Hai Pengembang, Dekati Pasar Properti dengan Konsep dan Inovasi Baru Yuk! (1)

Suasana ruang kerja yang masih dalam tahap penyelesaian akhir di gedung perkantoran South Quarter, Jakarta Selatan. Foto: Rumah123/Jhony Hutapea
Perlambatan ekonomi makro dan melemahnya ekspansi bisnis menyebabkan permintaan produk properti khususnya dari sektor korporasi juga menurun. Namun, kabar baiknya pengembang dan investor masih punya kesempatan dan peluang bagus.
Dalam situasi masih lesu seperi saat ini, pengembang dan investor harus jeli memanfaatkan peluang yang ada di masyarakat untuk dikembangkan. Lebih-lebih pada konsep dan inovasi yang berpotensi menjadi tren di masa yang akan datang.
Baca juga: Tingkat Hunian Kantor di Luar Kawasan Bisnis Lebih Banyak Diserap
Demikian rangkuman dari hasil survei dan analisis pasar properti Jakarta yang disampaikan oleh Savills pada Kamis (23/2) di Jakarta. Savills adalah konsultan properti internasional yang berkantor pusat di London, Inggris.
Managing Director Savills, Jeffrey Hong, mengatakan, untuk mengantisipasi perkembangan sektor properti di tahun ini yang diperkirakan akan bertumbuh secara marjinal, pengembang diharapkan mendekati pasar melalui inovasi dan konsep yang belum pernah ada sebelumnya.
Baca juga: Tarif Sewa Kantor di Kawasan Bisnis Jakarta Menurun
Inovasi dan konsep yang seperti apa? Nah, menurut Hong, sejumlah produk dan konsep properti dari negara lain mungkin bisa diterapkan dan dijual kepada konsumen di Jakarta.
Akan tetapi, produk tersebut harus menarik dan sesuai dengan kebutuhan investor lokal. Yang tak kalah penting, harganya kompetitif terhadap produk-produk yang sudah ada.
Itu poin-poin pentingnya karena saat ini kinerja sejumlah sektor properti di Jakarta cukup memprihatinkan. Jadi perlu ada inovasi baru di pasar.
Baca juga: Apartemen Kantor SOHO Poci, Paling Dipilih Konsumen Versi CCA 2017
Berdasarkan survei yang dilakukan Savills sampai akhir tahun 2016, Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia, Anton Sitorus, mengatakan, tingkat hunian perkantoran baik di daerah segitiga emas (CBD) maupun di luar CBD terus menurun.
“Penurunan tersebut disebabkan oleh supply dan demand yang tak seimbang. Banyak perusahaan yang saat ini lebih selektif memilih kantor demi efisiensi. Mereka pindah ke ruko atau rukan karena sewanya lebih murah,” kata Anton Sitorus kepada rumah123.com, Jumat (24/2).
“Karena perkantoran sempat booming pada 2011-2013, maka banyak pengembang yang ikut membangun gedung perkantoran. Sehingga, pasokan perkantoran terus saja bertambah,” kata Anton lagi.
Baca juga: Hai Pengembang, Dekati Pasar Properti dengan Konsep dan Inovasi Baru Yuk! (2)
Saat ini, tingkat hunian perkantoran di kawasan CBD berada di kisaran 84%, sementara di luar CBD mencapai sekitar 77%. Namun, jangan khawatir, tingkat hunian di pasar perkantoran Jakarta kemungkinan masih akan naik, terutama di kawasan CBD.
Leny Soedojo yang membawahi Departemen Office Leasing mengatakan, pasokan perkantoran di Jakarta sampai tahun 2020 mencapai lebih dari 2 juta meter persegi.