Tips Pasca Bencana: Korban Gempa dan Tsunami Palu-Donggala Terancam Trauma Berat
Video mengenai gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah sudah viral. Kamu sudah melihatnya? Ngeri banget kan. Bayangkan kalau kamu mengalaminya, pasti kamu bakal trauma. Survivor bencana biasanya mengalami hal ini.
Gempa dan tsunami melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/09/2018) sore. Gempa berkekuatan besar hingga 7,7 skala Richter juga menyebabkan tsunami.
Tidak butuh waktu lama untuk sejumlah tayangan peristiwa alam ini menjadi viral. Hanya beberapa jam setelah peristiwa, orang sudah mendapatkannya via aplikasi pesan WhatsApp dan media sosial lainnya.
Baca juga: Gempa dan Tsunami Guncang Palu dan Donggala, Ingat Belajar Mitigasi Bencana
Betapa dahsyatnya gempa dan tsunami. Hotel, pusat perbelanjaan, hingga jembatan ikonik di Palu roboh. Bahkan, ada perumahan yang hilang akibat lumpur.
Pasca bencana, mereka yang menjadi korban dan selamat alias survivor (penyintas) tidak hanya membutuhkan perawatan fisik, mereka juga memerlukan konseling psikis.
Seperti dilansir oleh Tirto.id, para korban bencana biasanya mengalami syok, nafsu makan berkurang, sakit fisik (kepala/punggung/perut), depresi (mudah sedih/marah), disorientasi (sulit berkonsentrasi), susah tidur, apatis dan mati rasa, serta takut dan cemas.
Baca juga: Tips Pasca Bencana: Ancaman Kesehatan Pasca Tsunami
Mereka juga punya peluang terkena post-traumatic stress disorder (PTSD). PSTD merupakan sebuah gangguan kejiwaan yang berkembang dari pengalaman keterkejutan, ketakutan, dan peristiwa besar termasuk bencana besar.
Siapa pun bisa terkena PTSD, pada umur berapa pun. Menurut National Center for PTSD, sekitar 7 dari 8 orang dalam tiap 100 orang berpotensi mengalami PTSD dalam satu titik hidupnya. Mereka yang berpeluang menjadi korban memang lebih banyak wanita dibandingkan pria.
Pemulihan psikis korban bencana besar itu sangat penting kan. Jika kamu memiliki teman atau kerabat yang mengalami bencana besar, coba deh bantu untuk menghilangkan traumanya dengan mengajak konseling ke psikolog.
Baca juga: Tips Mitigasi Bencana: Bagaimana Mengatasi Trauma Pasca Gempa