Penjualan Properti Jelang Akhir 2019 Meningkat, Sinyal Kebangkitan Properti Pada 2020?
Pasar properti 2019 diklaim mengalami perlambatan. Jelang akhir tahun, penjualan meningkat. Akankah pasar properti akan bangkit pada 2020?
Sejumlah pelaku pasar properti yaitu perusahaan pengembang mengaku bahwa pasar properti mengalami perlambatan. Salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah pemilihan presiden.
Pesta politik membuat para investor memilih wait and see. Para investor menunggu waktu yang tepat untuk kembali berinvestasi di properti.
Baca juga: Tol Kunciran-Serpong Dibuka, Investasi Properti di Banten Semakin Menarik
Berbeda halnya dengan konsumen yang masuk kategori end user. Mereka tetap membeli hunian baik rumah atau apartemen, namun memilih waktu yang tepat.
Konsumen memantau perkembangan harga properti. Konsumen end user juga semakin cerdas untuk melihat proyek properti yang ditawarkan oleh perusahaan pengembang.
End user ini yang menyerap produk properti yang ditawarkan pengembang. Setelah pemilihan presiden usai, penjualan properti sejumlah developer pun kembali membaik.
Baca juga: Menghitung Potensi Investasi Apartemen High-End di Tangerang
Associate Director Paramount Land M. Nawawi menyatakan penjualan properti dalam lingkup perusahaan jelang akhir 2019 sudah mencapai Rp2,2 triliun. Jumlah ini memang di luar dugaan.
Sebelumnya, perusahaan pengembang hanya menargetkan total penjualan Rp1,5 triliun. Namun, target penjualan direvisi beberapa kali melihat perkembangan pasar properti. Penjualan kuartal ketiga hingga kuartal keempat menunjukkan peningkatan.
Untuk 2020, perusahaan pengembang memproyeksikan kenaikan penjualan dibandingkan 2019. Developer optimistis bisa mencapainya.
Optimisme Pasar Properti Akan Membaik Pada 2020
Sebenarnya, sejumah perusahaan pengembang juga menyatakan adanya peningkatan penjualan menjelang akhir tahun. Developer pun optimistis kalau pasar properti semakin membaik pada 2020.
Pemerintah melalui Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan memberikan insentif untuk menggairahkan pasar properti. Kementerian Keuangan sempat memberikan pemangkasan pajak pertambahan nilai untuk properti mewah.
Bank Indonesia melakukan pemangkasan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate dalam kurun waktu Juli hingga Oktober 2019. Bank sentral memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps (basis poin) setiap bulan.
Baca juga: Potensi Investasi Properti di Tangerang Semakin Menjanjikan
Suku bunga acuan turun dari 5,00 persen menjadi 6,00 dalam kurun waktu tersebut. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan relaksasi berupa pelonggaran LTV (loan to value) dan FTV (finance to value) untuk properti dan kendaraan bermotor.
Ini artinya konsumen bisa membeli properti khususnya untuk properti kedua dengan DP (down payment) atau uang muka lebih rendah. Konsumen bisa membeli properti dengan DP hanya 15 persen. Bahkan, uang muka pembelian properti berwawasan lingkungan hanya 5 persen.
Nawawi menyatakan perusahaan pengembang akan lebih optimistis pada tahun depan. Developer harus cermat dalam membidik pangsa pasar milenial. Untuk membidik target market ini, developer mesti memahami cara bayar dan cara promosi yang tepat untuk kaum milenial.
Baca juga: Berinvestasi Properti di Kawasan Sub Urban yang Paling Berkembang
Generasi milenial memang mendominasi angkatan kerja atau generasi produktif di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Mereka menjadi target market developer lantaran memang membutuhkan properti sebagai hunian.
Cara pemasaran yang tepat dan produk yang sesuai tentu dibutuhkan dalam membidik kaum milenial. Apalagi konsumen saat ini lebih pintar. Mereka memantau harga properti dari sejumlah developer.