5 Contoh Cerpen Hari Ibu Singkat yang Menginspirasi dan Menyentuh Hati
Ada banyak cara untuk memperingati Hari Ibu Nasional pada 22 Desember, salah satunya dengan membuat cerpen Hari Ibu berbagai tema yang menarik dan menyentuh hati. Kalau kamu masih bingung, berikut sejumlah inspirasi cerita yang bisa dijadikan inspirasi.
Property People, Hari Ibu Nasional dirayakan pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya.
Nah, dalam perayaan Hari Ibu tersebut, kamu bisa memberi kado untuk ibu untuk mengapresiasi jasa-jasanya.
Namun, selain memberi kado untuk ibu atau puisi untuk ibu, kamu juga dapat membuat cerpen Hari Ibu yang inspiratif.
Biasanya, cerpen tentang ibu tersebut menjadi tugas sekolah guna mengapresiasi perjuangan seorang ibu untuk anaknya.
Apalagi, dari dulu dikenal istilah “Kasih Ibu Sepanjang Masa” sehingga kita tak boleh melupakan jasa sang ibu.
Melansir buku Storypedia: Kasih Ibu Sepanjang Masa oleh Koen Setyawan, simak contoh cerpen Hari Ibu yang bisa kamu jadikan referensi di bawah ini!
5 Cerpen Hari Ibu
1. Contoh Cerpen Hari Ibu
Kalung Untuk Ibu
Tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu. Besok ternyata hari Ibu. Semua anak di kelas Arini sibuk mempersiapkan hari Ibu. Ibu Guru meminta setiap murid untuk memberikan hadiah kepada Ibu mereka masing-masing. Sebagai tanda cinta kasih anak kepada ibunya.
Saat istirahat sekolah, Arini, Cindy, Tri, dan Keisha berkumpul di taman sekolah. Seperti biasa, mereka membawa bekal makanan. Cindy, Tri, Keisha selalu membawa makanan yang dihias dengan bagus, dan lauknya pun enak. Sedangkan Arini setiap hari hanya membawa sepotong donat.
Meskipun begitu, Cindy. Tri dan Keisha selalu membagi bekal makanannya kepada Arini. Ya, keempat sahabat itu memang suka berbagi.
Kali ini mereka sedang membicarakan hadiah apa yang mau diberikan kepada ibu mereka.
Cindy bilang, dia akan membelikan ibunya baju. Tri, akan membelikan ibunya dompet. Sedangkan Keisha akan membelikan ibunya parfum. Lalu, apa yang akan Arini belikan untuk ibunya?
Arini sendiri bingung, karena dia tidak punya uang untuk membelikan sesuatu. Ibu Arini hanyalah seorang penjual donat. Sedangkan Ayah Arini, bekerja sebagai tukang becak.
Teng…teng…teng…
Bel masuk berbunyi, Cindy, Tri, Arini dan Keisha segera masuk ke dalam kelas. Tetapi di dalam kelas, Arini tidak konsentrasi belajar. Pikiran Arini melayang ke mana-mana. Ia berpikir hadiah apa, yang disukai Ibu? Sampai tak terasa bel pulang pun berbunyi. Arini bergegas pulang ke rumah. Jarak sekolah dengan rumahnya tidak jauh.
Setelah jalan kaki selama sepuluh menit, Arini sampai di depan rumahnya. Saat mendekati rumahnya, Arini langsung sembunyi di balik tembok. Ternyata Arini melihat ibu sedang menjual kalungnya! Ibu memberikan kalungnya kepada Udin si tukang kredit. Lalu Udin memberikan ibu sejumlah uang. Setelah itu Udin pun pergi.
Arini sedih karena sekarang Ibu tidak punya kalung. Pelan-pelan Arini berjalan ke arah Ibu yang sedang menghitung uang.
“Assalamu’alaikum Ibu,” Arini mencium tangan ibu.
“Waalaikumsalam Arini sayang,” ibu buru-buru memasukkan uang ke dalam kantong.
Melihat wajah Arini yang sedih, ibu jadi bingung.
“Arini kenapa?” tanya ibu.
“Kenapa kalung Ibu dijual?” tanya Arini.
Senyum Ibu berubah jadi sedih.
“Arini sayang, Ibu butuh uang untuk biaya makan dan modal membuat donat. Ayahmu sedang sepi penumpang. Jadi kita butuh uang.”
“Tapi… Ibu jadi tidak punya kalung lagi,” ujar Arini.
“Tidak apa-apa sayang. Tidak pakai kalung juga tetap cantik,” Ibu menjawil dagu Arini.
Ibu kembali tersenyum dan menyeka air matanya. Arini langsung masuk ke kamarnya yang kecil dan mungil. Arini membungkuk di depan tempat tidur. Tangannya merogoh kolong tempat tidur. Hup! Arini mendapatkan sesuatu. Sebuah celengan dari tanah liat.
Arini terus memandangi celengan itu. Setiap hari, Arini selalu memasukkan uang jajannya Rp500 ke dalam celengannya. Arini sebenarnya ingin membeli mainan. Tapi kali ini Arini mau membelikan sesuatu buat Ibu.
Praaakkk!!
Arini menjatuhkan celengannya ke lantai. Hingga pecah berkeping- keping. Dengan cepat, Arini mengumpulkan koin-koin yang berserakan di lantai. Koin-koin uang lalu di masukkan ke dalam kantong plastik.
“Arini! Suara apa itu?!” teriak Ibu dari arah dapur.
“Ng…” Arini tidak menjawab.
Arini berlari ke dapur, lalu mencium tangan Ibu.
“Ibu, Arini pergi dulu ya.”
Ibu yang masih memegang codet, menjadi bingung. Belum sempat ibu bertanya, Arini sudah pergi. Ternyata Arini pergi ke toko emas. Di toko emas, Arini memberikan sekantong plastik uang receh kepada pedagang emas.
“Koh, saya mau beli kalung emas,” ujar Arini.
Koh Ahong si pemilik toko emas heran. Koh Ahong memeriksa jumlah uang di dalam kantong plastik lalu tertawa.
“Anak kecil, uang ini tak cukuplah untuk membeli kalung emas.”
Arini menjadi sedih. Koh Ahong mengembalikan kantong plastik yang berisi uang. Dengan lemas, Arini pun kembali pulang ke rumah. Hilang sudah harapan Arini untuk membelikan kalung ibunya.
Arini lalu duduk di lapangan dan melihat ada ceceran manik-manik. Manik-manik itu berkilauan terkena sinar matahari. Arini memungut satu manik-manik. Kemudian ia melangkah lagi dan menemukan manik-manik yang lain. Setiap Arini melangkah, ia selalu mendapatkan manik-manik baru. Ternyata Arini sampai di depan rumah Cindy. Terlihat Mama Cindy sedang membawa kantong plastik yang berisi manik-manik. Namun, kantong plastik yang dibawa Mama Cindy berlubang.
Rupanya manik-manik yang ditemukan Arini adalah manik-manik milik Mama Cindy. Arini memanggil Mama Cindy, lalu memberikan tumpukan manik-manik. Cindy mendengar suara Arini, lalu ia keluar dari dalam rumah dan menyambut Arini. Cindy heran kenapa Arini bersedih.
“Arini kamu kenapa?” tanya Cindy.
“Kenapa sayang? Cerita saja!” ujar Mama Cindy lembut.
Arini pun menceritakan semuanya. Arini ingin memberikan ibunya kalung emas untuk hadiah di hari Ibu. Tapi Arini tidak punya uang.
“Arini sayang, bagaimana kalau kamu membuat kalung
dari manik-manik?” seru Mama Cindy sambil menjulurkan satu plastik manik-manik.
“Ta… tapi aku tidak bisa membuat kalung manik-manik,” jawab Arini. “Ayo aku ajarkan!” seru Cindy.
Arini senang sekali. Cindy pun mengajak Arini masuk ke dalam rumahnya. Di ruang tamu, Cindy mengajarkan Arini membuat kalung manik-manik.
“Kalungnya sudah selesai!” seru Arini girang.
Arini pun pamit pulang ke rumah sambil membawa kalung manik- manik untuk ibunya.
Tetapi sesampainya di rumah.
“Arini kamu dari mana saja?” nada Ibu marah kepada Arini.
“Ibu, kan, khawatir!”
Arini takut dan menyembunyikan kalung di belakang punggungnya. “Maaf, Bu.”
Dengan takut-takut, Arini memperlihatkan kalung manik-manik buatannya.
“Tadi Arini buat kalung ini untuk ibu.”
Melihat kalung manik-manik yang dijulurkan Arini, Ibu jadi terharu. Dengan gemetar, tangan Ibu mengambil kalung manik-manik itu.
“Arini bikin sendiri?”
Arini mengangguk.
“Buat apa Arini memberikan Ibu kalung?”
“Kalau Ibu pakai kalung ini, Ibu pasti tambah cantik.”
Hati ibu sangat tersentuh. Ibu lalu memeluk Arini erat-erat.
“Selamat hari ibu, ya, Bu….” bisik Arini lembut.
“Terima kasih sayang.” Air mata Ibu pun mengalir di pipi.
2. Cerpen Ibu
Kado untuk Ibu
Di sebuah desa yang jauh dari kota, tinggal seorang ibu bernama Ibu Yuyun. Dia tinggal bersama dua anaknya bernama Emier dan Sifa, di sebuah rumah sederhana yang sarat dengan kasih sayang. Ibu Yuyun adalah sosok ibu yang luar biasa, penuh cinta dan pengorbanan untuk keluarganya.
Setiap pagi, Ibu Yuyun selalu bangun sebelum matahari terbit untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya. Dia tak pernah mengeluh, meski tubuhnya terasa lelah karena kelelahan bekerja seharian sebagai asisten rumah tangga di rumah orang lain. Baginya, kebahagiaan Emier dan Sifa adalah prioritas utama dalam hidupnya.
Emier dan Sifa sangat menyayangi ibunya. Mereka sadar akan pengorbanan besar yang telah dilakukan ibu untuk mereka. Emier, yang kini telah tumbuh menjadi pemuda yang bertanggung jawab, selalu berusaha membantu ibunya meringankan beban hidup keluarga, sedangkan Sifa, yang masih kecil, selalu berusaha untuk tidak merengek meminta jajan.
Hari Ibu pada 22 Desember telah tiba. Emier dan Sifa berencana memberikan sesuatu yang istimewa untuk ibunya. Mereka ingin membalas semua cinta dan pengorbanan yang telah diberikan untuk mereka. Emier memutuskan untuk membelikan sebuah hadiah, sedangkan Sifa berencana membuatkan kue kesukaannya.
Bayu bekerja lembur sebagai buruh untuk mengumpulkan uang supaya bisa membeli hadiah untuk sabng ibu. Ketika uang sudah terkumpul, dia membeli sebuah syal yang lembut dan hangat, berharap syal itu bisa menghangatkan tubuh ibunya di tengah musim hujan.
Sementara itu, Sifa dengan semangat mengaduk tepung, gula, dan telur di dapur. Dia ingin membuatkan kue tart cokelat yang lezat, kue kesukaan ibunya. Sifa berusaha keras untuk membuat kue tartnya terlihat cantik dan menarik, berharap sang ibu akan senang melihatnya.
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Emier dan Sifa menyiapkan kejutan untuk sang ibu. Mereka mengatur meja makan dengan rapi dan menghiasnya dengan bunga-bunga cantik. Emier memberikan hadiah syal kepada ibunya, sedangkan Sifa dengan bangga menyajikan kue tart buatannya sendiri.
Ibu Yuyun terharu melihat kejutan yang telah disiapkan oleh anak-anaknya. Dia memeluk kedua anaknya dengan erat sampai-sampai air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. Sang ibu sangat bersyukur memiliki anak-anak yang begitu menyayanginya.
“Terima kasih, Emier dan Sifa. Kado kalian sangat berarti untuk ibu,” ujar ibu mereka sambil tersenyum.
Emier dan Sifa pun tersenyum bahagia. Mereka senang bisa membuat sang ibu senang dan bahagia. Mereka sadar bahwa tidak ada yang bisa membalas cinta dan pengorbanan seorang ibu. Namun, mereka akan selalu berusaha untuk membuat ibunya bahagia dan menjadi anak yang baik. Selamat Hari Ibu.
3. Cerpen tentang Ibu
Kasih Sayang Seorang Ibu untuk Anaknya
Di tengah kesibukannya sebagai pedagang gorengan, Ibu Anggun selalu menyempatkan waktu untuk mengantarkan anaknya ke sekolah, Ratih. Setiap pagi, tanpa mengenal lelah, Ibu Anggun mengayuh sepedanya sejauh beberapa kilometer untuk mengantarkan anaknya tersebut.
Ratih, yang sudah duduk di bangku kelas 5 SD, sangat menyayangi ibunya. Dia tahu bahwa ibunya bekerja keras untuk membiayai sekolahnya dan kehidupan mereka sehari-hari. Meski tak pernah meminta barang-barang mewah, Ratih selalu berusaha membantu ibunya dengan mengerjakan pekerjaan rumah sepulang sekolah.
Suatu hari, Ratih melihat temannya, Nina, membawa tas sekolah baru yang sangat mahal. Ratih merasa sedikit sedih karena ia hanya memiliki tas sekolah yang sudah lama dan lusuh. Dia pun menceritakan keinginannya kepada ibunya saat mereka sedang sarapan di rumah.
“Ibu, Ratih ingin punya tas sekolah baru seperti Nina,” ujarnya dengan nada pelan.
Ibu Anggun mengelus rambut anaknya dengan lembut. “Ratih, Ibu tahu kamu ingin punya tas sekolah baru. Tapi, Ibu belum punya uang untuk membelikannya. Ibu masih harus menabung untuk membayar uang sekolahmu dan kebutuhan sehari-hari kita,” jelas Ibu Anggun.
Ratih mengerti akan penjelasan ibunya. Dia tahu bahwa ibunya selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya meski dalam kondisi yang sulit. Ratih pun berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan belajar dengan giat dan membanggakan ibunya.
Hari demi hari berlalu. Ratih tetap menggunakan tas sekolahnya yang lama dan lusuh. Namun, semangat belajarnya tidak pernah luntur. Dia selalu menjadi juara kelas dan aktif dalam kegiatan sekolah. Ibu Anggun sangat bangga dengan prestasi anaknya.
Suatu sore, saat Ratih sedang belajar di kamarnya, Ibu Anggun memanggilnya. Ibunya membawa sebuah tas sekolah baru yang cantik dan berwarna merah. Ratih terkejut dan senang melihatnya.
“Ibu, ini untuk aku?” tanyanya dengan mata berbinar-binar.
Ibu Anggun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Iya, Ratih. Ibu sudah menabung untuk membelikanmu tas sekolah baru. Ibu tahu kamu ingin punya tas sekolah seperti teman-temanmu. Ibu berharap kamu akan semakin rajin belajar dan membanggakan Ibu,” ujar ibunya.
Ratih memeluk ibunya dengan erat. Dia sangat tersentuh dengan perhatian dan kasih sayang ibunya. Ratih pun berjanji kepada ibunya bahwa dia akan menggunakan tas sekolah baru itu dengan baik dan akan selalu menjadi anak yang berbakti.
Kehidupan mereka memang sederhana. Namun, mereka hidup bahagia dan saling menyayangi. Bagi Ratih, sang ibu adalah sosok yang luar biasa, sumber kekuatan, dan inspirasinya. Dia pun akan selalu mengingat cinta dan pengorbanan ibunya sepanjang hidupnya karena kasih ibu sepanjang waktu.
4. Cerpen tentang Ibu Sedih
Ibu Adalah Segalanya
Sore itu, ketika matahari mulai tenggelam, Ibu duduk di ruang tamu ditemani seorang anak kecil bernama Icha. Icha adalah anak yang cerewet yang selalu diselimuti penasaran.
“Ibu, kenapa langit bisa berwarna-warni seperti pelangi?” tanya Icha dengan penuh rasa ingin tahu.
Ibu tersenyum, memeluk Icha erat. “Pelangi adalah tanda kasih sayang Tuhan. Setiap warna mewakili keindahan dan keunikan dunia ini. Begitu juga dengan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.”
Icha memandang Ibu dengan penuh kekaguman. “Kasih sayang apa, Ibu?”
Ibu menatap Icha dengan mata penuh kasih. “Kasih sayang itu seperti cinta yang tak pernah habis. Ibu selalu di sini untukmu, untuk melindungi, menyayangi, dan membimbingmu.”
Waktu berlalu, Icha tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan penuh semangat. Namun, satu hal yang tetap tidak berubah: kasih sayang Ibu. Meski banyak tugas dan kesibukan, Ibu selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita Icha.
Suatu hari, Icha datang dengan senyum mengembang di wajahnya. “Ibu, aku ingin menjadi pelukis terbaik di dunia!”
Ibu tersenyum bangga. “Jika itu impianmu, Ibu akan selalu mendukungmu, sayang.”
Mereka menghabiskan waktu bersama-sama, Ibu membantu Icha mengembangkan bakatnya. Meski terkadang ada kesulitan, Ibu selalu memberikan dukungan dan semangat.
Suatu malam, ketika Icha sudah dewasa, dia duduk di samping Ibu. “Terima kasih, Ibu. Tanpa kasih sayang dan dukunganmu, aku tidak akan bisa menjadi seperti ini.”
Ibu memandang Icha dengan mata penuh kebahagiaan. “Kasih sayang ibu tak pernah berubah, sayang. Kamu adalah pelangi indah dalam hidupku.”
Mereka berdua duduk bersama, merenung sejenak. Warna-warni pelangi di langit senja mengingatkan mereka akan perjalanan hidup penuh kasih sayang. Ibu dan Icha, dua jiwa yang bersatu dalam pelukan kasih, membuktikan bahwa kasih sayang seorang ibu adalah pelangi abadi dalam kehidupan anaknya.
5. Cerpen tentang Ibu Pahlawanku
Ibu Pahlawanku Sepanjang Masa
Hari ini adalah Hari Ibu, sebuah momen yang istimewa bagi sebagian besar orang. Aku bersyukur memiliki ibu yang menjadi pahlawanku. Namanya Ibu Lilis, seorang perempuan tangguh yang selalu berjuang untuk keluarganya.
Pagi itu, aku melihat ibu sibuk di dapur. Aromanya menyebar ke seluruh rumah, menciptakan suasana hangat. Ibu menyadari keberadaanku dan tersenyum.
“Selamat Hari Ibu, ibuku tersayang!” kataku sambil memeluknya.
Ibu tertawa lembut. “Hari ini istimewa, bukan hanya karena Hari Ibu, tapi juga karena kita harus bersyukur atas kehidupan yang kita miliki.”
Saat kami duduk di meja makan, ibu bercerita tentang perjuangannya. Bagaimana dia bekerja keras untuk menyekolahkan kami, menyisihkan setiap uang receh untuk keperluan pendidikan.
“Aku ingin, kamu memiliki masa depan yang lebih baik,” ujarnya dengan penuh semangat.
Seiring berjalannya waktu, ibu juga menjalankan berbagai usaha kecil untuk menopang kehidupan keluarga. Suatu hari, ketika bisnisnya mengalami kendala, ibu tak pernah menyerah.
“Jangan pernah menyerah, Nak. Setiap cobaan adalah peluang untuk belajar dan berkembang,” katanya sambil menatapku dengan penuh keyakinan.
Hari Ibu tahun ini, aku merasa harus memberikan sesuatu yang istimewa untuknya. Setelah menyusun rencana dengan adik-adikku, kami membuat kejutan di rumah. Ketika ibu masuk, kami menyanyikan lagu “Terima Kasih Ibu” sambil membawa buket bunga kecil.
Ibu terkejut dan tersenyum bahagia. “Terima kasih, anak-anakku tercinta. Ibu bahagia memiliki kalian sebagai anak-anak.”
Malam itu, kami berkumpul di ruang keluarga. Aku memandang Ibu dengan penuh rasa hormat. “Ibu, bagi kami, ibu adalah pahlawan sejati. Terima kasih atas segala pengorbanan dan cinta yang telah ibu berikan.”
Ibu tersenyum, matanya berbinar seperti bintang. “Kalian adalah kebahagiaan dan motivasi terbesar dalam hidup ibu.”
Malam itu, di Hari Ibu yang istimewa, kami merayakan momen kasih sayang ibu ini dengan suka cita. Seorang ibu yang menjadi pahlawanku, bukan hanya hari ini, tapi setiap hari dalam hidupku.
***
Semoga contoh cerpen Hari Ibu ini menginspirasi, Property People.
Baca artikel menarik lainnya hanya di artikel.rumah123.com.
Ikuti juga Google News Rumah123 untuk mendapatkan berita tips atau properti terkini.
Tak lupa, kini cari rumah dengan mudah bisa melalui www.rumah123.com.
Dapatkan hunian dengan harga terjangkau di berbagai daerah.
Kami selalu #AdaBuatKamu untuk memberikan rekomendasi rumah terbaik!
Referensi:
- Setyawan, Koen. 2012. Storypedia: Kasih Ibu Sepanjang Masa. Buah Hati
*gambar cover: buku Storypedia: Kasih Ibu Sepanjang Masa