Miris, Ini 10 Kota Paling Intoleran di Indonesia. Nomor 1 Ternyata…
Hasil riset Setara Institute menunjukkan kota paling intoleran di Indonesia. Kota mana saja yang masuk?
Polemik terkait isu intoleransi kian marak di tengah masyarakat Indonesia, seperti intoleransi antar umat beragama hingga rasisme.
Indonesia hadir dengan asa Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa untuk menyatukan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Namun pada kenyataannya, isu-isu seputar intoleransi masih kencang terdengar.
Melalui riset Indeks Kota Toleran, Setara Institute menyebutkan 10 kota yang dinilai paling intoleran berdasarkan empat variabel dan delapan indikator:
- Regulasi Pemerintah Kota: Rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya (10 persen); dan kebijakan diskriminatif (20 persen)
- Tindakan Pemerintah: Pernyataan pejabat kunci tentang peristiwa intoleransi; dan tindakan nyata terkait peristiwa (15 persen)
- Regulasi Sosial: Peristiwa intoleransi (20 persen); dan dinamika masyarakat sipil terkait peristiwa intoleransi (10 persen)
- Demografi Agama: Heterogenitas keagamaan penduduk (5 persen); dan inklusi sosial keagamaan (10 persen)
Melansir dari kompas.com, simak daftar lengkapnya!
Daftar Kota Paling Intoleran di Indonesia
Menurut hasil riset Setara Institute, berikut ini daftar kota paling intoleran di Indonesia melalui rilisan Laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2021 dari 94 kota yang diteliti:
1. Depok: 3,577
2. Banda Aceh: 4,043
3. Cilegon: 4,087
4. Pariaman: 4,233
5. Langsa: 4,363
6. Sabang: 4,473
7. Padang Panjang: 4,440
8. Padang: 4,460
9. Pekanbaru: 4,497
10. Makassar: 4,517
Direktur eksekutif Setara Institute Ismail Hasani menyebut bahwa Kota Depok mencatatkan skor rendah pada dua indikator yang paling berbobot.
Dua faktor tersebut adalah produk hukum yang dinilai diskriminatif dan tindakan wali kota yang dinilai tidak mempromosikan toleransi.
“Kalau teman-teman masuk ke Depok, bagaimana dalam 20 tahun berjalan, Depok mengalami satu proses penyeragaman yang serius atas nama-nama agama dan moralitas,” ungkap Ismail.
Ismail menambahkan, menurut indikator yang digunakan, elemen masyarakat sipil di Depok menorehkan skor yang cukup baik.
Meski demikian, hal tersebut belum cukup untuk menambal skor buruk dalam hal produk hukum daerah dan kepemimpinan politik.
Alhasil Depok dinilai terlalu didominasi oleh salah satu agama dalam berbagai ruang-ruang publik, tak terkecuali sektor properti.
“Itu bagian dari proses segregasi yang dipicu oleh kepemimpinan politik di tingkat lokal,” ujar Ismail.
***
Semoga bermanfaat.
Simak ulasan menarik lainnya hanya di artikel.rumah123.com.
Kunjungi rumah123.com jika kamu sedang mencari rumah impian.
Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti karena kami selalu #AdaBuatKamu.
Cek dari sekarang juga, salah satunya adalah Perumahan Sutera Winona!