Asyik, Cuma Bayar 14 Persen Biaya Pembangunan Rumah
Seperti negara lainnya di dunia, Afrika Selatan memiliki masalah krisis perumahan. Di Indonesia juga punya masalah serupa.
Harga properti mahal, pilihan pembiayaan properti juga terbatas, dan jumlah rumah layak juga kurang. Hasilnya 7,5 juta orang hidup dalam rumah yang tidak layak. Mungkin kalau di Indonesia seperti pemukiman kumuh ya.
Baca juga: Mau Lihat Apartemen Mungil yang Instagramable?
Biro arsitek Urban-Think Tank berhasil menuntaskan fase awal dari proyek Empower Shack, sebuah hunian berbiaya rendah. Proyek rintisan ini dimulai dari kawasan Khayelitsha, Cape Town, Afrika Selatan.
Proyek pertama ini terdiri dari empat rumah. Biro arsitek masih akan menyelesaikan tiga proyek lagi. Nantinya, Urban-Think Tank akan mengaplikasikan cara mendesain rumah murah yang aman dan sesuai dengan rencana tata kota.
Baca juga: Apartemen Mungil Ini Didesain untuk 2 Penghuni dan 51 Kucing!
Biro arsitek membangun rumah ini menjadi dua lantai. Lantai dua atau lantai tiga dapat ditambahkan untuk mengakomodasi jumlah anggota keluarga.
Hal penting yang tidak dilupakan oleh Urban-Think Tank adalah masalah kamar mandi dan sanitasi. Perumahan kumuh tidak memiliki akses kamar mandi dan pembuangan limbah yang baik.
Baca juga: Tak Punya Uang Banyak, Pasangan Milenial Ini “Maksa” Bangun Rumah Mungil
Rumah yang dibangun memiliki enam ukuran mulai dari 38 meter persegi hingga 84 meter persegi. Biaya pembangunan mulai dari 9.494 poundsterling (Rp186 juta). Hmm, biaya pembangunan sebesar itu mahal atau murah ya?
Biaya pembangunan memang diupayakan bisa ditekan seminimal mungkin. Rumah hanya menggunakan material batu bata untuk dinding, seng untuk pintu, serta kayu untuk tangga.
Baca juga: Ini Dia Solusi Rumah bagi Gelandangan New York, Bisa Dipakai di Jakarta Kali Ya
Hebatnya lagi, para pemilik hunian rata-rata hanya perlu membayar 14 persen dari pembangunan rumah. Mereka bisa mengikuti program keuangan mikro untuk pembangunan rumah. Proyek Empower Shack ini masuk daftar RIBA International Prize 2018.
Kalau melihat rumahnya memang tidak terlalu layak ya. Tetapi, untuk mengatasi masalah ketersediaan rumah murah, sepertinya nggak salah juga sih.
Baca juga: Nih, Rumah Mikro Ala London yang Bisa Jadi Solusi Untuk Milenial Indonesia