Milenial di Perdesaan Ternyata Juga Digital Native Lho

Generasi Milenial di Perdesaan Sudah Paham Teknologi Digital dan Bisa Dimanfaatkan untuk Mengembangkan Ekonomi Digital (Foto: Rumah123/8Villages.com)
Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang melek digital. Mereka biasanya cepat dalam memanfaatkan smartphone untuk berselancar di dunia maya.
Makanya jangan heran kalau kaum milenial diklaim sebagai digital native. Ibaratnya, mereka seperti “masyarakat asli” dunia digital.
Baca juga: Seberapa Penting Sih Digital Marketing Sekarang Ini?
Sebaliknya, orang tua generasi milenial yang tergolong Baby Boomers atau Gen X biasanya memang agak gaptek alias gagap teknologi. Mereka ini termasuk digital immigrant alias “kaum pendatang dunia digital”.
Lantaran anak muda lebih cepat beradaptasi dalam menggunakan teknologi digital, maka dalam pemberdayaan masyarakat desa tertinggal, mereka juga dilibatkan.
Baca juga: Agen Properti Zaman Now Wajib Gunakan Digital Marketing
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Samsul Widodo, memaparkan hal ini di sela-sela menjadi pembicara Lokal Good.
idEA, Indonesia E-commerce Association menyelenggarakan Lokal Good dengan tema “Berjayanya Produk Lokal di Era Digital” di The Hall Kasablanka, Jakarta Selatan, pada 12-14 September 2018.
Baca juga: Ekonomi Digital Bisa Berdayakan Masyarakat Desa Tertinggal
“Ada beberapa skenario yang kami lakukan. Kami tanya mereka punya anak nggak? Anaknya kelas berapa, SMA. Oke, yang kita ajari anaknya. Jadi yang mengendalikan aplikasinya anaknya, Bapaknya tetap bertani. Itu yang kamu lakukan, anak muda lebih literate,” kata Widodo.
“Jadi, pertama, dia yang diajari. Kalau nggak, ya anaknya. Tapi, Bapaknya tetap dampingi. Contoh Go-Jek, banyak orang tua yang bisa pakai Go-Jek, bisa pakai, nggak rumit, simpel,” katanya.
Baca juga: Aplikasi Digital Bikin Hidup Petani dan Nelayan Jadi Lebih Gampang
Salah satu cara lainnya adalah melibatkan penyuluh pertanian. Bisa jadi petani, nelayan, peternak, dan lainnya juga tidak bisa menggunakan teknologi. Anak mereka juga tidak dapat mengoperasikannya. Maka, penyuluh yang diminta bantuannya.
Widodo menyatakan, pemberdayaan masyarakat di desa tertinggal dapat dilakukan melalui ekonomi digital. Banyak desa tertinggal yang memiliki produk pertanian unggulan.
Baca juga: Kemendes PDTT Siap Kolaborasi dengan idEA Bangun Ekonomi Digital
Sayangnya, mereka tidak dapat memasarkannya. Lewat aplikasi digital, marketplace, dan lainnya memudahkan produk tersebut dipasarkan. Masyarakat hanya perlu fokus menghasilkan produk, sementara hal lainnya dikerjakan pihak lain.
BUMN dan pihak swasta dilibatkan. Hasilnya, sejumlah produk pertanian bisa dipasarkan dari kawasan terpencil ke kota-kota besar di Indonesia.