OK
logo rumah123
logo rumah123
Iklankan Properti

Contoh Cerpen Panjang tentang Persahabatan dan Kehidupan. Bermakna Mendalam!

05 Juni 2023 · 10 min read · by Gadis Saktika

contoh cerpen panjang

sumber: shutterstock.com

Menulis cerpen dengan isi yang panjang dan tema menarik memang tidak mudah. Apakah kamu juga mengalami hal yang sama? Jangan khawatir, kali ini Rumah123.com telah menghadirkan contoh cerpen panjang yang bisa kamu lihat pada uraian di bawah ini.

Cerpen panjang merupakan teks prosa yang memiliki struktur naratif lebih kompleks daripada cerita pendek biasa.

Teks cerpen ini sering kali mencakup konflik yang rumit, penceritaan yang mendalam, serta karakter-karakter yang kompleks.

Mengingat ukurannya lebih besar, cerpen panjang juga dapat melibatkan beberapa alur cerita dan memperluas latar belakang cerita.

Untuk mengetahui lebih jauh soal cerpen panjang, tentunya kamu perlu tahu contohnya, dong.

Berikut Rumah123.com hadirkan contoh cerpen panjang yang bisa kamu lihat pada uraian di bawah ini.

Contoh Cerpen Panjang

contoh cerpen panjang

sumber: shutterstock.com

1. Cerpen Panjang

Contoh Cerpen Panjang : Sahabat Sejati Tak Terpisahkan

Sejak kecil Lulu dan Natasya adalah sahabat dekat yang selalu bermain bersama. Mereka bertemu pada satu sekolah yang sama, saat itu usia mereka masih berumur 7 tahun, hari pertama sekolah dasar, Lulu menyapa Natasya dan mengajaknya duduk bersebelahan. Sejak hari itu pun mereka tidak pernah terpisahkan.

Mereka sering belajar bersama juga. Ayah Natasya adalah seorang pekerja yang mengharuskan dirinya untuk pergi dan menetap di Negara atau kota tertentu, saat ini keluarga Natasya tinggal di Surabaya, namun ia tidak pernah tahu kapan mereka akan pindah karena kadang pekerjaan itu datang tiba-tiba, bisa seminggu sebelum keberangkatan atau pun beberapa hari sebelum keberangkatan. Saat ini Natasya tinggal sudah satu tahun di Surabaya, sebelumnya Natasya tinggal di Jakarta. Lulu adalah anak satu-satunya, orangtuanya sangat sibuk, jadi terkadang Lulu sering menginap di rumah Natasya.

Lulu senang sekali saat ia bertemu Natasya, karena Lulu kerap merasa kesepian karena sering sendiri di rumah, namun kehadiran Natasya di hidupnya sangat merubah Lulu menjadi anak yang lebih bahagia. Pada suatu hari saat Lulu dan Natasya sedang berada dalam kelas IPA, mereka sedang membicarakan pelajaran sampai akhirnya Natasya mengganti topik.

“Nat, kata ayahku, dia akan pindah kerja ke luar negeri.” Kata Natasya. “Yang benar? Kapan?” Tanya Lulu dengan bingung.

“Aku tidak tahu kapan pastinya, namun tidak lama dari sebulan.” Jawab Natasya.

Setelah beberapa hari yang normal, tiba suatu hari yang mereka sangat hindari, yaitu hari dimana Natasya harus berpisah dengan Lulu. Natasya pergi tanpa sepengetahuan Lulu, tanpa perpisahan. Lulu mencari keberadaan Natasya di hari Senin itu. Mereka tidak mempunyai telepon genggam karena mereka masih kelas 1 SD, jadi mereka tidak mempunyai jalur komunikasi untuk memberi kabar. Hari senin itu Lulu mencari Natasya namum dia tidak ada di sekolah.

Lalu, Lulu menanyakan kabar Natasya lewat wali kelas Natasya, ternyata Lulu dikabarkan bahwa Natasya telah pergi mengikuti ayahnya yang harus kerja di luar negeri, Lulu tidak tahu pasti Natasya pergi kemana wali kelas Nat juga tidak tahu keberadaannya. Bertahun-tahun telah terlewati, Lulu pun sudah lupa tentang Natasya, ia sudah kehilangan kontak dan kabar dari Natasya. Lulu akhirnya lulus SMA, ia sangat bahagia untuk meneruskan kuliahnya di Amerika. Lulu bercerita pada orangtuanya tentang keberangkatannya ke Amerika dalam kurun waktu yang tidak panjang. “Aku sangat gugup, bu. Aku tidak tahu nanti di sana aku akan bagaimana.

Tadi malam aku bermimpi tentang Natasya, mimpinya kurang jelas namun seperti saat dulu kita pertama bertemu.” Kata Lulu dengan bingung.

“Mungkin itu suatu pertanda, ya ibu tidak tahu sih. Kamu jangan khawatir, ini kan yang kamu inginkan dari dulu.” Jelas Ibu.

“Ya sudahlah, aku tidak akan memikirkan lagi. Hanya sebuah mimpi kan.” Kata Lulu Lulu akan berangkat meraih cita-citanya esok hari. Ia sangat gugup namun juga senang karena bisa meneruskan kuliahnya di universitas favoritnya. Pikiran Lulu pun bercampur aduk.

Keesokannya Lulu diantar oleh beberapa sahabatnya dari SMA dan tentunya orangtuanya ke bandara. Lulu akan menetap di sana untuk beberapa tahun. Mereka semua bersedih karena akan berpisah dengan Lulu untuk waktu yang lama, apalagi Lulu adalah seorang yang sangat mudah dikangenin. Sesampainya di Amerika, Lulu naik taksi untuk pergi ke universitas tersebut. Sesampainya di sana, banyak sekali murid-murid lainnya, mereka sedang sibuk mengurus kedatangan mereka dan lain hal. Mereka juga mendapatkan kamar mereka masing-masing di asrama.

Setelah Lulu selesai menguruskan urusan penting setelah kedatangan, Lulu mengambil kunci kamar asramanya untuk menaruh barang bawaannya. Dalam satu kamar terdapat dua orang, Lulu tidak tahu siapa yang akan menjadi teman sekamarnya. Di sana banyak sekali orang-orang dari berbagai macam Negara, termasuk dari Indonesia, Lulu bukanlah satu-satunya orang Indonesia di sana.

Lulu pun menemukan kamarnya, ia langsung membuka kamarnya dan merapikan barang-barangnya, memasukan baju ke lemari dan lain hal. Setelah beberapa menit membersihkan barangnya, teman sekamar ia pun datang. “Hi, we’re going to be a roommate for 4 years, hope it’ll be fun! My name is Natasya.” Ujar teman sekamar itu.

“Hah! Natasya! aku Lulu ingat kah aku, dulu kita sering bermain bersama saat masih kecil!” Teriak Lulu yang kaget bahwa ia ternyata sekamar dengan Natasya.

“Yang benar saja! tentu aku ingat dengan kamu. Apa kabarnya Lu? Aku tidak menyangka kita dipertemukan di satu universitas yang sama!” Tanya Natasya yang masih tidak habis pikir.

“Aku baik-baik saja. Kita tidak pernah ada kabar lagi ya Nat, aku sangat kangen sama kamu. Mengapa waktu itu kamu tidak mengabarkan aku saat kamu ingin pergi? aku nyariin kamu seharian!” Tanya Lulu yang ingin tahu tentang alasan Natasya.

“Lu, aku ini tidak tahu kalau aku akan pergi pada hari itu dulu. Benar-benar mendadak, ayahku baru ngasih tahu hari itu! Lu aku masih tidak percaya. Maafin aku ya Lu dulu udah ninggalin kamu. Sekarang aku janji bakal ada bareng kamu terus selama kuliah ini!” Kata Natasya.

“Tentu Lu, aku maafin. Yang penting sekarang kita dipertemukan lagi ya. Oh ya, kita kan abis ini bakal ada acara hari pertama, ayo kita siap-siap ya Nat.” Kata Lulu.

“Ok Lu!” Kata Natasya dengan singkat.

Mereka pun akhirnya dipertemukan lagi, dalam situasi yang tidak diduga sama sekali oleh mereka. Mereka pun akan melanjutkan meraih mimpi mereka bersama-sama. Karena sahabat sejati takkan terpisahkan.

2. Contoh Cerpen Panjang

Contoh Cerpen Panjang : Jangan Menuduh Orang Sembarangan

Jantungku berdegup kencang karena panik bukan main. Bagaimana tidak, flashdisk yang berisikan data-data penting selama kuliah, termasuk skripsi, hilang di dalam perpustakaan.

Rasa takut dalam diri kemudian membuncah lantaran aku tak mempunyai back up data skripsi. Aku mencari di seluruh sudut perpustakaan sampai bertanya sana-sini juga ke petugas. Hasilnya nihil, flashdisk berisi data penting tak jua ditemukan.

Di hari yang sama ketika flashdisk milikku hilang, ada beberapa teman yang juga ikut ke perpustakaan. Satu di antaranya ialah Reza. Mantan teman dekatku yang beberapa bulan terakhir ini aku sering cekcok dan perang dingin dengannya.

Perasaanku tertutup dan akal sehatku menuduh Reza sebagai dalang hilangnya flashdisk di perpustakaan. Ketika aku berada di kelas saat hendak memulai perkuliahan tanpa tedeng aling-aling aku menuju ke tempat duduk Reza.

“Kamu ke manakah flashdisk milikku, Za?” cetusku.

“Apa maksudmu?” Reza menimpali bingung.

“Jangan pura-pura tak tahu, kamu pasti yang mengambil flashdisk punyaku ketika kita berada di perpustakaan tempo hari,” desakku.

“Ha?” Reza berdiri, terpancing.

“Jangan asal nuduh, aku sama sekali tak tahu,” nada suaranya mulai ikut naik.

Sadar ada keributan di kelas, semua mata orang di kelas tertuju pada kami.

Kini, aku dan Reza saling berhadapan berdiri. Bagai dua orang yang siap berkelahi.

Temanku Boy lalu berdiri mencoba menengahi.

“Ada apa ini ribut-ribut?”

“Ini si Reza maling flashdisk di perpustakaan,” ungkapku.

Tak terima disebut maling, Reza kemudian mulai menarik kerah kaosku.

“Jangan omonganmu, hati-hati kalau bicara!” ujar Reza marah.

Ketika di ujung tanduk dan hampir terjadi perkelahian, Pak Sony kemudian masuk kelas.

Ia kaget karena melihat pemandangan kelas yang sudah memanas. Pak Sony lalu bertanya setengah bingung.

“Ada apa ini? Sudah jangan ribut di kelas,” ungkapnya hendak melerai.

Kemudian Boy menceritakan apa yang sedang terjadi. Pak Sony lantas mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya.

“Tadi ada petugas perpustakaan menghampiri bapak memberikan FD ini. Si petugas ngomong kalau FD ini terjatuh di tangga perpus. Setelah di cek ternyata ini punya kamu, Marsel,” jelas Pak Sony.

Hatiku bergetar kencang, antara senang dan malu. Senang FD milikku ditemukan, malu karena sudah menuduh Reza tanpa bukti kuat. Pak Sony pun kemudian mencoba mendamaikan aku dan Reza.

Lantara salah, aku langsung meminta maaf kepada Reza karena sudah menuduhnya sembarangan. Mulanya Reza enggan untuk menerima maaf sebab ia kesal bukan main sudah dituduh sembarangan.

Namun, Pak Sony dan teman di kelas mencoba mencairkan suasana dan menjelaskan ini cuma salah paham. Sebagai gantinya aku pun berjanji akan memberikan Reza makan siang.

Pak Sony juga memberikan petuah agar tak main tuduh ke orang, meski orang itu sedang punya masalah denganku. Apa pun yang terjadi, kita harus berpikir jernih.

Aku kemudian meminta maaf ke Reza, Pak Sony, dan teman-teman di kelas.

3. Cerita Panjang

contoh cerpen panjang

sumber: shutterstock.com

Contoh Cerpen Panjang : Hutan Merah

Matahari bersinar terik di Lampung. Sinarnya terhalang rimbunnya pepohonan, sehingga hanya menyisakan berkas tipis. Burung-burung berkicau seolah sedang menyanyikan lagu untuk alam. Bunyi riak jernih sungai beradu dengan batu kali berpadu dengan sahutan dari beberapa penghuni hutan yang lainnya. Ya, inilah tempat tinggal Bora, si anak gajah Lampung yang sekarang tengah asyik bermain bersama teman-temannya di sebuah sungai.

Ketika Bora menyemprotkan air ke arah Dodo—anak gajah lainnya—dengan belalainya, ia pun memekik nyaring. Sampai akhirnya, kegembiraan mereka terpecah oleh bunyi bising dari sebelah utara hutan. Bunyi bising itu bercampur dengan deru sesuatu yang sama sekali tidak Bora kenal.

“Hei, lihat itu!”

Semua serentak menghentikan kegiatan mereka dan menengok ke langit yang ditunjuk Dodo. Asap hitam tebal yang membumbung tinggi dari sana. Asap itu semakin tebal dan terus menebal. Itu merupakan fenomena aneh yang baru pertama kali mereka saksikan. Selama ini yang mereka tahu, langit selalu berwarna biru cerah dengan awan putih berarakan.

Keheningan hutan itu kemudian pecah saat Teo tiba-tiba saja datang sambil memekik nyaring, “Hutan terbakar! Hutan terbakar!”

Semua ikut memekik ketakutan. Hutan terbakar! Tempat tinggal mereka terbakar!

“Bora! Apa yang kau lakukan!? Cepat pergi!” Pipin berteriak sambil menarik belalai Bora dengan belalainya..

Suasana hutan yang tadinya damai tenteram, seketika menjadi neraka bagi semua hewan. Asap hitam pekat yang mulai menyelimuti seluruh hutan ini. Suhu udara mulai panas, membuat para hewan makin berteriak nyaring.

Bora panik bukan main. Sambil mengikuti langkah Pipin, matanya bergerak ke sana-ke mari, mencari sosok ibunya.

“Pipin! Di mana ibuku?” tanya Bora.

“I-ibu … ibumu ….” Pipin tidak bisa menjawab karena sama-sama tidak tahu di mana ibu Bora berada.

“Aku harus kembali ke sarang!” Bora melepaskan belalainya dari belalai Pipin, lalu berbalik untuk kembali ke sarangnya.

Namun, sebelum Bora melancarkan niatnya itu, Pipin sudah menarik kembali belalainya. “Ibumu pasti sudah berada di depan. Bersama gajah dewasa lainnya.”

Bora menghiraukan ucapan Pipin, lalu kembali meloloskan belalainya dan berlari sekuat mungkin menuju sarangnya.

“Bora!” Pipin berteriak di belakangnya.

Bora sampai di dekat sarangnya berada dengan napas terengah. Ia langsung membelalakkan mata begitu melihat sosok ibunya sedang bersusah payah keluar dari sarang. Api sudah menjalar di setiap pohon di dekat sarangnya itu.

“Ibu!” teriak Bora sekuat tenaga.

“Sedang apa kamu?! Cepat pergi dari sini!” teriak ibu Bora sambil menggerakkan belalainya, menyuruh Bora menjauh dari tempat ini.

“Tidak! Aku tidak mau!” balas Bora keras kepala. Kenapa ibunya masih bisa berkata seperti itu? Padahal jelas-jelas ia dalam keadaan terjebak api?

“Cepat pergi, Bora!”

“Bora! Ayo pergi!” Tiba-tiba saja Pipin datang ke tempatnya dan langsung menarik belalai Bora.

“Tidak mau!” Bora menyentak belalai Pipin keras. “Ibu! Aku akan menyelamatkanmu!”

“Jangan, Bora!” bentak Pipin

Kraaak! Braaak!

“IBU!! IBU!!” Bora terus meraung memanggil ibunya. Pohon yang sedang terbakar itu jatuh dan kemudian menimpa tubuh payah ibu Bora.

“Ayo, Bora, kita harus pergi,” lirih Pipin sambil menarik Bora.

Sekali lagi Bora menoleh ke belakang saat dirinya sudah cukup jauh dari sarangnya. Tidak ada lagi hutan hijau dengan tumbuhan rindang di sekitarnya. Hutan hijau yang selalu ia kagumi sudah berubah menjadi hutan merah yang sangat panas.

***

Nah, itulah ragam contoh cerpen panjang yang bisa kamu ketahui.

Kamu juga bisa temukan inspirasi contoh cerpen persahabatan lainnya, lo.

Semoga bermanfaat, Property People.

Pantau terus artikel yang tak kalah menarik lewat artikel.rumah123.com.

Cek juga Google News Rumah123 untuk dapatkan informasi paling update.

Sedang mencari rumah yang nyaman dengan harga terjangkau?

Temukan di www.rumah123.com karena kami selalu #AdaBuatKamu.


Tag: , ,


Gadis Saktika
Gadis Saktika

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.

Selengkapnya