Mengenal Arsitektur Bali Beserta Konsep dan Pembagian Zonasi Hunian
Arsitektur Bali muncul dan berkembang dengan segala aturan-aturan transisional yang diwarisi sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Masuk dalam jenis arsitektur vernakular, Arsitektur Bali didesain oleh masyarakat berdasarkan kearifan lokal.
Bangunan-bangunannya pun menggunakan bahan-bahan lokal termasuk bagian struktur, finishing, hingga dekorasi.
Pada zaman abad ke-8 hingga ke-16 pengaruh gaya arsitektur Hindu dan Budha klasik banyak dijumpai pada bangunan candi-candi di Indonesia khususnya di tanah Jawa.
Tak heran kalau bangunan tradisional Bali memiliki unsur yang unik.
Hal itu karena perpaduan dari pengaruh Hindu Budha dan masyarakat Jawa Aboriginal yang berdiam di Bali kala itu.
Pada masa awal, arsitektur Bali menggunakan pedoman utama berupa prinsip Kaja-kelod.
Kaja berarti meghadap di mana gunung berada, sementara kelod berarti menghadap di mana laut berada.
Konsep mistis Kaja-kelod ini sering kali dipakai pada perencanaan penempatan bangunan rumah atau pura desa.
Bangunan yang bersifat suci diletakkan di bagian kaja, sedangkan bangunan biasa diletakkan di bagian kelod.
Pura keluarga biasanya ditempatkan di bagian kaja, sedangkan rumah tempat tinggal di bagian kelod.
Baca Juga: Kenalan dengan Arsitektur Vernakular Beserta Ciri-ciri dan Contohnya
Konsep Arsitektur Bali
Filosofi desain pada bangunan Bali berpusat pada tradisi Hindu Bali yang melandasi sebagian besar karya arsitektur.
Berikut adalah beberapa konsep penting dalam arsitektur Bali yang perlu diketahui:
Tri Hata Karana
Tiga bentuk hubungan yang harmonis dan keseimbangan antara 3 unsur kehidupan, yaitu kepada Tuhan, sesama manusia dan kepada alam semesta.
Tri Mandala
Tiga bagian zonasi sesuai fungsi dan prioritas.
Sanga Mandala
Sembilan Zona yang merupakan persilangan konsep Tri Mandala
Tri Loka
Tiga tingkatan ruang yang dihubungkan dengan konsep tiga alam yang berbeda
Tri Angga
Tiga bagian bangunan yang harus ada dalam fasad, yaitu kepala, badan dan kaki
Asta Kosala Kosali
Aturan merancang bangunan sesuai fungsi dan peruntukan, juga berisi tentang pemilihan bahan, perhitungan, ukuran, antropologi, dll
Manik Ring Cecupu
Konsep keharmonisan skala antara manusia sebagai penghuni dan bangunan sebagai wadah
Bah-Bangun
Konsep keseimbangan antara tinggi dan lebar atau dalam arsitektur modern kita kenal dengan istilah d/h.
Masyarakat Bali hidup dengan berlandaskan Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagiaan.
Oleh karena itu, orang Bali sangat percaya bahwa mereka hidup di dunia untuk menciptakan Hita (kebahagiaan) di bumi.
Mereka selalu membangun hubungan yang baik kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan), sesama manusia, dan juga alam semesta.
Dengan membangun hubungan baik ke tiga arah ini, maka dapat menimbulkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup.
Pembagian Zonasi Rumah dalam Arsitektur Bali
Konsep Tri Hita Karana ini diterapkan di sebagian besar bidang kehidupan termasuk arsitektur. Orang Bali percaya bahwa rumah bukan hanya untuk tempat tinggal manusia.
Namun juga Sthana untuk Manifestasi Tuhan sebagai Dewa-Dewi dan tempat untuk hewan peliharaan dan tumbuh-tumbuhan di taman.
Harmoni tiga unsur ini yang membuat arsitektur bali selalu membagi rumah menjadi tiga bagian utama, yaitu :
Sanggah atau Merajan
“Sanggah” atau “Merajan” merupakan area yang disucikan, terdapat Pelinggih (tugu) sebagai kiblat sembahyang kehadapan Tuhan dan untuk menghormati para leluhur.
Bale
“Bale” merupakan sebutan untuk bangunan fungsional tempat beraktivitas yang dibagi menjadi empat, yaitu Bale Daja di Utara, Bale Dangin di Timur, Bale Delod di Selatan dan Bale Dauh di Barat.
Natah
“Natah” adalah ruang kosong di tengah rumah sebagai tempat berkumpul, tempat membuat taman, dan kolam. Pada halaman belakang rumah biasanya terdapat “Tebaa” yang merupakan area untuk menempatkan hewan peliharaan.
Baca Juga: 11 Gambar Rumah Minimalis Arsitektur Modern | Mau Pilih yang Mana?
Rumah tradisional Bali biasanya akan dipecah menjadi bangunan bale-bale.
Satu pekarangan rumah bisa berisi empat hingga enam bangunan utama sehingga rumah tradisional memerlukan lahan yang luas.
Namun rumah tradisional biasanya tidak dihuni oleh satu kepala keluarga, namun satu keluarga besar.
Selain itu, di setiap arsitektur rumah Bali selalu terdapat pura kecil dan patung di di bagian depan hunian.
Nah, hal itu sengaja dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhurnya yang telah meninggal.
Selain itu, pura dihadirkan untuk menjunjung tinggi hubungan manusia dengan sang Pencipta.
Jangan lupa kunjungi artikel.rumah123.com untuk dapatkan artikel menarik lainnya seputar properti.
Kamu juga bisa mencari properti yang sesuai kebutuhanmu seperti Springhill Yume Lagoon hanya di www.rumah123.com.