OK
×
×
Dalam memulai berbisnis, tentu dibutuhkan perencanaan yang matang. Apalagi untuk bisnis bermodal besar seperti bisnis properti. Salah-salah dalam merumuskan strategi, kerugiannya tentu akan memberatkan kamu sebagai pelaku bisnis. Untuk itu, sebelum terjun ke industri properti, sebaiknya pelajari dulu kunci sukses berbisnis di area ini.
Di acara Property Outlook 2020 yang diadakan oleh Rumah123.com, para praktisi yang telah berkecimpung di industri properti selama puluhan tahun memberikan rahasia kunci sukses dalam menjalankan bisnis ini. Apa saja kunci sukses tersebut?
Seiring perubahan jaman, bisnis properti pun mengalami perubahan tren. Jika dulu faktor lokasi menjadi faktor terbesar dalam memilih hunian, kini tak demikian. Timing atau momentum lah yang menjadi faktor utama laku tidaknya sebuah properti yang dibangun. CEO AKR Land, Thomas Go memberikan contoh masyarakat yang mulai beralih investasi dari sektor non riil menjadi sektor riil.
"Saat ini menurut saya timing yang paling bagus, momentum yang paling bagus. Karena ada shifting investasi dari saham, investasi di reksadana ke properti. Dan kita sebagai pengembang, teman-teman semua harus ambil kesempatan ini, karena apa? karena ada kasus Jiwasraya, kasus Asabri, kemudian Reksadana ada EMCO Asset Management gagal bayar," kata dia di Sopo Del Tower, Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Menurutnya kasus tersebut membuat orang khawatir untuk berinvestasi di instrumen tersebut. Pihaknya pun mulai merasakan dampak peningkatan penjualan pasca merebaknya kasus di atas.
Baca juga: 3 Siasat Jitu Developer dalam Mendorong Sektor Properti di Tahun 2020
Pemain utama di dunia properti bukan hanya pengembang dan konsumen. Ada pula stakeholder lain yang mempunyai peran penting, salah satunya adalah perbankan. Tak sedikit konsumen kesulitan mendapatkan akses kredit untuk mencicil hunian yang hendak dibeli. Pengembang tentunya tak punya hak untuk mengintervensi keputusan bank terkait. Di sinilah kreativitas harus dimainkan. Pengembang bisa memberi solusi lain untuk mengatasi masalah tersebut.
“Kalau bank ga mendukung properti akan jadi suatu masalah besar. Misalnya untuk memberikan approval KTA aja sulit. Kita sebagai developer harus kreatif. Kita tawarin jaminan buyback, kan nggak jadi masalah lagi.” kata Thomas Go menambahkan. Pada buyback atau jaminan membeli kembali, bank mensyaratkan developer untuk bersedia membeli kembali tanah dan rumah/atau apartemen yang sudah dijualnya kepada konsumen melalui fasilitas KPR/KPA.
Ada masa-masa di mana industri properti sedang lesu. Bahkan sudah menjadi hal yang umum para pelaku bisnis gulung tikar karena terus-terusan merugi. Masih di acara Property Outlook 2020, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Real Estate Indonesia, Amran Nukman, mengatakan bahwa sebaiknya perusahaan properti khususnya pengembang memanfaatkan pendapatan berkelanjutan dari produk properti atau disebut recurring income.
“Di properti itu kan ada jual ada sewa. Sewa ini lah yang menjadi recurring income. Kalau bisa, dorong perusahaan untuk memiliki 30-40% portofolio perusahaan di penyewaan properti. Sebagai contoh, Metland punya mall di mana vendornya sudah kontrak 2-3 tahun ke depan. Itulah yang menghidupi ketika properti sedang lesu,” ungkap Amran.
Level 37 EightyEight@Kasablanka
Jl. Casablanca Kav.88
Jakarta Selatan
Jakarta 12870
Indonesia
Tambahkan Komentar