Kalau Aturan Bank Tidak Kaku, Generasi Milenial Bisa Beli Properti

Ilustrasi Generasi Milenial. Kalau Perbankan Tidak Menerapkan Aturan yang Kaku Mengenai Pemberian KPR Terhadap Generasi Milenial, Maka Sebenarnya Mereka Bisa Membeli Rumah (Foto: Rumah123/Getty Images)
Generasi milenial bisa membeli hunian kalau ada sejumlah kemudahan dalam membayar. Kaum milenial ini menjadi target market dari Easton Urban Kapital.
Generasi milenial, perbankan, pasar properti, hingga rencana pengembangan bisnis perusahaan menjadi topik perbincangan saat Rumah123.com bertemu dengan Direktur Easton Urban Kapital William Liusudarso di kantornya di kawasan Meruya, Kembangan, Jakarta Barat beberapa waktu lalu.
William menyatakan banyak orang yang menyatakan pasar properti mengalami perlambatan. Namun, dia meyakinkan apabila perusahaan pengembang telah mengetahui target market mereka maka proyek properti tetap bisa diserap.
Baca juga: Hunian Masa Kini yang Memenuhi Selera dan Kebutuhan Generasi Milenial
“Pasar tetap ada, kita jual ke end user, bukan investor. Kita tidak pernah sasar investor,” ujar William. Easton Urban Kapital memang membangun proyek klaster townhouse di Jabodetabek dan beberapa kawasan lainnya.
Dia mengakui pada 2019 ini bisa dikatakan tahun yang stagnan pertumbuhannya dibandingkan dengan 2018. Menurut William, pertumbuhan dan penjualan Easton Urban Kapital pada tahun 2018 adalah yang terbaik sejak berdirinya perusahaan ini pada 2016.
William optimistis menatap pasar properti pada 2020. Dia melihat secara umum industri properti akan tumbuh lebih baik dan dibantu dengan rencana pemerintah yang akan mengeluarkan sejumlah insentif dalam membangkitkan sektor properti.
Baca juga: Mau Tahu Kenapa Generasi Milenial Susah Dapatkan KPR?
Selain itu, pemilihan presiden telah usai sehingga suasana lebih kondusif. Hal ini membuat investor siap berinvestasi kembali.
Kemudahan Membeli Rumah Bagi Generasi Milenial
Sejumlah kendala dihadapi generasi saat membeli rumah. Problem DP (down payment) atau uang muka menjadi kendala pertama.
William menuturkan bahwa banyak generasi milenial yang bisa memiliki penghasilan besar, namun pengeluaran juga besar. Meski bergaji besar, mereka tidak bisa mengumpulkan DP rumah.
Menurut William, DP rumah harus ditentukan secara seimbang. Dia memberikan contoh di Amerika Serikat, konsumen membayar DP hanya 5 persen. Angka tersebut adalah titik imbang untuk down payment, tidak terlalu memberatkan dari sisi konsumen dan bank juga memiliki buffer yang cukup apabila terjadi default.
Baca juga: Hunian Modern di Jakarta untuk Kaum Milenial Mapan
Apabila terlalu dipaksakan dengan DP yang lebih kecil, dikhawatirkan angka kredit macet atau non performing loan (NPL) di bank akan meningkat yang pada akhirnya dampaknya akan buruk dalam penyaluran kredit bank kepada industri properti secara keseluruhan.
Hal lain yang menjadi sorotan adalah masalah inovasi perbankan. Seharusnya bank tidak kaku dalam menerapkan aturan. Belakangan, ada perusahaan pembiayaan atau multifinance dan juga fintech (financial technology) yang melakukan terobosan..
“Inovasi bank sih. Kalau mengajukan KPR, bank terlalu konvensional. Ini menurut saya perhitungan bank dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Kalau bank menghitung penghasilan konsumen Rp20 juta, penghasilan akan Rp20 juta terus, sampai 20 tahun ke depan, sampai KPR habis,” ujar William.
Baca juga: 80 Persen Milenial AS Cari Rumah Lewat Smartphone
Padahal pendapatan seseorang cenderung akan mengalami peningkatan terutama apabila profile customer masih dibawah 35 tahun. Seharusnya ada inovasi dari bank untuk dapat melakukan penyesuaian.
Dia memberikan contoh dengan menerapkan balloon payment di mana kreditor membayar cicilan yang lebih kecil di tahun awal dan kemudian meningkat bertahap sampai dengan masa kredit berakhir.
Menurut William, saat ini, banyak dari generasi milenial yang berprofesi di bidang abu-abu bagi bank, sebagai contohnya pengemudi taksi online, YouTuber, online freelancer, hingga memiliki wirausaha start up.
Baca juga: Hunian Tapak di Jakarta Bergaya Industrial untuk Kaum Milenial
Mereka memiliki penghasilan yang cukup untuk mencicil rumah, namun tidak dapat mengakses perbankan lantaran tidak memiliki status pekerjaan yang tetap dan pendapatan yang konsisten.
Mereka harus mendapatkan fasilitas perbankan. Apalagi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) masih menjadi pilihan orang dalam membeli hunian. Sebanyak 85 persen orang membeli rumah menggunakan KPR.
William menyatakan apabila perbankan melakukan inovasi untuk lebih memperhatikan generasi milenial dan berpikir untuk mencari solusi di luar cara konvensional yang membatasi mereka sekarang, maka pasar pembeli dari generasi milenial dapat tumbuh jauh lebih baik.
Easton Urban Kapital Kembangkan Klaster Lebih Besar
Pengembangan bisnis perusahaan juga menjadi perbincangan. Easton Urban Kapital sedang mengembangkan Somerhill House di Ciputat, Tangerang. Nantinya, ada sejumlah proyek baru di Depok dan juga Bintaro.
Easton memang membangun dan mengembangkan townhouse dengan menyasar pasar upper middle class dengan rumah berharga di atas Rp1 miliar hingga Rp2 miliar. Kekuatan dalam rumah tersebut adalah desain modern dan lay out yang detail. William mengakui kalau pasar yang dibidik Easton memang berbeda dan lebih niche.
Sebelum membangun, perusahaan akan mempelajari demografi, karakter, dan lifestyle masyarakat di lokasi sekitar. Nantinya, penghuni yang tinggal tidak kesulitan saat mencari pusat perbelanjaan, sekolah, rumah sakit, hingga akses menuju jalan tol.
Baca juga: Tips Jual Rumah: 10 Fitur yang Bikin Kaum Milenial Tertarik Membeli
Easton Urban Kapital juga sedang mengembangkan klaster terbesar mereka di Palembang, Sumatera Selatan. Kebetulan, William memang lahir dan besar di kota ini.
“Bisnis harus selalu berevolusi. Kita sudah terbiasa mengembangkan klaster kecil, sekarang lebih massal namun tetap mempertahankan detail dan karakter dari Easton” kata William. Dia berani berekspansi karena sudah mengenal karakter target market setempat.
Hunian tapak ini bernama Florista Garden. Klaster ini berdiri di atas lahan seluas 3 hektare yang nantinya ada 166 rumah. Proyek ini akan dirilis pada awal 2020.
Baca juga: Milenial Kanada Perlu Waktu 29 Tahun untuk Mengumpulkan DP Rumah