Gara-gara Corona, Pola Konsumsi Masyarakat Indonesia Berubah
Pola konsumsi masyarakat Indonesia berubah selama pandemi virus corona. Harga bahan pokok juga terkena imbas dari situasi saat ini.
Penyebaran virus corona atau pandemi virus covid-19 ternyata bisa mengubah banyak hal di dunia.
Saat ini, dunia mulai memasuki new normal atau normal baru yang berarti ada kebiasaan baru yang dilakukan.
Gaya hidup pun menjadi lebih realistis dengan mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, orang masih ingin tetap menjaga kesehatan agar tetap bisa memiliki kekebalan terhadap virus corona.
Banyak orang yang sudah mulai melakukan penghematan untuk konsumsi bahan pangan harian.
Baca juga: Dari Mana Sih Sumber Air Minum Masyarakat Indonesia?
Penyebab Kenaikan Harga Pangan
Situs berita online Lokadata.id melansir data dari hargapangan.id mengenai kenaikan harga rata-rata nasional pada enam komoditas pada semester pertama 2019.
Enam komoditas ini termasuk volatile food alias komoditas pangan yang mudah terpengaruh inflasi.
Bahan pangan ini termasuk bawang putih, cabai merah, bawang merah, cabai rawit, gula pasir, dan daging sapi.
Jika dibandingkan dengan semester pertama 2019 dengan semester pertama 2020, maka saat ini hanya empat komoditas
Empat komoditas yang mengalami kenaikan harga secara rata-rata nasional ini adalah bawang merah, gula, daging ayam, dan daging sapi.
Inflasi volatile food ini banyak dipengaruhi oleh panen, gangguan alam, dan faktor perkembangan harga komoditas.
Perkembangan harga komoditas ini termasuk dari domestik dan juga pasar internasional ikut memengaruhi.
Kepala Bidang Moneter Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Puji Gunawan memberikan pernyataan.
Sebenarnya, tren inflasi rendah tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di seluruh dunia.
Saat ini, terjadi tren penurunan harga pangan secara umum dan bukan secara satu komoditas saja.
Kenapa hal ini terjadi? Daya beli beli masyarakat sedang rendah karena mereka mencoba menahan konsumsi.
“Pola konsumsi berubah. Misal orang yang tadinya makan daging atau makan ayam setiap hari, sekarang makan telur. Lebih realistis,” kata Puji.
Baca juga: Waduh, Masyarakat Indonesia Masih Konsumsi Air Kurang Layak
Harga Pangan Terdampak Oleh Pandemi Covid-19
Penyebaran virus corona ini tentunya memang mempunyai dampak yang sangat besar untuk semua hal.
Lantaran PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) maka hotel, restoran, dan kafe mau tidak mau tutup.
Pasokan komoditas pangan masih tetap sama, namun tidak terserap seperti biasanya lantaran industri tidak membeli.
Akibatnya tentu saja harga pangan pun jatuh karena terlalu banyaknya pasokan barang di pasaran.
Adanya pembatasan juga ikut berpengaruh pada komoditas pangan yang harus diimpor dari luar negeri.
Maskapai penerbangan tidak bisa mengudara, alhasil pengiriman bahan pangan pun akhirnya terhambat.
Kalau melihat harga bahan pangan yang masih terus naik, hampir semuanya termasuk volatile food.
Pada awal 2020, harga bawang merah sempat naik lantaran banjir melanda Brebes, Jawa Tengah yang merupakan daerah produsen bawang merah terbesar.
Hal yang sama juga terjadi dengan kenaikan harga cabe rawit yang terjadi karena adanya gangguan hama.
Masalah yang bisa ikut memengaruhi kenaikan harga adalah bahan pangan yang mudah sekali busuk.
Tentunya tidak mungkin untuk menyimpan bahan pangan dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama.
Adanya gangguan dalam pasokan bahan pangan bisa berdampak kepada harga komoditas tersebut.
Jika bicara soal inflasi yang merupakan proses meningkatnya harga secara umum dan terus menerus, harus dilihat secara bijaksana dari dua sisi.
Ketika harga naik terlalu drastis, produsen bahan pangan akan senang sementara konsumen akan mengeluhkan kenaikan harga.
Sebaliknya, kalau harga komoditas turun drastis, maka konsumen akan bergembira, sedangkan produsen akan mengalami kerugian.
Inflasi yang baik tentunya yang dapat dikendalikan, harga komoditas tidak naik atau turun secara drastis.
Artikel ini merupakan kerjasama antara situs properti Rumah123.com dengan laman berita online Lokadata.id.