Kisah Hidup Gubernur DKI Jakarta Etnis Tionghoa Pertama, Henk Ngantung. Kariernya Hancur karena Dicap PKI!
Dicap sebagai PKI, begini kisah Gubernur DKI Jakarta etnis Tionghoa pertama Henk Ngantung yang menyedihkan!
Henk menjabat sebagai pemimpin ibu kota di tahun 60-an, ketika politik Indonesia belum stabil.
Menurut sejarah, ia merupakan gubernur DKI Jakarta pertama yang berasal dari etnis Tionghoa dan non-muslim.
Namun, ia memiliki masa jabatan yang cukup singkat, yakni hanya 12 bulan atau satu tahun saja.
Salah satu alasannya adalah karena ia dituduh sebagai antek Partai Komunis Indonesia (PKI).
Penasaran dengan kisah selengkapnya?
Yuk, simak perjalanan karier Henk Ngantung dalam artikel berikut ini.
Henk Ngantung pada Awalnya Merupakan Pelukis
Sebelum menjabat sebagai gubernur, Henk merupakan seorang pelukis ternama.
Ia kerap mendapat permintaan untuk mendesain monumen ibu kota dari Presiden Soekarno.
Beberapa monumen yang merupakan karyanya adalah Tugu Selamat Datang dan Monumen Pembebasan Irian Barat.
Menurut tirto.id, pria ini juga merupakan salah satu penggagas terbentuknya Gelanggang Seniman Merdeka di tahun 1946.
Melalui komunitas tersebut ia kerap menggelar pameran seni di Jakarta.
Kariernya di dunia politik bermula ketika Soekarno menunjuknya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta di tahun 1960-1964.
Lalu, ia naik menggantikan posisi gubernur sebelumnya di bulan Agustus 1964.
Namun, pada Juli 1965, karier Henk Ngantung rusak akibat cap “pengikut PKI” yang ia dapatkan.
Kariernya Hancur karena Dituduh PKI
Melansir dari kontan.co.id, mimpi buruk Henk bermula ketika posisi presiden beralih ke Soeharto.
Saat itu ia langsung menjadi sasaran dari rezim otoritarian Orde Baru.
Pria dengan nama lengkap Hendrik Joel Hermanus ini mendapat label sebagai pengikut PKI.
Tuduhan tersebut melekat begitu saja dan tidak bisa ia lepaskan.
Bahkan, Henk tidak pernah mendapat kesempatan sidang untuk membela diri.
Sontak saja karier politik Henk pun rusak dan ia dicopot dari jabatan sebagai gubernur DKI Jakarta.
Mirisnya, karena label “pengikut PKI” ini ia tidak mendapat uang pensiun dan harus mengalami kesulitan keuangan.
“Kami jual rumah itu karena tidak punya uang lagi. Kan sejak Pak Henk dicopot sebagai gubernur tahun 1965, Pak Henk tidak diberi pensiun,” jelas istri Henk, Hetty Evelyn Ngantung Mamesah, seperti dilansir dari kontan.co.id, Jumat (8/4/2022).
Dari hasil penjualan rumah, Henk dan keluarganya pindah ke rumah di pemukiman padat penduduk.
Tepatnya di pinggir Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur.
Lalu, di tahun 1980 pemerintah akhirnya memberi uang pensiun untuk Henk Ngantung.
Hanya saja jumlahnya tidak seberapa, hanya sekitar Rp850 ribu per bulan.
Itu dia kisah gubernur DKI Jakarta etnis Tionghoa pertama yang menyedihkan.
Jangan lupa kunjungi artikel.rumah123.com untuk menemukan artikel menarik lainnya.
Kunjungi juga Rumah123.com yang selalu #AdaBuatKamu untuk menemukan beragam pilihan properti idaman.
Ada banyak penawaran menarik seperti proyek properti di kawasan Urban Signature.