Strategisnya Synthesis Square dan Samara Suites di Jalur Transportasi Massal

(kiri-kanan) Nirwono Joga Pengamat Tata Kota, Julius Warouw Managing Director Synthesis Square, Ellen SW Tangkudung Ketua Dewan Transportasi Jakarta. Pada gelaran media gathering di Synthesis Square Jakarta, Kamis (20/10). Foto: Rumah123/Ade Miranti.
Punya properti di jalur yang dilewati transportasi umum? Siap-siap “panen”, karena nilai propertimu dipastikan akan meloncat naik setiap tahunnya. Investasi? Pasti untung, dong!
“Tersedianya transportasi massal di dekat kawasan hunian menjadikan harga properti akan terus naik. Ini akan menguntungkan investor yang berencana menyewakan atau menjual properti,” kata Managing Director Synthesis Square, Julius Warouw, pada media gathering, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Integrasi Transportasi Massal Jabodetabek Mutlak Dilakukan
Seperti diketahui, banyak pengembang di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang menawarkan hunian dengan akses transportasi mudah. Terlebih jenis transportasi umum di Indonesia juga kian beragam.
Di Jabodetabek saja pemerintah sudah mewacanakan sembilan sistem transportasi massal. Sebut saja light rail transit (LRT) dari Pemprov DKI, Kementerian Perhubungan, Jababeka. Belum lagi mass rapid transit (MRT), kereta api bandara, kereta cepat, automatic people mover system (APMS), commuterline, dan bus rapid transit (BRT).
Synthesis Development pun tak ingin ketinggalan. Synthesis mengembangkan sejumlah strategi dan peluang besar dengan membangun proyek Synthesis Square dan Samara Suites di lokasi strategis dengan transportasi massal.
Baca juga: Moda Transportasi Baru di Timur Jakarta Beroperasi 2020
“Transportasi massal yang baik akan meningkatkan mobilitas masyarakat karena lebih memudahkan semua urusan. Tenaga dan waktu juga akan lebih efisien,” ujarnya.
Sementara, Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga mengatakan, adanya wacana transportasi massal bisa mengurangi kemacetan. Sebab merujuk dari data Forum Informasi dan Kajian Statistik 2016, Jakarta setiap harinya kebanjiran 1.130 unit kendaraan baru. Terdiri atas 240 mobil dan 890 kendaraan bermotor.
“Jika pemerintah tidak mengatasi melimpahnya kendaraan pribadi ini, tentu kemacetan total di Jakarta tinggal menunggu waktu saja,” ucapnya. (Vri)