OK
Panduan

5 Jenderal yang Berani Lawan Soeharto, Ada yang Dimaki Hingga Dibilang Sinting!

19 Juli 2022 · 4 min read Author: Siti Nurhikmah

Kepemimpinan Presiden Soeharto di masa orde baru disebut menyimpang dengan berbagai isu korupsi keluarga Cendana. 

Hal itu membuat Presiden kedua ini, mulai mencopoti pejabat yang dinilai berseberangan dengan dirinya.

Tak heran akhirnya banyak yang kecewa dengan kepemimpinan layaknya seorang diktator

Sayangnya, hanya sedikit yang bersuara, sebab hukuman berat akan menanti jika mereka bersuara kritis. 

Soeharto kemudian berpidato di depan korps elite baret merah Kopasandha Angkatan Darat pada 16 April 1980. 

Dia mengeluhkan sejumlah serangan politik terhadap dirinya dan soal ancaman terhadap pancasila. 

Sejumlah tokoh militer senior dan sipil pun kecewa dan mempertanyakan sikap Pak Harto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan. 

Tak hanya itu, mereka juga mempertanyakan kenapa setiap serangan politik, yang dianggap ancaman terhadap Pancasila.

Meski begitu, masih ada beberapa jenderal yang berani melawan Soeharto di tengah ancaman rezim orde baru. 

Siapa saja mereka? Yuk simak kisah selengkapnya berikut ini:

Daftar Jenderal yang Melawan Rezim Soeharto, Ada yang Hak Politiknya Dirampas hingga Tak Boleh Tampil di Media

1. Jenderal Besar A. H. Nasution

header-a.h-nasution--mozaik--nauval (1)

Sumber : Tirto.id

Jenderal Besar Abdul Haris Nasution yang melantik Soeharto sebagai Presiden RI ini jadi salah satu pengkritik paling vokal. 

Ia merasa kecewa dengan berbagai keputusan yang dibuat oleh Soeharto. 

Presiden kedua ini pun membunuh Nasution secara politik, dengan melarangnya berbicara di depan umum dan media massa. 

Pak Harto bersama para jenderalnya, terus meminta para anggota ABRI tak terpengaruh dengan omongan Nasution. 

Bersama mantan wakil presiden Mohammad Hatta, pada Juli 1978, Nasution mendirikan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi (LKB). 

Di lembaga ini berkumpul jenderal-jenderal pensiunan yang kritis kepada penguasa.

Setelah 1980, Nasution adalah pensiunan petinggi ABRI yang mengalami pencekalan untuk beberapa tahun di zaman Orde Baru.

2. Letjen Marinir Ali Sadikin

soeharto

Sumber : voi.id

Ali Sadikin, dikenal sebagai gubernur legendaris di DKI Jakarta yang keras kepala. 

Letnan Jenderal Korps Marinir TNI AL ini diketahui mengikuti Petisi 50, dan mengkritik Soeharto yang otoriter.

Seperti jenderal sebelumnya, Ali juga dijatuhi hukuman politik. 

Dia dilarang datang ke pembukaan Pekan Raya Jakarta (PRJ) meski ia yang membuat gagasan tersebut. 

Tak hanya itu, ia juga dilarang datang ke acara TNI AL atau Marinir dan tidak boleh berbicara di forum-forum atau menjadi nara sumber.

Bahkan, seluruh keluarga Ali selalu dijegal saat meminta pinjaman uang dari bank. 

3. Letjen Kemal Idris

soeharto

Sumber : historia.id

Sebagai salah satu jenderal pendiri Orde Baru, Letjen Kemal Idris terkenal suka bicara keras dan apa adanya. 

Namun, hal itu ternyata mengusik Soekarno karena Kemal memintanya untuk mundur sebagai presiden tahun 1980. 

Menurutnya, Soeharto dinilai sudah cukup menjadi presiden sebagai tiga kali. 

Setelah itu, Kemal tak lagi digunakan dan akhirnya mengurusi perusahaan sampah di DKI Jakarta. 

4. Letjen M. Jasin

soeharto

Sumber : Tirto.id

Letjen M. Jasin diketahui mempunyai peran besar membangun Orde Baru, dia diketahui menggelar operasi Trisula. 

Operasi intu digunakannya untuk menghancurkan sisa-sisa kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Blitar Selatan.

Jasin dan keluarganya dikenal dekat dengan Soeharto, namun keadaannya berubah saat ia menandatangani Petisi 50. 

Jasin mengkritik Soeharto, karena pembelian truk yang tak sesuai kebutuhan ABRI. 

Dia juga marah saat putrinya dilecehkan oleh seorang pejabat, yang mempunyai hubungan kerabat dengan Soeharto. 

Dia dikenal paling galak mengkritik orde baru sehingga membuat karirnya tamat. 

Usaha Jasin dihambat, keluarganya tak diangkat menjadi PNS, dan dia dimaki-maki sebagai orang sinting.

5. Jenderal Polisi Hoegeng

soeharto

Sumber : Tempo

Jenderal Polisi Hoegeng dikenal sebagai orang yang jujur serta memiliki komitmen dalam memberantas korupsi. 

Ketika keluarga Cendana dan Soeharto terusik, maka dengan gagah berani Hoegeng siap dicopot.

Kala itu, kasus dugaan penyelundupan mobil mewah Robby Tjahjadi diduga melibatkan kroni Soeharto dan keluarga Cendana.

Berbagai hukuman politik pun dijalani Hoegeng, mulai dari dipecat, tak boleh menyanyi di TV, hingga dilarang datang ke pernikahan sahabatnya. 

Meski begitu, Hoegeng membuktikan keberaniannya melawan penguasa Soeharto.

Jangan lupa kunjungi artikel.rumah123.com untuk dapatkan artikel menarik lainnya seputar properti. 

Kamu juga bisa mencari properti yang sesuai kebutuhanmu seperti The Scott at Collins Boulevard hanya di www.rumah123.com.


Tag:


IKLAN

Tutup iklan
×

SCROLL UNTUK TERUS MEMBACA