Rumah Pertama Gak Harus Jadi "Forever Home" Kok!
Salah satu hal yang membuat milenial lebih memilih menyewa atau kost di pusat Jakarta ketimbang membeli hunian sendiri adalah rasa takut. Takut akan tinggal jauh dari pusat aktivitasnya yang notabene adalah Jakarta, atau kota besar lainnya.
Bagaimana tidak? Hunian, baik itu apartemen atau rumah, harganya pasti tergolong tinggi jika berlokasi di pusat Jakarta. Kebanyakan saran kepada milenial adalah membeli hunian, terutama rumah tapak di daerah penyangga, yakni Jabodetabek.
Baca juga: 5 Hal yang Bikin Proses Kredit Rumah Pertama Ga Ribet
Bukan tanpa alasan tentunya. Harga properti di kawasan penyangga diyakini lebih “manusiawi.” Dengan harga ini jelas menempel berbagai macam konsekuensi, salah satunya lokasi yang agak jauh.
“Nanti saya harus tinggal di sana selamanya? Jauh banget! Bisa tua di jalan kalau begitu.” Begitulah deretan kalimat yang sering keluar dari milenial terkait hunian di luar Jakarta.
Baca juga: Cara Tepat Kumpulkan DP Rumah Pertama
Mengutip Chief Economist Issi Romem seperti yang dituliskan Business Insider, rumah pertama seringkali berbeda dengan “forever home”. Menurut Romem, rumah pertama biasanya berukuran tidak besar, murah, dan terletak di lokasi yang sangat mungkin bukanlah area idaman sebagai tempat tinggal.
Hal tersebut diamini Consumer Lending Executive for Bank of America, D. Steve Boland. “Saat ini, kebanyakan milenial memilih menunda membeli rumah hingga mampu lantaran yakin mereka akan menempati rumah itu untuk waktu yang lama.”
Baca juga: Cara Tepat Kumpulkan DP Rumah Pertama
Padahal, menurut Financial Mortgage Assistant di Red River Bank, Kate Laborde, cara pandang ini tidaklah benar. “Membeli rumah pertama itu akan lebih murah ketimbang menyewa, dan akan jadi investasi seiring terus naiknya harga properti.”
Nah, jika harga properti pertamamu terus naik, bukan tidak mungkin menjualnya. Hasil jual properti itu bisa kamu jadikan modal membeli properti idaman yang sebelumnya mungkin tak terjangkau. Betul kan?