Ini Dia Tiga Persepsi Keliru Pemasar tentang Data Driven Marketing. Jangan Sampai Terkecoh!
Property People, sudah tahu apa itu data driven marketing? Yuk, pelajari lebih jauh, termasuk segelintir persepsi keliru pemasar soal teknik satu ini!
Bagi kamu yang bergerak di bidang marketing, pasti sudah paham dengan beberapa trik pemasaran di luar sana.
Mulai dari paid advertising, word of mouth, diversity marketing, dan yang akan kita bahas kali ini, data driven marketing.
Trik pemasaran ini biasanya digunakan untuk pemasaran produk di media digital.
Data yang terkumpul akan dipakai untuk memprediksi kebutuhan serta perilaku konsumen di masa depan.
Untuk selengkapnya, mari kita bahas langsung di bawah ini.
Apa Itu Data Driven Marketing?
Melansir Marketeers, data driven marketing adalah trik pemasaran efektif yang berlandaskan data.
Ini karena data memiliki peran penting untuk semua pihak, mulai dari customer, brand management, hingga product management.
Data yang diambil pun beragam, tetapi semuanya bersifat kuantitatif, seperti lokasi, algoritma pembelian, usia konsumen, dan data lainnya yang bisa dihitung.
Teknik marketing ini terbilang efektif dan memiliki beragam kelebihan, di antaranya
- meningkatkan pengalaman konsumen jadi lebih baik,
- media buying yang efisien dan efektif,
- target audiens jadi lebih luas,
- membangun relasi kuat dengan para konsumen, serta
- menawarkan konten berkualitas sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen.
Sayang seribu sayang, masih banyak perusahaan di luar sana yang menjalankan data driven marketing secara keliru.
Seperti ditulis di buku Marketing 5.0: Technology for Humanity karangan John Wiley, berikut adalah tiga persepsi kelirunya.
Tiga Persepsi Keliru Soal Data Driven Marketing
1. Diperlakukan sebagai Proyek IT
Persepsi keliru pertama adalah menggunakan trik marketing berbasis data ini hanya sebagai proyek IT.
Itulah mengapa mereka rela merogoh kocek dalam-dalam untuk pembelian perangkat keras dan lunas hanya untuk trik pemasaran ini.
Padahal, sudah jelas bahwa trik pemasaran ini seharusnya adalah tugas orang-orang pemasaran yang merancang strategi dari awal hingga akhir.
Harusnya, tim IT tidak diperlakukan sebagai proyek utama, melainkan pendukung saja.
2. Dianggap Solusi Ajaib
Tidak ada trik marketing yang bisa menyelesaikan semua problem pemasaran secara ajaib, begitu juga metode berbasis data.
Oleh karena digital, triknya tidak bisa seratus persen menggantikan metode riset tradisional seperti
- uji kegunaan,
- uji rasa,
- perjumpaan,
- sentuhan, dan sebagainya.
Maka dari itu, trik yang lebih baik adalah menggabungkan riset data digital dengan cara tradisional, sehingga pemasaran bisa dilakukan secara online dan offline.
3. Tidak Membutuhkan Pekerja/Pemasar
Persepsi keliru terakhir tentang data driven marketing adalah mengandalkan kumpulan data digital sepenuhnya.
Tidak sedikit perusahaan yang murni bergantung kepada mesin dan merelakan para pemasar.
Padahal, para pemasar masih tetap dibutuhkan untuk dapat mengolah data agar lebih tepat, efisien, dan efektif.
Secret Recipe to Database Marketing
Melihat tidak mudahnya menggunakan trik berbasis data, Marketeers Tech for Business 2023 menghadirkan sesi khusus bertajuk Secret Recipe to Database Marketing.
Acara kedua Marketeers ini akan digelar di CGV Grand Indonesia, pada tanggal 27 Juni 2023, dengan judul DRIVING DIGITAL: In Charge in Your Company’s Future.
Event ini memiliki sembilan sesi yang dibagi menjadi tiga track utama, yakni digital mindset, digital customer experience (CX), dan digital marketing.
***
Tertarik ikut?
Semoga bermanfaat ya, Property People!
Pantau terus artikel menarik di artikel.rumah123.com dan Google News kami!
Temukan beragam pilihan properti terbaik hanya di rumah123.com karena kami selalu #AdaBuatKamu.