Biografi RA Kartini Pahlawan Emansipasi Wanita. Singkat dan Lengkap!
Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) tentu kita harus mengetahui biografi RA Kartini. Berikut kami hadirkan informasinya untukmu!
Salah satu pahlawan nasional wanita yang paling berpengaruh di negara ini adalah Raden Adjeng Kartini atau RA Kartini.
Jasa-jasa yang telah ditorehkan oleh RA Kartini dalam mewujudkan kesetaraan laki-laki dan perempuan membuatnya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Selain itu, banyak perjalanan kisah RA Kartini yang bisa kita jadikan inspirasi, lo.
Nah, berikut ini Rumah123.com akan hadirkan biografi RA Kartini yang bisa kamu simak dalam uraian berikut.
Biografi RA Kartini
Kartini merupakan anak kelima dari 11 saudara.
Dia lahir di Mayong, Jepara dan merupakan cucu Pangeran Ario Tjondronegoro, Bupati Demak.
Beliau adalah seorang bupati yang mendidik anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dengan pelajaran Barat.
Beberapa tahun sebelum meninggal, Pangeran Ario Tjondronegoro berpesan pada anak-anaknya, “Anak-anakku, jika tidak dapat mendapat pengajaran, engkau tiada akan mendapat kesenangan, keturunan kita akan mundur, ingatlah.”
Maka, sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School).
Di sini, Kartini belajar bahasa Belanda, tapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Tertarik Memajukan Perempuan Pribumi
Dalam keadaan dipingit, keinginan belajar R.A Kartini tak serta-merta surut.
Bahasa Belanda yang ia pelajari digunakan untuk membaca buku bahkan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda, seperti Rosa Abendanon.
Dari komunikasi tersebut, timbullah ketertarikan untuk berpikir maju seperti perempuan Eropa.
Dia hendak memajukan perempuan pribumi yang kala itu banyak dibatasi oleh adat istiadat kuno.
Kisah Pernikahan RS Kartini
Pada 12 November 1903, Kartini dinikahkan dengan Bupati Rembang bernama KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri.
Setelah menikah, sang suami mendukung penuh mimpi-mimpi Kartini, salah satunya untuk membangun sebuah sekolah khusus wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.
Pada 13 September 1904, Kartini melahirkan seorang putra bernama Soesalit Djojoadhiningrat.
Hanya berselang empat hari melahirkan, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904.
RA Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Pascakematian RA Kartini
Usai kematiannya, surat-surat Kartini dikumpulkan dan diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang oleh salah satu temanya di Belanda, Mr JH Abendanon, yang saat itu menjabat Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.
Buku ini diterbitkan pada 1911 dengan bahasa Belanda sehingga tak banyak warga pribumi yang bisa membacanya.
Kemudian pada 1922, Balai Pustaka menerbitkan versi terjemahan buku Habis Gelap Terbitlah Terang: Buat Pikiran dengan bahasa Melayu.
Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No 108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Sukarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Sukarno juga menetapkan hari lahir Kartini, 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai sekarang.
***
Nah, itulah biografi RA Kartini yang bisa kamu teladani.
Temukan informasi menarik seputar properti hingga gaya hidup di artikel.rumah123.com!
Untuk dapatkan update terkini dari Rumah123.com kamu bisa akses di Google News, lo.
Cari pilihan rumah idaman hanya di Rumah123.com, yang pastinya #AdaBuatKamu!
Di sana, kamu bisa pilih hunian terbaik dan ternyaman, seperti Cimanggis Golf Estate!