Andreas Nawawi: Jadilah Pejuang, Bukan Pekerja
Managing Director Paramount Enterprise, Andreas Nawawi (Foto: Jhony Hutapea/Rumah123)
Life is strugle. Ungkapan ini bukan sekadar lips sinc bagi Andreas Nawawi. Karena itu, ia menerapkan filosofi pejuang di dalam keluarga.
’’Saya tanamkan pada anak-anak saya untuk menjadi pejuang, bukan pekerja. Pejuang tidak mengenal jam kerja layaknya pekerja,’’ ujar Andreas saat ditemui rumah123.com di ruang kerjanya, Paramount Plaza, Gading Serpong, Tangerang, beberapa waktu lalu.
Ketika melepas ketiga anaknya untuk kuliah di luar negeri, pria kelahiran Bandung, 24 Juli 1957 ini tidak membekali mereka dengan finansial tanpa batas. Ia hanya memberikan bekal untuk satu tahun, selebihnya mereka harus mencari uang sendiri hingga kuliah selesai.
’’Saya tidak tahu kapan akan meninggal. Makanya saya tidak mau memanjakan anak-anak dengan uang. Saya pacu mereka untuk berjuang,’’ ujarnya menambahkan.
Dalam kesempatan ini, Andreas mengingatkan agar generasi muda sekarang perlu menerapkan filosofi tersebut. Selain itu, belajar mengelola keuangan agar uang hasil perjuangan tidak mudah ’’menguap’’ tanpa arti.
Baca juga: Kisah Panci di Balik Sukses Seorang Andreas Nawawi
’’Jangan seperti saya dulu. Ketika itu, saya tidak berpikir untuk mempersiapkan hari depan. Saat menikah di usia 26 tahun, saya bingung cara membeli rumah. Di situlah saya menyesal karena tidak menabung sejak dini,’’ kata Andreas.
Tak mau larut dalam kebingungan, Andreas menjual motor dan mobil yang ia miliki. Hasilnya ia pakai sebagai uang muka rumah di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sisanya, ia cicil.
’’Setelah saya berpikir, saya harus do something. Rumah pertama saya sangat kecil, makanya setahun kemudian saya mulai mencari rumah lain yang lebih besar. Terlebih ketika anak pertama saya lahir. Rumah itu akhirnya saya jual. Dalam waktu tujuh tahun saya baru bisa beli rumah besar di Kelapa Gading Permai,’’ tuturnya.
Saat bergabung di Lippo Group, Andreas pun harus pindah ke Lippo Cikarang agar lebih dekat ke kantor. Ia meminjam uang perusahaan untuk menyicil rumah sederhana di kawasan tersebut. Dengan demikian, ia tidak perlu menjual rumah yang di Kelapa Gading Permai.
Baca juga: Kesempurnaan Profesional Berjiwa Entrepreneur di Sosok Nanda Widya
Selama 10 tahun Andreas dan keluarga menetap di Lippo Cikarang. Hingga suatu saat ia ditugaskan ke Lippo Karawaci yang mengharuskannya untuk kembali pindah rumah. Andreas kembali menyicil rumah di Lippo Karawaci dengan sistem KPR.
Menyicil rumah, kata Andreas, adalah salah satu cara menabung yang aman. Dalam waktu 10 tahun, ia sudah tujuh kali pindah rumah dengan cara menyicil.
’’Makanya saya sudah terbiasa dengan pola menyicil hingga saat ini. Di dunia properti, di situlah untungnya. Menyicil sama saja kita menabung karena harga rumah selalu naik,’’ ucapnya.
Saat ini, Andreas sudah memiliki beberapa rumah dan tanah. Kendati demikian, kembali pada filosofi hidup sebagai pejuang, Andreas tetap berusaha tampil sederhana.
’’Saya tetap hidup biasa-biasa saja. Saya tidak pernah memakai baju branded, begitu juga istri dan anak-anak, karena saya mendidik mereka untuk bekerja keras. Ada satu hak anak yang tidak boleh kita ambil, yaitu berjuang,’’ kata Andreas. (Ing/Selesai)