6 Cerita Anak Sekolah Minggu tentang Tolong Menolong dan Kebaikan. Teladan untuk si Kecil!
Cerita anak Sekolah Minggu tentang tolong menolong dapat digunakan sebagai wadah dalam mengajarkan Si Kecil tentang nilai-nilai positif. Melalui cerita yang menghibur, pesan moral dapat disampaikan kepada anak-anak tanpa mereka menyadari hal tersebut.
Menerapkan pendidikan spiritual bagi anak agar mendekatkan dirinya kepada Tuhan adalah tanggung jawab orang tua.
Salah satu cara yang dapat orang tua lakukan untuk mencapai hal tersebut adalah membawa anak ke Sekolah Minggu.
Berdasarkan informasi yang tersedia dari buku Tuntunlah Kejalan Yang Benar oleh Ruth S. Kadarmanto, Sekolah Minggu adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang ditujukan khusus bagi anak-anak dalam gereja.
Tujuan utama kegiatannya adalah untuk memberikan pengajaran agama Kristen kepada anak-anak dalam suasana yang menyenangkan dan sesuai dengan pemahaman serta tahap perkembangan mereka.
Lewat kegiatan ini, sang anak diajarkan kebaikan dan sifat-sifat Tuhan Yesus untuk diteladani, salah satunya adalah tolong menolong.
Berkaitan dengan itu, kali ini Rumah123.com telah menghadirkan ragam cerita anak Sekolah Minggu tentang tolong-menolong yang bisa kamu jadikan referensi untuk diajarkan kepada Si Kecil.
Melansir dari banyak sumber, yuk simak penjelasannya di bawah ini.
6 Cerita Anak Sekolah Minggu tentang Tolong Menolong
1. Cerita Anak tentang Tolong Menolong – Ratu Cantik Nan Kaya Raya
Di sebuah kerajaan, pada zaman dahulu, lahirlah seorang puteri yang cantik jelita berasal berasal dari pasangan suami istri. Raja ini mempunyai tiga orang anak dan seluruhnya perempuan. Memasuki usia Tua, sang Raja memanggil para prajuritnya untuk menyebarkan undangan kepada semua rakyatnya agar turut singgah di dalam memperkenalkan pemimpin baru yang dapat menukar dirinya.
Segera, prajurit kerajaan memasuki rumah-rumah warga untuk berikan undangan sang Raja. Warga pun sangat berantusias menyambut undangan istimewa ini.
Sebelum harinya tiba, Raja memanggil ketiga Puterinya. Anak yang pertama, kedua, dan yang bungsu. Setibahnya mereka di hadapan sang Ayah, mereka menanyakan “Ayah, kenapa kami dipanggil?” ucap si sulung kepada Ayahnya. “bukanya Ayah telah tahu, jika aku mirip si bungsu, tidak senang jadi seorang ratu.” Lanjutnya. Sementara putrinya yang ke-2 hanya diam, sembari menatap muka sang Ayah.
Mendengar itu, Raja diam, selanjutnya menanyakan pada putri keduanya. “Anakku yang cantik, engkau telah mendengar apa yang disampaikan kakakmu, Ayah tak mempunyai pilihan lain. Jika kamu bersedia, maka beberapa besar punya kerajaan dapat diberikan kepadamu, dan sisahnya di bagikan kepada kakak dan adikmu.”
Putri yang cantik ini, tak banyak bicara, ia mengangguk dan berkata; “Jika itu yang terbaik, maka aku coba menjalaninya dan mengupayakan untuk melayani rakyat kami dengan sepenuh hati.”
Ayahnya tertegun, mendengar jawaban si anak. Ia senyum, sambil menetes air mata, ia memeluk anaknya.
Ketika waktunya tiba, prajurit dan penjaga keamanan istana singgah ke raja, bahwa semua rakyat telah berkumpul. “tuan semua undangan telah hadir, mereka sangat gembira, rupanya, mereka sangat penasaran dengan pemimpin mereka yang baru, yang menukar tuan raja.”
Pergilah, sampaikan kepada mereka; “bahwa sebentar lagi seseorang dapat singgah di depan mereka.”
Rakyat yang sangat senang, mempunyai beraneka macam hadiah, tersedia yang mempunyai anggur, bunga, domba, dan kuda.
Beberapa saat kemudian para prajurit membuka tirai dan raja mempersilahkan putrinya maju, untuk menegur mereka yang telah lama menunggu. “ Inilah putriku, kata raja, dialah yang dapat jadi pemimpin kalian.” Sambutan gembira, bersorak-sorai di istana yang megah itu.
Setelah raja meninggal, ratu yang cantik, bijaksana dan kaya raya ini, melayani rakyatnya dengan penuh perhatian.
Suatu waktu, ia mengirim surat kepada ke-2 sudarinya yang telah menikah untuk menghadiri acara lagi tahunnya, adik dan kakaknya menyambut baik dan sangat senang dengan undangan sang Ratu.
Di hari lagi tahunnya itu, ia lagi membagikan harta punya ayahnya kepada kakak dan adiknya. “beberapa tahun yang lalu, aku mendapat lebih banyak berasal berasal dari peninggalan Ayah bagi kita. Tapi aku tahu, bahwa kami semua adalah anak, maka telah sepantasnya kami beroleh warisan ini secara merata.”
Kedua saudaranya itu menangis sambil memeluknya. Namun yang bungsu, sedikit berikan masukan kepada Ratu. Begini saudariku, aku mirip suami telah mempunyai apa yang dibagikan oleh mertua, jadi beberapa punya Ayah yang memberi tambahan kepada kami, kami memberi tambahan lagi ke istana untuk diberikan kepada mereka yang belum berkecukupan.
Hal yang sama disampaikan terhitung oleh si sulung. Ratu yang cantik itu, menyambut baik keputusan kakak dan adiknya.
Setelah pesta lagi tahun berikutnya, sang Ratu yang cantik itu memberikan pengumuman di lapangan istana bahwa keluarga kerajaan dapat beri tambahan sumbangan. Beberapa bidang tanah dapat diberikan kepada rakyatnya yang senantiasa belum bisa dan tidak mempunyai lahan untuk bekerja. Semenjak itu, Istana semakin ramai. Rakyat senang dengan Ratu yang bijaksana.
Seluruh rakyat di negeri itu hidup di dalam damai sejahtera dan penuh kemakmuran. Hasil yang melimpah dan hasil rakyat yang berlebih kembali dibagikan kepada kerajaan lain yang membutuhkan.
2. Cerita Anak Sekolah Minggu tentang Tolong Menolong – Orang Asing yang Baik Hati
Dilansir dari buku 74 Cerita Alkitab Anak Aktif oleh Bob Hartman, berikut ini adalah kisah Yesus yang mengajarkan kita untuk selalu mengasihi sesama dengan tolong menolong.
Suatu hari, saat Yesus sedang mengajar, seorang laki-laki dari tengah kerumunan orang yang mendengarkan- Nya, mengajukan pertanyaan.
“Guru, tolong beritahu aku, apa yang harus aku lakukan supaya aku mendapat hidup yang kekal?”
Yesus tersenyum, “Kasihilah Tuhan,” jawab-Nya. “Dan kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.”
“Tetapi, siapakah sesamaku itu?” Tanya laki-laki itu. Sepertinya ia ingin menjebak Yesus.
“Apakah sesama itu berarti orang yang tinggal dekat dengan aku? Atau sesama itu hanya orang yang sama dengan aku?”
Aku akan menceritakan sebuah kisah, kata Yesus, “dan menurut Ku karu akan mengerti cerita ini.
“Suatu kali, ada seorang laki-laki orang yang sama seperti kita semua. Dia sedang bepergian dari Yerusalem menuju Yerikho. Sebagaimana diketahui, jalanan ke Yerikho itu sangat berbahaya berkelok- kelok dan curam. Di sana juga banyak tempat persembunyian para perampok dan pencuri.”
“Jadi, hari itu ada banyak pencuri yang sedang menunggu mangsanya. Mereka pun berhasil merampok orang yang sedang dalam perjalanan itu. Mereka memukulinya. mengambil seluruh uangnya dan meninggalkannya begitu saja dalam keadaan luka-luka dan hampir meninggal.”
“Ya ampun, kasihan sekali,” kerumunan orang yang mendengarkan Yesus mendesah kasihan. Mereka iba terhadap orang itu.
Yesus kembali melanjutkan ceritanya. “Tidak lama kemudian, datanglah seorang yang lain melewati jalan itu. la seorang imam yang sedang berjalan pulang setelah beribadah kepada Allah di Bait Suci. Dia melihat orang yang sekarat itu. Lalu. menurut kalian, apa yang dilakukannya?”
“Sang imam pasti menolong orang yang terluka itu!” seru seseorang.
“Imam itu akan menyelamatkannya!” seru orang yang lain lagi.
“Tidak.” bantah Yesus dengan tegas. “Imam itu tidak berbuat demikian. Ia hanya melihat sekilas kepada orang yang malang itu. Lalu, ia langsung menyeberang jalan dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu,”
“Astaga,” kata kerumunan pendengar Yesus. Mereka semua menggerutu geram.
“Tunggu dulu,” kata Yesus melanjutkan. “Lalu, datanglah seorang laki-laki lain. Orang ini juga melayani Allah di Bait Suci. Menurut kalian, apa yang akan dilakukannya saat ia melihat orang itu?” tanya Yesus.
“Laki-laki itu pasti akan menyelamatkannya!” Jawab pendengar Yesus.
“Tidak. Ia justru segera menjauhi orang yang sedang kepayahan itu begitu melihat lukanya sudah amat parah,” jelas Yesus. Kerumunan yang mendengarkan Yesus mendesah kecewa campur geram.
“Tak lama kemudian, orang Samaria melewati jalan yang sama dan melihat orang yang terluka itu. Apa yang dilakukannya?” Tanya Yesus lagi.
“Pasti orang Samaria itu meninggalkannya juga. Mereka musuh kita,” ujar seorang pendengar Yesus.
“Orang Samaria itu kasihan melihat orang yang terluka itu. Ia turun dari kudanya, dan membawanya ke penginapan untuk segera mengobatinya. Sepanjang malam ia menjaga dan mengobati orang tersebut hingga orang itu pulih,” ujar Yesus.
“Menurut pendapatmu, di antara ketiga-tiga orang itu, siapakah yang menjadi sesama orang yang dirompak itu?” Orang itu menjawab, “Orang yang menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Yesus berkata pula, “Pergilah dan berbuatlah demikian!”
3. Cerita Anak Sekolah Minggu tentang Kebaikan – Boas Berbagi Gandum
Masih dikutip dari buku Pendidikan Karakter Menjadi Seperti Yesus oleh Kak Tuti Gunawan, berikut adalah kisah Boas yang berbagi gandumnya pada seorang makan seorang wanita dan mertuanya.
Rut adalah perempuan Moab menantu Naomi orang Betlehem. Saat anak Naomi suami Rut dan suami Naomi meninggal maka Naomi memutuskan untuk kembali ke Betlehem Israel. Rut ingin ikut mertuanya Naomi kembali ke tanah kelahirannya.
Mereka tiba di Betlehem saat permulaan musim menuai jelai atau gandum. Maka Rut perempuan Moab ini memungut sisa sisa panen di ladang Boas dengan tekun. Rut melakukan ini untuk menghidupi dirinya dan mertuanya Naomi. Saat Boas ada di ladang memperhatikan Rut dan bertanya kepada pembantunya, “Siapakah perempuan itu?”
Para pembantu Boas menceritakan asal muasal Rut. Rut juga sudah minta izin kepada para pegawai Boas untuk memungut sisa-sisa jelai yang tertinggal. Dan dilihat Boas Rut mengumpulkan jelai dengan tekun tanpa henti sepanjang hari.
Boas memerintahkan para pegawainya untuk sengaja menyisakan jelai beberapa batang supaya Rut bisa memperoleh jelai banyak. Boas menegur Rut, “Anakku janganlah engkau memungut jelai di ladang orang lain, tetaplah memungut di ladangku. Aku sudah berpesan kepada pegawaiku untuk menyisakan jelai untukmu. Dan kepada pegawai laki laki saya larang untuk mengganggumu. Jika haus minumlah di tempat para pegawai perempuanku.”
Demikianlah Rut mengumpulkan jelai yang sengaja disisakan oleh pegawai Boas. Jelai yang dikumpulkan menjadi banyak bisa untuk dimakan Rut dan mertuanya sampai beberapa waktu.
4. Cerita Anak Sekolah Minggu tentang Tolong Menolong – Kamar untuk Nabi
Berikut ini adalah kisah tentang wanita kaya yang membantu nabi Elisa dalam perjalanannya sehingga mendapatkan balasan yang besar dari sang nabi, dikutip dari buku Pendidikan Karakter Menjadi Seperti Yesus oleh Kak Tuti Gunawan.
Pada suatu kali Elisa nabi besar ini pergi ke Sunem. Di sana tinggal seorang perempuan yang kaya dan mengundangnya makan. Dan beberapa kali dalam perjalanan Elisa singgah ke rumah perempuan kaya ini untuk makan. Perempuan Sunem ini kemudian minta izin ke suaminya untuk menyediakan kamar untuk nabi Tuhan ini supaya bisa tinggal di rumah mereka setiap perjalanan melalui Sunem.
Maka dibuatlah kamar untuk nabi Elisa ini tinggal tiap kali dalam perjalanan. Suatu hari Elisa kembali menumpang di kamar yang disediakan baginya oleh perempuan kaya ini. Maka kata Elisa kepada pembantunya Gehazi, “Panggilah perempuan Sunem itu. Dan dipanggilah perempuan itu.
“Kamu sudah bersusah payah menyediakan tempat ini untuk aku, apa yang bisa aku lakukan untukmu, apakah aku harus berbicara pada raja dan pemuka negeri ini untuk menjamin keselamatanmu?” tanya Elisa kepada perempuan Sunem.
“Ya Nabi saya hidup di tengah tengah kaum keluarga saya, saya tidak kekurangan apapun jawab perempuan Sunem.
Elisa bertanya kepada Gehazi Apa yang bisa saya lakukan untuk dia? Gehazi menjawab: Perempuan itu tidak punya anak dan suaminya sudah tua Maka dipanggilah perempuan sunem itu dan kata nabi Elisa kepadanya: “Pada waktu seperti ini juga tahun depan engkau akan mengendong seorang anak laki laki. Dan benarlah seperti yang dikatakan nabi Elisa, setahun kemudian perempuan ini melahirkan seorang anak laki laki.
5. Cerita Anak Sekolah Minggu tentang Tolong Menolong – Eka dan Kacang yang Hilang
Di sebuah hutan yang rimbun, hiduplah sebuah gerombolan semut yang rajin mencari makanan. Salah satu dari mereka, bernama Eka, adalah semut yang baru belajar mencari makanan. Meskipun begitu, semangatnya untuk belajar tidak pernah pudar.
Suatu hari, ketika rombongan semut sedang berjalan mencari makanan, Eka melihat teman-temannya membawa makanan-makanan besar. Ia pun ingin menjadi seperti mereka. Saat mencari makanan, Eka menemukan sebutir kacang yang tergeletak. Tanpa pikir panjang, ia mencoba mengangkatnya, namun kacang tersebut terlalu berat baginya.
Ketika Eka berusaha mengangkat kacang, ia tidak sengaja terjatuh ke dalam genangan air. Teriakannya meminta tolong segera dijawab oleh teman-temannya. Mereka segera mengambil daun dan menyelamatkan Eka dari genangan air.
Namun, kesulitan belum berakhir bagi Eka. Saat ia mencoba melanjutkan perjalanan, kacang yang ia bawa tersangkut di dekat batang pohon. Ia merasa kehilangan arah dan ketakutan. Namun, teman-temannya tidak membiarkannya sendiri. Mereka mencari Eka dan membantunya keluar dari kesulitan.
Saat Eka merasa sedih karena kacang yang ia bawa hilang, teman-temannya menghibur dan meyakinkannya bahwa mereka akan membantu mencarinya. Akhirnya, kacang tersebut berhasil ditemukan oleh salah seorang temannya.
Dengan bantuan dan dukungan teman-temannya, Eka belajar bahwa dalam hidup, kita saling membutuhkan dan membantu satu sama lain. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan bersama dengan kebahagiaan dan kebersamaan di hati mereka.
Cerita ini mengajarkan kepada anak-anak nilai penting tentang tolong-menolong dan saling mendukung dalam persahabatan, sebagaimana yang diajarkan dalam firman Tuhan.
6. Renungan Anak Sekolah Minggu tentang Kebaikan – Kancil Sang Penolong
Di sebuah hutan yang hijau dan indah, tinggalah beraneka macam hewan yang hidup bahagia bersama-sama. Di antara mereka, ada seekor kancil yang terkenal akan kebaikan hatinya dan kecerdasannya. Kancil ini suka sekali menolong teman-temannya saat mereka menghadapi masalah.
Suatu hari, ketika sedang jalan-jalan di hutan, kancil mendengar suara cemas dari sekitar lubang kecil. Ternyata, ada anak ayam yang terperosok ke dalam lubang itu dan tidak bisa keluar karena lubangnya terlalu tinggi baginya. Tanpa ragu, kancil langsung bergerak untuk menolong.
Dengan gesitnya, kancil masuk ke dalam lubang dan mengajak anak ayam satu per satu naik ke punggungnya. Dengan penuh kehati-hatian, kancil membawa mereka keluar dari lubang yang sempit. Setelah semua anak ayam selamat, mereka bersama-sama bernyanyi sambil berjalan menuju induknya.
Namun, petualangan kancil sebagai penolong belum berakhir. Dia melihat sebuah induk ayam yang kelihatan bingung karena anak-anaknya tidak ada di sana. Dengan cepat, kancil memberitahu bahwa dia telah menolong anak-anak ayam tersebut dan membawa mereka pulang ke induknya.
Induk ayam bersyukur kepada kancil atas pertolongannya dan berjanji untuk menjaganya dengan baik. Kancil tersenyum bahagia karena dapat membantu orang lain.
Cerita kancil yang penuh dengan semangat menolong ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya saling membantu dan berbagi kasih kepada sesama. Seperti kancil yang tidak ragu-ragu membantu teman-temannya, kita pun harus siap membantu orang lain ketika mereka membutuhkan, karena dengan begitu, kita juga akan merasakan sukacita dan kebahagiaan yang sama.
***
Nah, itulah cerita anak Sekolah Minggu tentang tolong menolong yang bisa kamu ketahui.
Semoga bermanfaat, ya.
Temukan informasi menarik seputar pendidikan agama lainnya, seperti renungan pemuda Kristen di artikel.rumah123.com.
Kalau kamu ingin ngobrolin properti dengan ahlinya, coba deh kunjungi ke Teras123!
Nantinya, kami akan memberi jawaban yang komprehensif soal pertanyaan yang kamu ajukan, lo.
Tak lupa, kunjungi Rumah123 untuk menemukan hunian impian karena #SemuaAdaDisini.