OK
×
×
Pengelola BRT (Bus Rapid Transit) Transjakarta, PT Transportasi Jakarta sudah mulai menguji coba bus listrik beberapa waktu lalu. Uji coba teknis ini dilaksanakan guna menguji daya tahan baterai dan juga beban penumpang.
Dalam uji coba ini, Transjakarta menguji beban penumpang bukan dengan menaikkan orang, melainkan menggunakan galon air.
Baca juga: Demi Keamanan, Bus Listrik Transjakarta Akan Dibuat Berisik
Situs berita online Kompas.com melansir pernyataan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Syafrin Liputo bahwa Transjakarta menguji coba tiga bus listrik.
Tiga bus listrik ini terdiri dari dua bus besar dan satu bus sedang. Merek bus yang diuji coba adalah MAB dan BYD. MAB adalah produk bus Indonesia, sementara BYD merupakan merek China.
Syafrin melanjutkan kalau bus listrik diuji coba di rute-rute wisata dan belum untuk rute komersial. Bus ini belum bisa beroperasi untuk angkutan umum. Bus listrik ini juga belum memiliki STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan).
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyatakan bahw harga bus listrik masih cukup tinggi. Komponen harga bus menyumbang sekitar 20 hingga 25 persen dari total biaya rupiah per kilometer.
Jika dimasukkan dalam tahap penerapan, hal ini bisa berdampak cukup signifikan terhadap kenaikan rupiah per kilometer. Saat ada kenaikan rupiah per kilometer maka hal ini berefek pada besaran PSO (Public Service Obligation) yang harus ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemprov DKI Jakarta memberikan subsidi terhadap tranportasi massal seperti Transjakarta, MRT (Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu), dan LRT (Light Rail Transit/Lintas Rel Terpadu).
Baca juga: Transjakarta Operasikan Bus Gratis di Kawasan Stadion Gelora Bung Karno
Dinas Perhubungan DKI Jakarta sedang melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan Kementerian Perhubungan. Ada usulan agar bus listrik yang digunakan oleh Transjakarta diberikan insentif berupa pembebasan biaya masuk untuk barang mewah.
Syafrin berharap jika harganya bisa bersaing, maka Dinas Perhubungan DKI Jakarta bisa mendorong operator yang bekerja sama dengan Transjakarta untuk melakukan pengadaan barang.
Kendala lainnya yang sedang dihadapi adalah masalah regulasi. Bus listrik memiliki ukuran yang lebih besar dari bus konvensional. Selain itu, bus listrik juga harus berbunyi. Hal ini sudah ditetapkan dalam Peraturan Kementerian Perhubungan.
Sebenarnya, tren bus listrik sudah ada sejak lama. Negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara sudah menerapkan bus listrik sebagai moda transportasi umum.
Sejumlah negara Asia seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia juga telah memiliki bus listrik. Situs berita online Bloomberg melansir bahwa China telah mengoperasikan 385.000 bus listrik. Jumlah ini mencapai 17 persen dari total bus di China.
Sementara Citylab.com pernah menyitir kalau ada 425.000 bus listrik di dunia, 99 persen di antaranya berada di China. Saatnya, Indonesia juga memiliki bus listrik.
Baca juga: Transjakarta Tambah Angkutan Mikrotrans Hingga 1.441 Armada
Kehadiran bus listrik ini tentunya bisa diharapkan dapat mengurangi polusi di Jakarta. Apalagi Jakarta masuk dalam daftar kota terpolusi di dunia versi AirVisual.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah melakukan beragam langkah untuk mengatasinya seperti memperluas penerapan sistem pembatasan kendaraan ganjil genap, memperbanyak rute bus Transjakarta, hingga mengoperasikan MRT dan LRT.
Level 37 EightyEight@Kasablanka
Jl. Casablanca Kav.88
Jakarta Selatan
Jakarta 12870
Indonesia
Tambahkan Komentar