitahu bahwa mereka ditolak oleh orang Samaria.

Secara manusia, wajar kalau kemudian murid-murid Yesus murka dan mau mengirim api dari langit. Karena mereka teringat kisah Elia yang meminta api dari langit untuk membakar 2 orang perwira dan 100 anak buah mereka yang diutus raja Ahazia untuk menolak Elia sebagai hamba Tuhan. Lagi-lagi, bukannya dipuji karena keinginan mereka untuk membela Yesus, Yesus berpaling dan menegur murid-murid-Nya. Bagaimana dengan kita ? bukankah kita juga sering mengutuk orang lain yang menolak kita? Mungkin bukan dengan terus terang bilang “saya kutuk kamu…bla..bla…bla” Tapi mungkin kutukan itu keluar dari mulut kita dalam bentuk doa. Familier dengan bunyi doa begini? “Tuhan saya mengampuni si A, biar Tuhan saja yang balas perbuatannya sama saya.” Ibu-ibu, itu adalah kutukan yang tersamar. Tapi tetap saja kutuk. Orang yang terbesar dalam kerajaan Allah tidak boleh seperti itu. Melainkan harus mengampuni dan mengasihi sepenuh dan setulus hati.

Orang yang terbesar dalam kerajaan Allah yang ketiga adalah orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi (ay. 58, 60, 62). Dalam perikop terakhir pasal 9 ini ada 3 orang yang mau mengikut Tuhan tapi terkendala dengan berbagai hal. Orang pertama, mau mengikut Tuhan tapi pikir-pikir tentang untung rugi meninggalkan kenyamanan hidup dan segala materi yang mengikutinya. Orang kedua, mau mengikut Tuhan tapi pikir-pikir tentang bakti kepada orang tua. Orang ketiga, mau mengikut Tuhan tapi masih pikir-[ikir tentang masa lalunya.

Untuk ketiga orang ini, teguran Tuhan sangat jelas. “Orang yang mau mengikut Tuhan tapi masih sering lihat-lihat dan membanding-bandingkan hidup sebelum dan sesudah bersama Yesus, tidak pantas untuk ikut Tuhan.” Pertanyaan buat kita hari ini. Apakah dalam mengikut dan melayani Tuhan kita masih sering pikir-pikir hal-hal lain yang bisa memberatkan kita untuk total ikut Tuhan? Matius 10:37 mengatakan, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” Kalau kita mau jadi yang terbesar dalam kerajaan Allah kasihilah Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita.

Jadi ibu-ibu, siapa yang terbesar dalam kerajaan Allah? Dia adalah orang yang tidak melawan pelayan Allah, yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan yang mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Selamat menjadi yang terbesar. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

penawaran khusus

2. Renungan Singkat Kaum Ibu

khotbah kaum ibu

sumber: shutterstock.com

Tes. 3:10-13 ,“Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. Tuhan tidak ingin kita menjadi seorang yang pengangguran walaupun sebagai ibu rumah tangga. Sebagai ibu rumah tangga mempunyai tanggung jawab yang besar. Sukses atau tidaknya seorang anak juga bertanggung pada sikap orang tuanya.

3. Tema Khotbah untuk Kaum Ibu

Tuhan Satu-satunya Harapan Hamba-Nya

Mazmur 5 mengatakan “Engkaulah Tuhan, yang menjadi harapanku, yang menjadi kepercayaanku sejak semasa muda.”

Saat masalah menimpa seberat apapun, masalah yang membuat diri kita menjadi putus asa, ingat untuk jangan lupakan Tuhan. Siapa lagi kita dapat menggantungkan hidup kalau tidak kepada Kristus? Jangan pernah berharap kepada manusia, karena ia hanya tidak lebih daripada hembusan nafas (Yesaya 22).

Kenikmatan duniawi memang sesaat membutakan mata dan hati manusia. Saat kita dihujani kekayaan, apakah kekayaan itu dapat digunakan sebagai pengharapan untuk beribadah selain kepada Kristus? Tentu saja tidak. Tidak ada dan tak pernah ada yang dapat menggantikan pengharapan manusia kepada Tuhan, karena Ia adalah satu-satunya harapan itu.

Kita tengok kisah dari Daud, dimana ia adalah raja yang sangat berkuasa tapi tetap memiliki ketakutan akan Tuhan. Daud hampir memiliki segalanya, tapi Daud selalu menaruh pengharapannya kepada Tuhan.

Daud menyadari jika manusia memiliki batas ketakutan, tidak selamanya kita bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa ada andil dari Tuhan. Walau kita saat ini masih menganggap kuat dan sanggup untuk menyelesaikannya, tapi ingat semua ada masanya. Ketakutan yang kita rasakan ada batasnya seperti dengan kekuatan dan kekuasaan kita. Tuhanlah satu-satunya yang punya kekuasaan dan kekuatan tanpa batas atas seluruh alam semesta ini dan mahluk ciptaan-Nya.

Itulah alasan mengapa kita tidak boleh hanya mengharapkan Tuhan saat keadaan sedang sulit saja. Tuhan tidak akan meningkalkan anak-Nya sendirian. Ia pasti akan melindungi dan menyertai kita sekeras apapun masalah yang dihadapi.

Maka, janganlah kamu menjauhkan diri dari pada-Nya. Taruhlah hamba kaum ibu seluruhnya kepada Tuhan agar Ia memberikan jalan keluar dan kedamaian bagi hambanya yang selalu dekat kepada-Nya.

Jadi itulah khotbah kaum ibu tentang pengharapan yang dapat FJA bagikan.

Setelah saudara selesai membaca renungan kristen tentang pengharapan untuk kaum ibu ini, maka akhirilah dengan doa agar saudara selalu mengadalkan Tuhan dalam segala perkara yang terjadi di kehidupan saudara.

Kiranya renungan kaum ibu tentang pengharapan ini dapat menjadi berkat bagi saudara sekalian. Terimakasih, Tuhan Yesus Membarkati!

chatbot

4. Khotbah Kaum Ibu tentang Pengharapan

Hidup dalam Pengharapan

oleh: Rina Marchelien Mulder

Saudari-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Hari ini, kita bersama-sama belajar tentang sebuah kebenaran yang mendalam dari Firman Tuhan tentang pengharapan. Seperti yang kita dengar dari kisah Abraham, meskipun tidak ada dasar duniawi untuk berharap, Abraham tetap berharap dalam Allah. Dia percaya bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang setia pada janji-Nya.

Mungkin hari ini di antara kita, ada yang merasakan hidup ini tidak sesuai dengan harapan yang kita miliki. Mungkin ada yang berjuang dalam ekonomi yang sulit, dalam tekanan yang menyakitkan, atau dalam permasalahan rumah tangga yang mendalam. Tetapi, seperti yang diajarkan dalam Firman Tuhan, kita dipanggil untuk terus mempercayai Allah.

Allah tidak hanya Allah yang mengingkari janji-Nya. Dia adalah Allah yang menepati janji-Nya. Ketika kita menghadapi tantangan dan keputusasaan, marilah kita mengingat kisah Abraham. Meskipun sudah tua dan tampaknya tidak mungkin memiliki keturunan, Abraham tetap percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya.

Saudari-saudari, biarkan pengharapan kita ada dalam Allah. Pengharapan dalam Tuhan bukanlah pengharapan yang bisa mengecewakan, karena Allah adalah Allah yang pasti dan setia. Dia mampu melakukan mujizat di dalam hidup kita jika kita tetap percaya dan berharap kepada-Nya.

Jadi, hari ini mari kita memutuskan untuk tidak bergantung pada keadaan atau logika manusia, tetapi kita akan memegang teguh janji-janji Allah. Mari kita hidup dalam pengharapan yang pasti dalam Tuhan kita, dan kita akan melihat bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita, membawa mukjizat dan pertolongan-Nya.

Haleluya, puji Tuhan! Marilah kita berdoa.

(Tutup dengan doa untuk meminta Allah meneguhkan pengharapan kita dan membawa berkat dalam setiap aspek hidup kita.)

Amin.

5. Khotbah Kaum Ibu Protestan

khotbah

sumber: shutterstock.com

Saudari-saudari yang terkasih,

Hari ini, marilah kita bersama memperoleh pengharapan yang benar dari Firman Tuhan yang telah kita dengarkan. Dalam kehidupan ini, kita sering kali mencari dukungan dari berbagai hal: kekayaan kita, kecerdasan kita, dan bantuan dari orang-orang di sekitar kita. Namun, Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri, melainkan mengandalkan Allah dengan segenap hati kita.

Kita diberkati dengan janji dari Yeremia 17:7, yang menyatakan: “Diberkatilah orang yang percaya kepada TUHAN dan menaruh harapannya pada TUHAN.” Ini mengingatkan kita bahwa hanya dalam mengandalkan Allah, kita akan mendapatkan keberkatan yang sejati. Saat kita mengalami kesulitan, kebingungan, atau ketakutan dalam hidup ini, kepada siapa kita berpaling? Apakah kita mencari solusi dari kekayaan atau kebijaksanaan manusia, ataukah kita berserah kepada Allah yang mahakuasa?

Saudari-saudari, saat kita memilih untuk mengandalkan Allah, kita juga harus memahami bahwa rencana kita tidak selalu sama dengan rencana Allah. Yesaya 55:8 mengatakan, “Sebab segala pikiran-Ku bukanlah pikiranmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” Ini mengingatkan kita bahwa walaupun kita merencanakan masa depan kita dengan baik, hanya Allah yang menentukan segalanya.

Saya ingin berbagi pengalaman pribadi saya, ketika saya merasa yakin bahwa saya harus mendukung suami saya dalam pelayanan, namun Allah memimpin saya untuk ikut berperan dalam pelayanan juga. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kita mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Allah, karena hanya Dia yang tahu rencana terbaik bagi kita.

Kita juga diajarkan untuk tidak mengandalkan kekuatan manusia atau pencarian kekayaan duniawi. Mazmur 146:3 menegaskan, “Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada manusia yang tidak dapat memberikan pertolongan.” Hal ini mengingatkan kita bahwa Allah yang mengasihi kita dan mengasihi mereka yang takut akan-Nya.

Sebagai kaum ibu, kita dituntut untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, mengandalkan kasih setia-Nya, dan menjauhi segala bentuk penyembahan palsu atau pencarian hoki dari hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Itu sebabnya, dalam hidup kita, mari kita bersama-sama mengandalkan Allah dengan segenap hati kita, meminta hikmat-Nya dalam setiap keputusan dan langkah kita.

Saudari-saudari, jangan biarkan kekhawatiran atau kesulitan menguasai kita. Mari kita tingkatkan iman kita, percaya bahwa Allah akan memberkati setiap usaha keras kita dan mengarahkan langkah-langkah kita menuju jalan kesuksesan yang sesuai dengan rencana-Nya.

Marilah kita berdoa.

Ya Bapa Surgawi,

Kami bersyukur atas pengajaran yang telah Engkau berikan kepada kami hari ini melalui Firman-Mu. Tunjukkanlah kepada kami, ya Tuhan, jalan hidup yang sesuai dengan kehendak-Mu. Berilah kami hikmat dan pengertian untuk mengandalkan Engkau sepenuh hati dalam segala hal. Berkatilah setiap usaha kami, ya Tuhan, agar dapat menjadi saksi bagi kemuliaan-Mu. Amin.

Saudari-saudari, semoga kita semua tetap teguh dalam iman kita dan hidup dalam pengharapan yang hanya ditemukan dalam kasih setia Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.

Terima kasih, saudari-saudari yang terkasih.

***

Nah, itulah ragam teks khotbah kaum ibu tentang pengharapan untuk referensi.

Pantau terus artikel menarik lainnya di artikel.rumah123.com dan Google News.

Lagi cari rumah? Cek pilihan terbaik hanya di Rumah123 karena #SemuaAdaDisini!


Tag:


Gadis Saktika

Content Writer

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.
Selengkapnya

IKLAN

Tutup iklan
×

SCROLL UNTUK TERUS MEMBACA