Viral Transgender Ingin Punya Anak, Ini Fakta Medisnya Tentang Transplantasi Rahim
Transplantasi rahim mungkin menjadi salah satu hal yang sangat tabu didengar oleh masyarakat Indonesia, terlebih isu transgender kerap menjadi sesuatu yang sangat sensitif.
Untuk diketahui, hal tersebut kerap menjadi sesuatu hal yang cukup “nyeleneh” karena dianggap melanggar norma, sehingga hal tersebut membuat warganet menjadi merasa bertanya-tanya.
Sempat viral di Tiktok, seorang Transgender berencana untuk melakukan pemasangan implan rahim di sebuah Rumah Sakit di Jakarta.
Saat ia mengunggah aktivitasnya sebelum implan, komentar dari warganet pun bermacam-macam, ia disebut mengada-ngada dan mengarah ke halusinasi.
Sebelum aktivitas implan rahim tersebut dilakukan oleh seorang transgender yang ingin punya anak, Lucinta Luna maupun Millen Cyrus sudah melakukannya terlebih dahulu.
Pasalnya, kedua diantara mereka kerap diwawancara mengenai operasi kelamin maupun operasi implan breast, namun urung dilakukan karena sangat berisiko.
Dalam sebuah akun gosip, Millen juga sempat menyinggung mengenai tindakan tanam atau transplantasi rahim.
Lantas, apakah adanya transplantasi rahim dapat bisa bikin pria hamil? Ini fakta medisnya yang perlu kamu ketahui.
Transplantasi rahim menurut pemahaman medis
Presiden American Society Reproductive Medicine, Richard Paulson, menjelaskan saat ini bukan sesuatu hal yang mustahil jika pria hamil karena transplantasi rahim.
Ia menjelaskan jika hasil penelitian dan penemuan masyarakat di San Antonia Texas, dan Amerika Serikat tidak menemukan anatomi, mengapa rahim tidak berhasil di transplantasi ke transgender.
“Anda bisa melakukannya meski ada tantangan tambahan, tapi saya lihat akan ada masalah yang datang menghalangi, tapi hal ini masih jadi prosedur yang rumit,” jelasnya, dikutip dari Live Science.
Paulson juga menambahkan ada banyak ruang bagi rahim untuk dipindahkan ke laki-laki, namun melahirkan secara normal tetap tidak mungkin terjadi.
Embrio IVF harus ditanamkan dan operasi caesar diperlukan untuk melahirkan bayi, sehingga hormon harus diberikan kepada pasien untuk meniru perubahan selama kehamilan.
Risiko transplantasi rahim tergolong cukup besar
Perlu diketahui, saat ini transplantasi rahim adalah prosedur bedah yang masih dalam tahap klinis yang memperbesar kemungkinan laki-laki untuk segera hamil.
Meski demikian, risiko yang ditimbulkan terhadap proses transplantasi tergolong cukup besar dan membahayakan.
Pasalnya, banyak dokter kandungan yang tidak menyarankan proses transplantasi karena masih banyak cara untuk memperoleh keturunan.
Umumnya, mereka yang memperoleh donor rahim dari wanita yang baru saja meninggal untuk mengurangi risiko yang terjadi.
Terdapat risiko transplantasi yang harus diperhatikan, yakni diharuskan mengonsumsi obat imunosupresan dengan dosis kuat untuk mencegah sistem tubuh imun sebagai organ baru yang dianggap benda asing.
Prosedur transplantasi rahim
Secara umum, proses transplantasi memerlukan waktu 6 sampai 8 jam, dengan prosedur menghubungkan pembuluh darah donor ke penerima donor.
Jika penerima donor ingin memiliki anak dan rahim sudah siap, maka embrio sudah mulai untuk dipindahkan. Kemudian setelah transplantasi, maka beberapa bulan kemudian baru akan menstruasi.
Rahim sepenuhnya akan siap setelah enam bulan dan harus dipantau secara berkala. Kemudian, proses persalinan harus dilakukan secara cesar. Setelah satu hingga dua kehamilan, rahim akan diangkat agar penerima donor menghentikan obat imunosupresan.
Demikian beberapa hal yang perlu kamu ketahui mengenai transplantasi rahim, serta faktanya menurut medis.
Temukan tips menarik seputar inspirasi hidup sehat dari rumah, selengkapnya di Rumah123.
“Yuk, cari tahu rekomendasi apartemen terbaik bersama The Fressia Apartment selengkapnya.”